Thursday, November 8, 2007

I Know What You Did on Your Television - Mistik dan Budaya Pop

Fakta yang menarik tahun-tahun belakangan ini: Fenomena film dan sineton mistik menguasai jagad budaya pop masyarakat kita. Sejak Jailangkung (2002), film horror hampir mendominasi komoditi tayangan tiap tahunnya. Tak ada yang bisa menyangkal jika di bioskop atau sinetron kita dijejali film dan sinetron berbau mistik dan horror semisal Hantu Jeruk Purut, Kuntilanak, Pocong, Mirror, Tusuk Jailangkung, hingga sinetron-sinetron rohani yang menampilkan nuansa mistis dalam setiap edisinya dengan memasang judul bombastis “Mati Dikerubuni Lintah”!!! Ini membuktikan bahwa mistik dan horror bukanlah sesuatu yang tabu, tapi sudah menjadi konsumsi yang saking ngepopnya seperti halnya Justin Timberlake.

Zaman modern ini mistik sudah jadi konsumsi pop. Mistik sudah ada radionya, mistik sudah ada majalahnya, mistik sudah ada filmnya, sinetron pun tak ketinggalan menampilkan hal mistik, bahkan reality show pun nggak mau ketinggalan kereta. Film mistik hadir tiap tahun secara klise, sinetron rohani menyerempet mistik, bahkan paranormal macam Ki Joko Bodo pun sudah seperti seleb ketika masuk acara talk show. Tidak hanya satu-dua channel yang menayangkan acara mistik, akan tetapi hampir semua channel menayangkan acara serupa. Fenomenal, ini layak kita sebut fenomenal karena mistik sudah menjual layaknya cinta.

Secara sadar atau tidak sadar, mistik dan budaya pop berpengaruh pada masyarakat kita. Tentu hal itu ada sebab akibatnya. Pertama, bagaimana peran media dalam pembentukan citra atau image dunia mistis dalam budaya pop kita. Kedua, pembodohan massal, dan ketiga, tentu kita sebagai konsumer budaya pop mesti cerdas. Cerdas di sini dalam artian tidak menelan begitu saja apa yang ditampilkan tanpa didasari edutainment yang jelas. Tetapi estetika dan moral juga jadi tanggung jawabnya.

Ok, berbicara tentang tayangan-tayangan mistis di dunia perfilman atau pertelevisian kita memang sudah tidak asing lagi. Pada tahun 80-an dan 90-an, filmfilm mistis sudah banyak menghias layar kaca selain film seks nggak jelas memborbardir dunia film saat itu. Contohnya saja Suzanna sudah menjadi ikon tayangan bergenre mistis ini dengan perannya membintangi film-film horror seperti Ratu Pantai Selatan hingga jadi Sundel Bolong. Mungkin generasi film horror era 2000-an hingga sekarang layak dikategorikan second-wave atau third-wave cinematic horror di Indonesia, jika memang mesti ada identitas penamaan layaknya kritikus film.

Bahkan saya percaya jika media (film/majalah/ surat kabar/ televisi, dsb.) memiliki tanggung jawab besar dalam pembentukan citra dunia mistis kepada budaya kita. Kita mungkin tidak mengenal Dracula memakai jubah, rambut klimis, dan taring tajam jika Bela Lugosi tidak memakai image seperti itu. Atau apa kita setuju jika pencitraan Nyi Roro Kidul sama seperti apa yang Suzanna perlihatkan. Apa kalian juga setuju jika Kuntilanak itu rambutnya acak-acakan dengan bolong dibelakang seperti dalam film “Kuntilanak”, atau hantu Sadako itu mesti merayap seperti dalam film “Shutter”, kemudian Werewolves berubah pada saat bulan purnama dalam film “American Werewolves”, Tuyul itu botak seperti dalam film “Tuyul dan Mbak Yul”, hingga apakah ada hantu baik hati seperti Casper? Yup, jelas tak terelakkan karena hal itu jelas-jelas sudah meracau pikiran kita. Saya pikir dari orang Indonesia sampai orang Amerika setuju jika Dracula itu memiliki taring buat menyedot darah. Ternyata ada kecenderungan-kecenderungan yang sudah menjadi budaya bagi kita dalam mengkonsumsi tayangan mistis hingga secara sadar atau tidak sadar kita menyetujui citra apa yang ditampilkan oleh media tersebut. Apa benar memang Dracula itu seperti itu atau Kuntilanak itu seperti apa yang ditampilkan oleh film? Jawaban simplenya: Only god Knows, kata The Beach Boys juga.

Saya bukanlah pecinta film horror, DVD Film-film aneh saya lebih banyak dibandingkan dengan film Horror. Tapi saya adalah seseorang yang mempercayai adanya mistik dan klenik. Saya juga bukan seorang kritikus film yang baik, tapi saya percaya Nosferatu atau Dementia 13 lebih keren dibandingkan dengan sinetron mistis. Atau film Blair With Project lebih menggelikan dibandingkan film Scream atau Scary Movie. Poin inti dari semua ini adalah menghentikan pembodohan massal yang nggak jelas ujung pangkalnya. Karena saya mengharapkan dalam sebuah film horror itu adalah ketegangannya bukannya mistik gak jelas di mana usus terburai, kepala pecah, muncul ulat dalam mulut, kelabang di sekujur tubuh, dan masih banyak lagi. Pernah suatu waktu saya menonton film rohani berbau mistis. Ceritanya ada seseorang dengan good-character menjadi penindasan bad-character. Singkatnya, goodcharacter itu meninggal setelah ditabrak mobil si bad character. Klise. Yang terjadi kemudian, arwah good-character itu bangkit dan melakukan balas-dendam pada si bad character sampai meninggal (Karma mungkin!!!). Jadi rancu mana yang “goodcharacter” atau “bad-character” karena tiba-tiba si good-character itu jadi jahat. Kemudian arwah si “good-character” itu tenang setelah membalas dendam dan diberi nasihat oleh ustadz.


Cerita film/ sinetron mistik manapun klise: Mati- balas dendam.- nakut-nakutininsaf.
Enough!!!
Moralnya adalah pembodohan massal. Yang ada malah jadi takut sama hantu dibandingkan tuhan . Orang jadi salah kaprah antara ghaib dengan mistik. Orang jadi percaya mistik versi TV dibandingkan kitab suci. Orang jadi takut setan dibandingkan siksa kubur, bahkan ada slengean, bahwa hantu juga bisa popular karena masuk TV hahaha…

Yeah, pembuat film bergenre mistik atau horror sekarang hanya menangkap fenomena dari hype film bergenre seperti ini tanpa didasari dengan estetika yang jelas. Semuanya hanya berorientasi uang. Ketika sinteron dan film mistik atau horror sedang panen, maka semuanya tentu berorientasi profit untuk menghadirkan acara-acara seram di dunia televisi kita. Money can buy everything, include horror!!! Apakah industri persinetronan/perfilman kita tidak sehat? Monoton? Stagnansi? Tipikal? Atau memang seperti inilah wajah dunia hiburan kita? Ini baru horror!!!

