Friday, September 24, 2010

Is this the real pad?


Meski baru diluncurkan secara resmi di Indonesia akhir Oktober ini, kami pekerja media berkesempatan menjajal kehebatan Samsung Galaxy Tab. Dan boleh sedikit berbangga, karena kami adalah satu dari beberapa orang yang berkesempatan menjajal gadget teranyar ini [di negeri Antah Berantah]. Bwehehehehee...

Ukurannya cuman separo buku tulis, tapi pas di genggaman. Jauh beda sama si apel digigit yang kegedean untuk tangan donat gue. Dasarnya suka main game, gue jajal buat main beberapa game. Favorit gue adalah Duck Hunt yang dulu populer di konsol Nintendo Entertainment System.

Dicoba buat ngetik, ternyata enak banget. Mulus dan smooth. Kameranya memang gak begitu maksimal. Tapi pas gue nyoba motret hasilnya cukup keren kok!. Dan satu lagi, ada kamera sekunder di depan untuk conference call.

OS Android terbaru yang dibenamkan sama sekali gak lemot. Asik buat baca ebook dengan zoom in zoom out pake 2 jari kita. Mau sambil tidur ato sambil jalan-jalan jelas asik banget.

Layarnya sendiri terang banget mengingat Samsung rajanya layar untuk saat ini. Bersih dan dibawah sinar matahari pun masih enak dipake. Dan satu lagi, yang bisa membuat si apel digigit meringis ini sebuah handphone dan bisa masuk ke saku! Are ya gadget freak? U must try this!

Wednesday, September 8, 2010

Mudik Jangan Udik


Tsaaah...ada satu fenomena setiap lebaran mau dateng. Yep, mudik a.k.a pulkam udah jadi ritualnya orang Indonesia entah dari kapan awalnya. Saya sendiri [karena dari zaman kuliah udah jadi orang rantau, tiap lebaran ya mudik]. Selain itu, orang tua saya kebetulan masih punya kampung, jadinya mudik juga sih [kadang-kadang kalau sikontol alias situasikondisibisaditoleransi].

Tapi, sebagai orang yang merayakan lebaran, saya tidak lantas mensakralkan ritual mudik ini. Maksudnya, ini bukanlah suatu keharusan yang mutlak. Kalau saya bisa mudik ya bagus, kalau gak yaaa berarti belom waktunya saya pulang ke kampung halaman.
Seperti misalnya waktu saya masih jadi pewarta online, karena ada giliran piket lebaran jadinya saya enggak mudik dah. But no problemo I think. Setidaknya tetap ketemu orang tua [walau sebentar] setelah itu mereka pulkam ya sudah. Tidak kecewa atau gimana banget sih.

Nah, kalau dipikir-pikir mudik itu menguras biaya banget loh. Bisa sampe 3-4 kali biaya bulanan suatu keluarga atau individu. Enggak percaya kan? Cobain aja kalkulasi sendiri.

Memang keliatannya mudik hanya urusan pulang ke kampung halaman dan kita hanya perlu ongkos plus sedikit oleh-oleh. Tapi nyatanya, duer....bengkak banget lho biayanya. Dari yang ngasih bingkisan orang tua, menantu, sepupu, sodara, tetangga di kampung dan banyak lagi. Belum lagi harus maintenance kendaraan dan seabrek tetek bengek lainnya.

Pasti kita semua bilang "Ah, kan dapet THR. Setaun sekali ini," Ya, memang kita dapet THR, kadang bonus bonus mengalir juga di bulan-bulan ini [benarkah?],". Tapi stop membicarakan THR, karena itu memang harus dihabiskan untuk kebutuhan lebaran.
Enggak jarang kita sampe menguras gaji kita untuk mudik lantaran tiket harganya selangit menjelang Idul Fitri. Begitupun nanti pas balik lagi. Ymm, saya sih tidak mempermasalahkan mudik yang punya banyak esensi seperti silaturahmi, family day and so on and so on yaa..tapi ya itu tadi, kalau begitu caranya balik mudik tongpes semua apa yakin tidak ada yang keliru?

Tadi pagi sipacar mudik, tumben-tumbenan perjalanannya lancar, gak ada macet berarti. Taun lalu perjalanan 16 jam dong. Hosh hosh hosh...Saya sendiri besok mudik, tepatnya bukan mudik banget sih cuman pulang dari ibukota ke kota kembang. Baru nanti H+2 ortu berangkat ke Jogja. Itupun mungkin [karena udah too old maybe hehehe].
Hmm, moga-moga mudik gak selalu jadi udik dah...

NB: Adayangudahfamilydaynih,bisa NCQT gak yaaa? Moga-moga deh
One more time, Happy Id Mubarak!