Tuesday, October 30, 2007

SEX DISORIENTATIONKelainan seks, atau sexual disorder/dysfunction.


Kelainan seks, atau sexual disorder/dysfunction. What the…? Apakah saya terlihat seperti memiliki gangguan seks? Atau saya dapat dimasukan dalam kategori Charlotte dalam filem serial Sex and The City, sehingga mereka memancing saya? Apakah karena mulut saya yang sompral dan tak punya sensor dalam mengatakan kata-kata kasar khusus seputar seks sehingga saya dianggap mahir, berpengalaman dan tak sungkan merambah ke hal seperti itu?

Pengalaman yang saya anggap kelainan seks sintin, yang hanya satu-satunya pernah saya alami adalah ketika seorang kakek-kakek mesum bersepeda, mendatangi mobil kami di Pangandaran, saat kakak ipar saya sedang berganti pakaian memakai pakaian renang. Saya sendiri berdiri mengenakan sepasang celana pendek dan bikini. Ia berhenti tepat di depan saya. Saya sangka ia adalah pemilik kerbaukerbau yang sedang memamah biak di dekat kami. Dari lubuk hati saya yang terdalam, sungguh tidak ada niat menggoda pak tua. Saya pikir juga para wanita di desa sana sering mandi hanya dililit oleh sarung atau kemben, beberapa nenek di sana saya lihat hanya berkutang dan bersarung sedang menghisap rokok kelobot. Jadi pemandangan bikini itu biasa saja baginya. Saya menganggukkan kepala, memberi salam. Ia tersenyum biasa. Tetapi apa yang terjadi selanjutnya, benar-benar membuat saya panik, jijik, ngeri dan tertawa terbahak-bahak setelahnya. Perlu diingat, sepanjang perjalanan menuju Pangandaran, entah mengapa, kami semua berdelapan yang terdiri dari kawan-kawan dan saudara seumur bernyanyi menggunakan katakata yang mengarah mesum, terutama daerah teritori kaum pria. Sudah pasti anda bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya. Mungkin karena saya percaya tahayul, terutama daerah sekitar pantai Laut Selatan. Hingga pada akhirnya kami para wanita dihukum karena terlalu sesumbar mengeluarkan makna yang cukup tabu. Kembali pada kakek-kakek yang masih tersenyum tersipusipu seperti Dopey dalam cerita Snow White. Ia lalu mengarahkan kedua tangannya ke arah resleting celana. Dengan refleks cepat, karena
saya cukup sensitif dan paham dengan perilaku yang sudah mengarah ke arah seks, maka tanpa melihat lagi apa yang keluar dari sana, saya berteriak kencang, "Anj*&% bangsat! Jiiiii (nama samaran kakak ipar), cepetan keluaaaar! Ada kakek eksibisionis gilaaaa!" Keenam kawan-kawan dan saudara kami sudah jauh di pantai sehingga tak dapat mendengar apaapa, juga sedang tak memperhatikan kami. Untung saja kakak ipar sudah selesai berganti pakaian. Kakek itu berjalan ke arah kami dan saya tak berani melihat ke arah bawah. Ia terkekehkekeh kesenangan dan terus mendekati kami. Cepat-cepat kami berlari ke arah pantai dengan tangan saya memegang kunci alarm mobil dan memencet tombol sambil berlari. Setelah itu baru kakak saya dan yang lain sudah hendak menghajar kakek itu, namun tak tega. Karena kelihatannya ia sama sekali tidak merasa bersalah. Kakek itu malahan sempat berjalan-jalan sesaat walau tak mendekati kami kembali, lalu meneruskan perjalanannya menaiki sepeda yang melenggang menemaninya mencari mangsa baru. Nah hanya itu saja pengalaman saya mengenai kelainan perilaku seks. Tetapi, mungkinkah hanya itu saja yang saya sadari? Nah lo!

Sudah cukup mengenai ke ego sensitifitas saya yang terus bertanya mengapa? Oh mengapa saya? Akhirnya benar-benar saya tertantang untuk menulis. Sudah pasti saya tak akan menulis secara ilmu kedokteran maupun secara ilmu psikiatris dan psikologis, karena itu bagian para ahlinya. Yang akan saya berikan, yah, mungkin dapat anda baca setelah kalimat ini. Dari pengalaman tadi, saya mulai berpikir. Banyak manusia, masyarakat dari berbagai pengaruh sosial, ekonomi, dan kebudayaan memiliki standar kelainan seksual maupun moral dari seks itu sendiri yang sudah tentu berbeda dari yang lainnya. Yang membuat sama hanyalah "orang-orang kota", atau mereka yang hidup dan berinteraksi dengan mereka yang telah menjadi masyarakat dengan kehidupan terglobalisasi. Standar moral mereka hamper sama, juga kebiasaan-kebiasaan mereka sejak kecil hingga dewasa, setidaknya mereka hidup dalam masyarakat yang memiliki standar yang kurang lebih mirip satu sama lain.

Kita ambil contoh saja, suku-suku pedalaman di cina. Saya pernah menonton saluran televisi di Hong Kong mengenai gaya hidup seksual dan mating season mereka, hingga ke kebiasaan kehidupan perkawinan mereka, yang merupakan bagian dari ritual suci mereka. Percaya atau tidak, saya berpikir bagaimana bisa mereka menghadapinya. Saya sendiri tak bisa. Sungguh penuh dengan bermacam-macam tradisi yang bagi saya sangat tidak lazim. Lupakan poligami, ada yang lebih heboh, dari cara para gadis perawan yang memperlihatkan separuh payudara kanannya di perayaan perkenalan antara kaum muda-mudi. Jika ada pria yang tertarik maka ia akan menyentuh bagian payudara yang dipamerkan mereka, dan mereka berdansa berdua. Mungkin kalau tiba-tiba seorang gadis dari pedalaman tersebut tersesat ke kota ini dan memperlihatkan separuh payudaranya di club atau bar-bar gaul, maka separuh cewek akan berkomentar, "Desperate amat sih! Sampe nawarin to***, saking ga lakunya! Jual murah, jual murah! Eksibisionis amat!" Atau saat mereka sudah dijodohkan sejak bayi, namun pada masa sebelum kawin mereka boleh "tidur" dengan siapa saja, dengan cara memohon ijin pada orang tuanya dulu sebelum "that magic moment" hingga tiba saatnya mereka harus bermonogami dan menikah dengan yang sudah ditunjuk, mau atau tidak mau. There's no choice, sucker! Bagaimana jika mereka sudah terbiasa untuk melakukan seks dengan banyak orang lalu dipaksa akhirnya hanya cukup satu saja? Di sini mungkin kita mengatakan ia seorang promiscuous sex addict. Dan yang terakhir saya ingat, ini yang paling mutakhir. Seks bebas, sebebas-bebasnya, namun masih ada toto kromonya. Jika seorang pria hendak melakukan "kencan" dengan istri seseorang, maka ia hendaknya datang membawa lentera ke rumah pasangan tersebut. Setelah itu makan malam bersama seluruh keluarga termasuk sang suami. Setelah itu sang suami pun akan pergi ke rumah dara lain, atau istri lain dengan cara yang sama, memberi waktu pada istri dan "kawan"nya untuk do that horny thang. Ingat, tak ada kondom di sana. Lalu kalau kebobolan dan ternyata anak pasangan itu adalah anak teman kencan mereka? Yang terakhir agak melenceng memang dari kelainan seks karena itu hanya sebatas moral saja.

Ok, balik lagi ke pokok pembahasan. Siapa sih yang membuat standar kelainan seks yang sekarang sudah mendunia? Fetishism, frotteurism, exhibitionism, voyeurism, paedophilia, transvestite fetishism, homosexuality, dan masih banyak yang lainnya lagi. Semua diangkat dari standar moral masyarakat tertentu yang akhirnya terglobalisasi. Para pakar lalu mengujinya dan menemukan kelainan hormon, pengaruh psikologis, kelainan jumlah sel pada hypothalamus (dimana sel sarafnya yang mengeluarkan GnRH –gonadotropin releasing hormone berhubungan dengan system limbic. Bagian yang sebagian besar terlibat dalam pengendalian emosi dan aktifitas seksual).

Dapat anda bayangkan satu desa atau kota metropolis di jaman heubeul, seluruh masyarakat di dalamnya dianggap kelainan seks oleh masyarakat lain. Terus terang dari sekian banyak, mayoritas saya pun tak menyetujuinya, terutama sexual abuse terhadap anak di bawah umur dan siapa saja, sampai ke binatang sekalipun. Namun untuk sebagian lagi yang tidak merugikan secara fisik dan mental terhadap lawan jenisnya, setelah kita tahu standar kelainan seks itu nisbi apakah mereka pantas di sebut kelainan seks?

Sekarang ambil contoh kaum homoseksual atau gay, atau seorang fetish bulu ayam (kalau ga mampu beli syal bulu mungkin dia pake kemoceng), jika mereka tak menggoda kalian frontal maupun tidak. Mampukah kalian menganggap mereka lain, aneeeeh, atau menjijikan, patut dikasihani, patut bertobat, bla bla bla… Jika mereka hidup damai dan tenteram bersanding dengan kalian, perlukah ia disembuhkan ke psikiater atau dokter? Bayangkan anda lahir lagi seperti seorang bayi yang belum ada dogma dan doktrinasi moral apapun, lalu anda dibesarkan di sekeliling mereka. Apakah mereka kelainan seks menurut andA. Ya, ya.. bahasan ini pasti jadi berat, banyak yang kontra dan pro. Sama seperti teman bloon saya yang agak fanatik ketika
sedang mabuk mengajak kami semua yang saling berbeda agama untuk mendiskusikan perbedaan tersebut. Tahukah kalau sejak jaman Socrates sampe Aa Gym, gak ada matinya mendiskusikan suatu perbedaan prinsip keyakinan yang kalian pegang teguh masing-masing?! Akhirnya berakhir dengan perdebatan atau kalau tidak, lu, elu sendiri, gua, ya gua sendiri. Betulkan?

So, the moral of this story, mo kelaenan kek, mau punya to*** tiga kek, tarik nafas dalam-dalam, tutup mata, hening sebentar, buka otak lebarlebar, and think again.

DINOSAUR JR. WHERE'VE YOU BEEN ?


Bayangkan sebuah acara-acara di bar yang penuh sesak dengan asap rokok dan bau alkohol murahan yang menyengat dari mulut seorang anggota Hell's angels yang gondrong. Semua kebosanan seolah terhenti saat J. Mascis mulai memainkan chord intro dari lagu “feel the pain”. Bayangkan juga diantara penonton-penonton tersebut ada Thurston Moore dan Kim Gordon nya Sonic Youth, Kurt Cobain dan Dave Grohl. For your information, mungkin pada saat itu juga mereka terinspirasi untuk membuat band (ya, Sonic Youth pun mengakui bahwa Dinosaur Jr. adalah salah satu inspirasi mereka dalam membuat lagu). Let's meet J.Mascis, Lou Barlow (yang kemudian membentuk band Lo-fi Sebadoh), dan Murph, sang drummer yang pendiam. Band yang terbentuk pada tahun 1983 di Amherst, Massachusetts ini merilis debutnya 'Dinosaur' pada tahun '85 dan mengganti nama band nya dengan menambahakan 'Jr.' karena ada band bernama Dinosaur yang menuntut mereka (personil nya adalah eks-Jefferson Airplane). Atas dorongan 'fans' terbesar mereka, Sonic Youth, pada tahun '87 Dinosaur Jr. diajak bergabung dengan SST records, label milik gitaris Black Flag Greg Ginn untuk merilis, yang menurut pengamat musik sebagai album terbaik mereka 'You're Living All Over Me'. Tensi antara Barlow dengan Mascis mulai berakibat fatal. Akhirnya Barlow pun dipecat dan mulai serius dengan Sebadoh. Dia merilis sebuah single berjudul 'freed Pig' yang dimaksudkan untuk Mascis. Tak lama Murph pun keluar dan sejak 'Bug' Mascis mulai merekam dan menulis semua materi dinosaur Jr. seorang diri dan tur dengan dibantu Berz dan Mike Johnson.


The Reunion

Sejak tahun '97 Mascis sudah tidak menggunakan nama Dinosaur Jr untuk proyek musiknya dan mulai menggunakan J.Mascis and the Fog. Tetapi pada saat J.Mascis mendapatkan hak untuk merilis ketiga album awal Dinosaur Jr maka dia pun merencanakan untuk melakukan reuni, tur Amerika dan merekam album baru! Ya, mereka akhirnya merilis materi baru (yang terakhir adalag 'Bug' tahun '88). 'Beyond' dirilis oleh Fat Possum records pada mei 1 2007 dan mendapatkan apresiasi dan sambutan yang menarik dari musisi-musisi, kritikus dan penggemarnya. Untung saja J.Mascis membuat keputusan yang tepat untuk menolak permintaan Cobain yang mengajaknya menjadi drummer Nirvana 10 tahun yang lalu. Kalau tidak, mungkin saya pun tidak akan mendengar album Beyond sekarang. Yep, mereka telah berjuang selama 20 tahun dan bahkan pernah dianggap menjadi band grunge karena beken di awal '90an. Band yang sangat underrated ini sekarang sedang melakukan tur di Jerman dan menjadi band pendamping RHCP. Coba download lagu-lagu mereka: 'take a run at the sun', 'feel the pain' dan 'crumble'. Enjoi !! Harr harr!

Sunday, February 18, 2007

Scarlett Johansson - Rich With A (Non) Box Office Movie Oriented


Selama ini kita mengenal jikalau berkaitan dengan sebuah kata independen selalu identik dengan kerja keras dan minim uang. Kemudian apa yang bisa didapatkan oleh gadis muda yang seringnya bermain di film watak dengan film-film berbujet rendah dan non-komersil. Angkat tangan Kamu jikalau Kamu mengenal kerja keras gadis yang pada November nanti saja baru genap berusia 22 tahun. Yah, mari kita bermain di area usia muda. Muda dan meraih uang adalah hal yang senantiasa didambakan oleh siapapun. Ketika umur yang masih layak untuk disubsidi oleh dana tak terbatas orang tua, namun dengan kerja keras dan sedikit skill yang dimiliki tentunya uang dan kesukesan bisa didapatkan dalam usia relatif muda sekali. Dan salah satunya adalah Scarlett Johanson yang memulai memasuki gemerlapnya dunia akting ketika masih berusia 10 tahun. Mungkin bakat dunia perfilman Scarlett mengalir dari kakeknya yang seorang sutradara dan penulis naskah.

Terhitung sejak film pertamanya yang berjudul North pada tahun 1994, dan saat itu Scarlett Johannson masih berusia 10 tahun, deretan film hampir tiap tahun dibintangi oleh aktris kelahiran New York, 22 November 1984 ini. Namun, debut film yang dibintanginya adalah berperan sebagai Garce MacLean di film The Horse Whisperer pada tahun 1998 dan saat itu ia masih berusia 14 tahun. Hampir setiap tahun, Scarlett membintangi film-film. Namun, entah kenapa hampir sebagian besar film yang dibintangi oleh Scarlett adalah film-film non-komersil dan non-box office-oriented. Sebagai info, film The Island yang dibuat pada tahun 2005 adalah film mainstream pertama yang diperankannya. Di mana ia berperan bersama Ewan MacGregor dalam film garapan sutradara Michael Bay tersebut.

Kadang film-film yang dibintanginya bikin kita terlalu “mikir” dan avant-garde. Mungkin sekali waktu bikin mengernyitkan dahi karena nggak ngerti. Berperan sebagai seorang wanita yang berniat mencuri soal ujian di film The Perfect Score, dan wanita kesepian di film Lost In Translation dan masih banyak lagi. Namun, berkat kerja kerasnya meski bermain di film non-box office-oriented, tak membuat Scarlett dijauhi oleh penghargaan-penghargaan yang bakal bikin kita berdecak kagum. Dia dinominasikan untuk untuk dua best actress awards at the Golden Globes in 2003, satu untuk drama (Girl with a Pearl Earring) dan satu untuk komedi (Lost in Translation). Dia dinominasikan pula untuk best actress untuk kedua filmnya dan memenangkan best actress for Lost in Translation. Di film terakhirnya Match Point yang dibintangi oleh Woody Allen menempatkannya meraih nominasi Best Supporting Actress.
.
Meskipun Scarlett sering mendapatkan fee yang nggak begitu seberapa di filmnya, namun mendapatkan uang jutaan dollar di usia 22 tahun membuat tag beautiful, rich, and youngest tentunya merupakan mukjizat yang luar biasa. Saat ini ia disibukkan dengan film The Nanny Diaries di New York City, endorsement selama dua tahun dengan produk kecantikan wanita, L'Oreal, tampil dalam iklan Calvin Klein, dan Louis Vuitton. Dan kejutan terjadi ketika tampil bugil di majalah Vanity Fair bersama designer Tom Ford dan aktris cantik Keira Knightley. Dan dengan kerja keras seperti itu, Scarlett mendapatkan uang sebanyak 16 juta dollar dan menempatkannya sebagai salah satu dari selebritis terkaya di dunia versi Forbes.


Semilyar Tahun Cahaya Kemudian

Semilyar tahun cahaya adalah jarak yang kamu tempuh bolak-balik dari bumi ke jupiter, itupun sempat singgah-singgah dulu. Main lompat tali sama kelinci di bulan, ice skating di pluto, dan minum susu sepuasnya di milky way. Ah, itu juga belum dihitung saat kamu tersesat di blackhole karena lupa dibekali peta saat kamu lepas landas dari bumi. Perjalanan pergi seperti mimpi dan saat pulang waktu seperti berhenti dan abadi. Tapi tentu saja apa yang akan kusampaikan berikut ini tidak ada hubungannya dengan luar angkasa.

Semilyar tahun cahaya kemudian apa yang akan terjadi? Apa bumi masih seperti ini? Apa kita masih melihat apa yang kita lihat sekarang? Apa udara yang kita hirup masih seperti yang kita hirup sekarang? Ah daripada bertanya-tanya, mari kita menjelajah ruang dan waktu untuk mengintip masa depan, semilyar tahun cahaya kemudian.

Semilyar tahun cahaya kemudian, dunia sudah semakin renta. Globalisasi dan kemajuan industri berkembang semakin pesat, semakin pesatnya hingga tak terkendali. Efek rumah kaca membuat bumi terpanggang dalam pemanasan global. Dalam kuburnya, Al Gore tertawa-tawa melihat ketololan manusia. “Sudah kuperingatkan sebelumnya kan?” katanya.

Tapi jangan khawatir, semua bidang sudah bertambah maju. Kanker kulit yang diakibatkan global warming sudah ditemukan obatnya. “Jangan khawatir,” kata dokter di seluruh dunia. “Kami sudah menemukan obatnya, dijamin manjur. Yah, memang ada sedikit efek samping seperti kemandulan, gangguan kehamilan dan janin. Tapi, hey! It's not a big deal!”

Bagaimana soal es di antartika yang kabarnya terancam meleleh? Ah, itu juga ternyata bukan soal. “Kita pindahkan saja air-air hasil lelehan es tersebut dengan menggunakan pipa-pipa raksasa. Toh, masih banyak belahan bumi lain yang kekurangan air kan?” ujar isinyur-insinyur berabad-abad kemudian yang otaknya sudah se-encer es antartika yang meleleh.

Semilyar tahun cahaya kemudian, akibat semua orang terkena kanker kulit dan harus meminum obat yang menyebabkan kemandulan, gangguan kehamilan dan janin, semua orang diseluruh dunia menjadi panik. “Bagaimana kami bisa punya anak kalau begitu?!” pekik perwakilan lembaga-lembaga hak asasi manusia. Persoalan itupun dengan mudahnya beres kemudian. Para ahli rekayasa genetik dengan bangga memperkenalkan mesin kloning tercanggih bernama 'BIRTH'. “Jika dulu hanya domba bernama Dolly saja yang berhasil dikloning, dengan mesin ini apapun bisa dikloning. Jangankan anak, semut saja bisa kami kloning sejuta kali lipat!” ucap para ilmuwan itu bangga dengan otak mereka yang sekecil semut.

Dengan mesin kloning, lahirlah manusia-manusia 'unggulan' dan 'sempurna' jauh melebihi the origin species. Semua orang ingin punya anak sepintar Einstein, maka dengan menginput E=MC² di mesin 'BIRTH', semua orang dapat menemukan rumus relativitas dalam otak mereka.

Maka kemudian, semua orang mempunyai 'anak-anak super' dalam setiap keluarga. Anak-anak dengan gen milik Leonardo Da Vinci dapat dengan mudahnya melukis Monalisa dan The Last Supper dengan sempurna, dan menjadikan Monalisa dan The Last Supper asli di museum Louvrè menjadi tidak ada artinya. Belum lagi anak-anak dengan gen Beethoven, Chopin, hingga Mozart. Mereka dapat menciptakan Sonata No. 7 semudah menjentikan jari. Seperti yang sudah kita duga, musik-musik klasik gubahan maestro ternama pun hanya terdengar seperti angin lalu saja. Tidak ada lagi nilai seni dan originalitas didalamnya.

Ada juga orang-orang dengan pikiran ekstrim untuk mengubah dunia. Mereka mengidamkan lahirnya kembali diktator-diktator macam Hitler, Hiro Ito, dan Mussolini untuk menguasai dunia. Tentu saja jika mengintip kembali sejarah yang lampau, orang-orang tersebut memiliki kelemahan yang sangat kentara. Mereka itu sangat tolol. Maka dari itu dibuatlah formula-formula 'sayap kiri'. Dibuatlah seseorang dengan kebrutalan Hitler dan otak milik Karl Marx, Engels, dan Lennin. Sekejap saja, Komunis kembali merajai dunia. Genocide menjadi pemandangan sehari-hari. PBB hanyalah kacung negara-negara pemilik hak veto. Dunia menjadi Tyranopolis yang mengerikan. Namun siapa yang peduli?

Ah, setiap orang tidak pernah puas dengan dirinya sendiri. Setiap orang selalu berharap dirinya bisa seperti orang lain. Terutama dalam urusan bentuk tubuh. Semilyar tahun cahaya kemudian, teknologi transplantasi tubuh dan wajah sangat-sangat jauh berkembang. Tidak ada lagi masalah obesitas yang merisaukan, wajah jerawatan yang menjengkelkan, atau bentuk dada, betis dan pinggul yang memalukan. Semua wanita bersorak gembira. Ingin dada sebesar Pamela Anderson, bokong seindah Jeniffer Lopez, bibir seseksi Angelina Jolie, dan wajah secantik Miss Universe itu sangat mudah. Semudah copy-paste tugas teman kamu dikomputer. Semua orang menjadi cantik.. terlalu cantik sampai-sampai mereka tidak lagi mengenali dirinya sendiri. Semua orang lupa dengan bentuk tubuh dan wajah aslinya. Semua orang mengalami krisis identitas. Tapi memangnya kenapa? Yang penting semua jadi 'cantik'.

Semilyar tahun cahaya lalu ada sebuah negara bernama Indonesia. Apa yang terjadi semilyar tahun cahaya kemudian? Tidak ada lagi negara dengan nama tersebut. Semua wilayah mengajukan mosi untuk memisahkan diri. Mereka tidak lagi percaya dengan pemerintah yang dianggap sebagai curut-curut tukang korupsi. Semua wilayah memisahkan diri. Tragisnya, mental tukang korupsi, kolusi dan nepotisme sudam menjadi budaya dalam diri semua orang. Di wilayah yang semakin kecil, mereka tetap tamak dan rakus. Yang sudah kaya-raya melarikan diri, dan rakyat-rakyat yang tertinggal meratapi kebodohan mereka sendiri. Itulah akhir dari bangsa yang tidak pernah belajar dari kesalahan dan tidak sabaran. Wilayah-wilayah yang terlantar diperebutkan negara-negara adikuasa yang selama ini bermuka dua dengan menawarkan banyak bantuan ini-itu. Sekali lagi, negara itu tenggelam dalam penjajahan yang berkepanjangan.

Semilyar tahun cahaya kemudian, bumi ini terlalu penuh. Bumi ini sudah tidak bisa lagi menampung pertumbuhan berkat kehadiran mesin 'BIRTH' yang mampu membuat manusia-manusia baru sebanyak yang kita inginkan. Dimulailah transgalaksi dari bumi ke planet-planet lain yang kira-kira bisa ditinggali. Pluto terlalu dingin dan Merkurius terlalu panas. Saturnus sempat menjadi pilihan utama, namun meteorit-meteorit yang membentuk cincinnya yang indah itu dikhawatirkan akan berubah orbit dan menghancurkan planet itu sewaktu-waktu. Lalu Jupiter akhirnya dipilih karena ukurannya yang cukup besar. Dalam waktu satu abad, sudah dibangun kota-kota dan tabung oksigen berukuran raksasa untuk menyuplai udara disana. Manusia berbondong-bondong pindah meninggalkan bumi untuk memulai hidup baru di Jupiter. Suatu malam pada bulan ketigabelas, tabung oksigen raksasa itu bocor dan semua penduduknya mati kehabisan udara. Mereka terlambat untuk sadar bahwa tidak ada tempat lain seindah dan senyaman bumi.

Semilyar tahun cahaya kemudian, bumi adalah lahan yang tandus dan gersang. Pepohonan ditebangi untuk dijadikan bangunan untuk menampung jumlah manusia yang sudah tak terhitung lagi banyaknya. Manusia mulai rindu akan keindahan alam yang dulu mereka rusak atas nama pembangunan. Kemudian, dibuatlah ribuan mesin untuk menciptakan hologram yang memproyeksikan keindahan alam, keindahan yang dulu.. dulu sekali sempat ada di bumi ini. yang dapat dengan mudah kita nikmati. Tanpa harus menipu diri menikmati artificial technology.

Semilyar tahun cahaya kemudian, masalah manusia tidak lagi melulu hanya urusan hidup. Saat mati pun kembali ditemukan masalah. Saat meninggal, manusia tidak lagi dikuburkan. Bumi tidak lagi mempunyai cukup lahan untuk itu. Solusinya, dibakar adalah salah satu cara yang dapat terpikirkan. Dalah sedetik, ada 13 manusia di bumi ini yang meninggal. Jika dikalikan, ada puluhan ribu orang yang meninggal dalam sehari. Polusi udara bukan lagi merupakan akibat kemajuan industri. Polusi udara tercipta dari hasil pembakaran mayat-mayat manusia yang sudah mati. Dapatkah kita bertahan di dunia yang seperti ini? siapa yang bertanggung jawab atas kondisi dunia yang seperti ini?

Saat ini kita hidup semilyar tahun cahaya yang lalu. Kemudian, apa yang bisa ita lakukan untuk semilyar tahun cahaya yang akan datang? Semua yang bisa dilakukan dimulai dari hari ini.

Saat Musik Menjadi Persaingan ImateriaL

Ada sebuah artikel yg sangaaat mnyentuh hari iniii.harii ini saat si penulis desertir yang sedang miskin keinginan untuk membuat suatu gerakan..


MP3 Trader
Free Music Makes Legal

Sebuah pola dan kultur baru di dunia musik. Sebenarnya kultur ini sama halnya dengan fenomena cassette culture yang berkembang di kultur punk tahun 1970-an. Cassette culture itu sendiri suatu pola budaya yang menggunakan interaksi si artis dengan fans melalui media kaset. Ketika itu, format compact disk memang belum begitu populer. Beberapa band punk/hardcore DIY menggunakan kaset sebagai media penyampai pesan mereka. Caranya adalah dengan istilah “a blank tape plus self address envelope”. Jadi, si fans hanya tinggal mengirimkan sebuah kaset kosong dengan amplop yang tertulis alamatnya dia sendiri dan mengirimkannya ke alamat si artis. Dengan begitu si artis tinggal merekam lagu-lagunya ke kaset kosong tersebut dan mengirimkannya kembali ke alamat si fans itu. Semuanya hanya dengan cuma-cuma. FREE!!!

Beberapa band yang sering menggunakan pola cassette culture diantaranya Storm Bugs, The Insane Picnic, Instant Automatons, Stripey Zebras, What is Oil?, The APF Brigade, Blyth Power, The Peace & Freedom Band, Academy 23, Cleaners From Venus, Chumbawamba,Throbbing Gristle, Cabaret Voltaire, and Clock DVA. Tak hanya itu perkembangan cassette culture pun merambah hingga dunia records label. Records label seperti ini disebut dengen small tape labels seperti Snatch Tapes, Falling A Records, Datenverarbeitung (in Germany), Deleted Records, Fuck Off Records, ISC Compilation Tapes, New Crimes Tapes, Rasquap Products, Sterile Records, dan Third Mind Records

Baru ketika media MP3 ditemukan terciptalah kultur baru di dunia musik. Berterimakasih pada dewa teknos berkat kemajuan teknologi saat ini. Karena dengan teknologi MP3 semua bisa mudah menyimpan banyak lagu. Nggak perlu CD case bertumpuk, nggak perlu rak CD yang banyak. Saat ini semua sudah lebih dimudahkan. MP3 adalah suatu media yang mudah dan bisa mengkompres data hingga lebih kecil. Rasanya semua orang di dunia ini mengenal yang namanya MP3. Saya tidak akan menjelaskan panjang lebar tentang MP3 karena itu bukan bidang saya. Mari kita berkenalan saja dengan budaya baru di kultur musik yang menggunakan format MP3 ini. Namanya adalah MP3 Trader. Pola budaya ini mungkin tidak kita disadari telah kita kenal. Atau malah beberapa diantara kita memang sudah menjalani siklus pola budaya ini.

Apa yang membedakan MP3 Trader dengan Cassette Culture? Selain beda masalah format penyimpanan, yang membedakannya juga interaksinya bukanlah hanya interaksi antara artis dengan fans, akan tetapi bisa lebih kompleks lagi. Intinya adalah pola kultur saling tukar-menukar lagu antara satu orang dengan orang lainnya. Mereka saling bertukar lagu satu sama lain menggunakan format MP3. Sebenarnya tidak beda jauh ketika kamu datang ke rumah/kost-an teman dan mengacak-acak komputernya untuk mencari-cari lagu/ album yang diinginkan.
Setelah itu dengan bermodalkan CD blank kamu hanya tinggal ngeburn aja. Kemudian kamu saling tukar menukar lagu dengan trader lainnya hingga koleksi lagu kamu kian banyak… banyak… dan banyak. Terus menerus pola-pola seperti itu. Dapet MP3 kemudian tukar menukar lagi dengan trader lainnya. Dan voila… Itulah MP3 Trader. Tapi tak semudah itu juga prosesnya. Masih ada elemen-elemen dan standarisasi lainnya dalam proses pengumpulan MP3 yang mesti diperhatikan.

Yang membedakannya antara orang yang ngeburn MP3 alakadarnya dengan seorang MP3 Trader yaitu seorang trader lebih bersifat mendokumentasikan, spesifik, dan detail dalam klasifikasi sound dan lagunya. Seorang trader biasa memperhatikan kualitas sound, track list, bitrate, bahkan hingga software buat merip data pun dipikirkan. Tapi tak hanya sebatas esensi sebuah lagu, kadang diselipkan pula cover album, info, hingga review yang diambil dari majalah untuk melengkapi kevaliditasan sebuah album.

Pada perkembangannya dikenal sebuah gerakan bernama netlabel. Netlabel atau sering pula disebut dengan online label, web label, atau MP3 label berkembang sekitar sekitar akhir 90-an ketika format MP3 sudah mulai familiar. Beberapa pionir net label yaitu Kosmik Free Music Foundation (a.k.a. Kosmik 1991-1999), Five Musicians (a.k.a. FM 1995-2000), Tokyo Down records (1997-sekarang) dan masih banyak lagi. Banyak netlabel yang tersebar di beberapa negara. Terutama di Eropa dan Asia Timur.

Gerakan ini adalah sebuah tamparan bagi industri musik di dunia. Ketika semua industri musik mencari cara untuk memproteksi lagu-lagu artisnya agar nggak bisa didownload/dibajak. Maka netlabel dengan entengnya mendobrak hal-hal seperti itu. Semua orang bebas mendownload artis-artis lisensi netlabel. Semua dengan mudah mendapatkan lagu. Hanya tinggal klik saja dan here we go… Kita sudah mendapatkan beberapa album. Band-band yang terdapat di album tersebut biasanya memang memiliki kecenderungan berbeda dibandingkan musik-musik yang ada di MTV. Sebenarnya ini adalah sebuah movement positif agar sebuah band bisa didengar banyak orang. Dibalik kontroversi legal atau ilegal, bajakan atau bukan maka esensi dan spirit independensi, DIY, dan kreativitas patut dikedepankan.

Inilah dia tampilan sebuah netlabel:

“Welcome to the Netlabel Catalogue. The Catalog is a list, index, directory of music labels which offer you free downloads from their pages. There is no strict name for such labels. Some people call their netlabel also mp3 label (mp3label), online label (onlinelabel), web label (weblabel), internet label or even netaudio label... But all of them have the same idea in common: to spread good music via the world wide web for free. So check them out and find some fine netaudio-music and write the artists a nice email ;)”

(www.netlabels.org)

Tak hanya di luar negeri saja, gerakan MP3 Trader pun berkembang pesat di Indonesia. Kini banyak sekali akses untuk mendapatkan lagu-lagu keren. MP3 Trader pun dikenal dan hingga kini secara sadar atau tidak sadar telah menjadi bagian kultur itu sendiri. Terkadang tak hanya trading dalam negeri saja akan tetapi sudah saling trading dengan bule-bule sana. Bahkan dengan koleksi lagu-lagu yang lebih lengkap. Salah satu esensi agar bisa trading dengan bule kuncinya hanya satu saja: Saling percaya.

Sebenarnya terlepas dari masalah legal atau ilegal, saya berhasil menemui seorang MP3 Trader bernama Gembi yang juga seorang personil band multimedia-performance art, Pemuda Elektrik yang koleksi lagu-lagu MP3-nya mencapai ribuan!!! Sakit… bahkan saking bingungnya dia malah hampir sudah lupa band-band apa saja yang dimilikinya. Interview ini dilakukan sambil mencari-cari band favorit gw dan ngeburn ke CD blank yang gw bawa hahaha... Ini dia…

Seperti apa MP3 Trader itu?
Orang-orang penggila dokumentasi yang mengumpulkan media berupa gelombang estetik bernama MP3. Terus MP3 Trader adalah orang-orang yang amat telaten dalam mendokumentasikan sebuah artis. Berhubung salah satu esensi MP3 Trader adalah ketelatenan dan dokumentasi.

Mengapa media MP3?
Karena esensinya sama yaitu musik, kalau CD orisinil secara finansial jauh lebih mahal. Sebaliknya lewat MP3 justru jauh lebih murah. Namun, itu juga ada konsekuensinya yaitu seorang MP3 Trader gak bisa ngedapetin apa yang ada di CD seperti kualitas, sleeve cover, dan art-work. Nah, kalau di MP3 kan nggak bisa ngedapetin itu semua, jadi hanya esensi lagu saja. Sementara musik dijual kan nggak hanya musiknya, akan tetapi sampai ke konsep paling luar seperti sleeve design dan art-work album tersebut.

Untuk masalah pemilihan genre musik?
Tergantung sih. Tiap orang punya spesialisasi tersendiri. Ada yang ngumpulin semua jenis musik, terus ada lagi yang benar-benar spesifik seperti lebih ke musik indies/ brit-pop atau musik metal. Tapi gak menutup kemungkinan karena bentuknya MP3 yang kecil dan bisa didapatkan dengan mudah jadi biasanya beberapa MP3 Trader ngumpulin semua jenis musik. Namun, biasanya si MP3 Trader itu sendiri punya basic musiknya sendiri-sendiri. Kalo gua sendiri ngumpulin semua jenis musik, sampai ke musik-musik mainstream gua kumpulin, meski nggak banyak juga. Tapi kalau ngelihat basicnya, gua lebih banyak ke indie rock sama indie pop.

Definisi dari MP3 Trader itu sendiri?
Gak ada definisi mutlak tentang MP3 Trader. Yang paling nikmatnya ketika kita nemuin nemuin sesuatu di musik. Jadi lebih up to date. Ketika orang lagi ngederinnya apa gitu, lo udah dengerin musik dari berbagai daerah. Prosesnya nikmat gitu pas lagi nyari lagu.

Terus sejarah MP3 Trader itu sendiri?
Berawal dari orang-orang yang ngumpulin bootleg dan b-sides. Bootleg itu sendiri maksudnya kumpulan album-album live sedangkan b-sides maksudnya lagu-lagu yang nggak dirilis di album resminya. Namun, sejak perkembangan teknologi MP3 tahun 1991 nah saat itulah pencerahan baru di dunia musik terjadi. Sebuah media yang begitu murah. Kalau perkembangannya di dunia sendiri, gw gak tahu sih. Tapi di Indonesia ada sejak 1998-1999. Tahun itu pula format MP3 belum begitu familiar meski banyak juga yang makai.

Sudah berapa lama jadi MP3 Trader?
Sekitar tahun 2000. Awalnya gw dapet hibah dari teman gw yang awalnya isi-isi lagunya dari Sinead O Connor, Tori Amos, Jewel era album baru yang masih folk country. Waktu itu gw dapet belasan CD. Mulai dari situ gw mulai nyari-nyari album. Sampai akhirnya ketemu ama temen-temen lainnya yang juga pada nyari lagu. Tapi gak hanya dalam bentuk MP3 saja, akan tetapi dalam bentuk CD yang gw rip ke MP3. Ketemu-ketemu teman lainnya dan akhirnya mulai kebentuk jaringan. Mulai tuker-tukeran sampai terkumpul terus.

Sudah punya berapa album?
Sekitar 3000 album. Tapi itu belum termasuk MP3 yang gw dapet di “Flower City”. Dan dengan beruntungnya gw dapat CD full album dari Bob Dylan, CafĂ© Del Mar, ACDC, John Lennon di “Flower City”. Gw melihat sebuah album itu dari monumentalnya. Seberapa monumental album itu. Kalau Radja pun monumental gw bakal ngumpulin lagu-lagunya hahaha…

10 album yang komplit apa aja?
Bob Dylan, Cocteau Twins, Blur, The Smith, Tahiti 80, Sigur Ros, Slow Dive, God Speed You Black Emperor, Depeche Mode, dan Pet Shop Boys. Dan masih banyak lagi sebenarnya. Jadi, sifat buruknya jadi MP3 Trader itu gak pernah puas dalam nyari lagu.

Proses dan siklus nyari lagunya gimana?
Kalau dilihat dari waktunya gak tentu sih. Kadang satu bulan bisa datang dua giga! Atau bisa juga kosong melompong gak dapet lagu satupun. Terus siklus dapatnya dari jaringan teman-teman. Jadi MP3 Trader itu siklus dapetin lagunya muter ke orang-orang itu saja. Bahkan gw pernah ngalamin kayak gitu. Ceritanya gw waktu itu ngeberesin sebuah album yang track listnya udah gw beresin. Terus selang setahun gw dapet MP3 dari teman yang isinya album-album yang track listnya dari gw. Jadi si MP3 itu kayak siklus dan muter gitu hahaha… Terus selain lewat jaringan teman, yah gw biasa dapetin lewat usaha sendiri yaitu ngedownload pakai software kayak Internet Download Manager (IDM), Torrent, dll. Jadi gw kalau ngedapetin lagu suka ada target-target tertentu. Gw biasa dapetin selain lewat software juga dapetin dari link MP3 blog orang-orang bule. Terus pas dapet album wuuuiiihh… rasa puas itu nggak ada tandingannya. Rasanya nikmat aja gitu.

Lu sendiri yang paling puas ketika dapetin lagu dari album apa? Hmmh… Gw ngerasain perasaan itu beberapa kali. Dan yang paling puas sih waktu gw dapetin album The Pastels “Illumination”. Gw dapet album itu dari teman gw yang juga seorang trader. Menurut gw itu adalah album monumental sepanjang sejarah indie pop. Album paling tulus sepanjang sejarah gw ngedengerin indie pop.

Apakah MP3 Trader semacam perkumpulan yang ada link-linknya? Kalau disebut perkumpulan sih bisa juga disebut perkumpulan. Namun, nggak ada nama resmi perkumpulannya, tahu-tahu udah ada jaringannya terus itu juga teman-teman semua. Hubungannya malah kayak Multi Level Marketing (MLM) atau arisan berantai, yah yang kayak gitulah… Jaringan seperti itu yang bisa membuat kultur baru di musik.

Standarisasi dalam Trading MP3?
Standar trading sekarang itu bitrate suara di MP3 minimal 128 kbit. Tapi banyak MP3 Trader ngerasa itu masih kurang atau terlalu standar dan belum mewakili enak di kuping. Makanya ada trader yang cuma nerima resolusi suara 192 kbit keatas. Kalau ada seseorang yang nggak bisa menuhin klasifikasi seperti itu biasanya trading dilakukan hanya sebatas untuk didengarkan saja. Bukan untuk di trade lagi. Standarisasi lainnya album tersebut mesti komplet tracklistnya jangan sampai ada missing track, nggak ada gitter atau noise di lagunya, tracklist rapi. Ada juga trader yang ngumpulin sampe gambar cover di tiap albumnya, ada info di ID tracknya, sampai ada juga trader yang masukin review album di folder MP3-nya. Review biasanya didapat dari situs Pitchfork sama NME. Jadi pas orang dapat pun udah percaya banget.

Apakah budaya MP3 Trader itu sama dengan pembajakan?
Kalau gw lihat sih dari sisi dokumentasinyanya. Toh, kalau dibilang pembajakan juga yah emang udah konsekuensinya si MP3 Trader. Karena MP3 Trader juga gak bisa dapetin esensi lainnya diluar musik seperti sleeve cover dan art-work cover album. Selain itu tetap ada konsekuensi lainnya seperti kualitas suara yang gak bisa ngalahin CD aslinya. Dan itu puasnya memang belum kebayar…

MP3 Trader termasuk pada pelanggaran hukum?
Ternyata diluar negeri itu ada gerakan bernama net label. Si net label itu melegalkan dalam arti teknis bentuk MP3 sebagai media yang sah dikoleksi siapa saja. Malah ada semacam copyright yang dimiliki net label yang namannya “Creative Common License”. Nah, si copyright itu lebih mendukung esensi berapresiasi. Kalau yang gw tangkap sih ideologi si net label itu adalah ideologi kalau lu berapresiasi itu gak perlu ngeluarin banyak duit. Cukup ngedownload juga jadi. Gw salah satu pecinta gerakan net label.

(copyright blom ditanggung pembuat artikel)

INdustri???=BulsHit (efek racun kapitalis)


Mungkin kutipan- kutipan ini tak berarti,tapi setidaknya Perusak Pesta ingin berbagi cerita dengan teman-teman yang ada di jagat persedengan ini!!!
“Mungkin untuk genre musik yang bisa menjanjikan kesuksesan sih yah di Indonesia masih didominasi musik easy listening. Kenapa bisa begitu yah karena orang-orang di daerah masih kurang referensi. Apa yang ditampilkan di TV itu yang mereka sukai” ::Uki, gitaris Peterpan.::


"media terutama televisi menjadi pengaruh terbesar bagi masyarakat."

Kenapa harus televisi..Televisi dan televisi.cukup lelah kita mengenal sebuah kotak bernama televisi ini semuanya hanya untuk mendukung sebuah komersialitas liberalis industrial belaka tidakkah pernah dipikirkan berbagai efek dari kebusukan kotak biadab ini???

“Industri musik di Indonesia mah bakalan sama aja dari tahun ke tahun dan tidak akan pernah berubah. Selama pelaku bisnis di industri ini ga mau ngebuka kesempatan dan wawasan mereka tentang keragaman musik yang ada di Indonesia yah hasilnya bakalan gini terus, setiap tahun bakalan ada Samsons--Samsons dan Radja-Radja yang baru dengan warna yang hampir sama dengan merk yang berbeda sebagai nama bandnya. Industri musik major di Indonesia ibarat restoran fastfood yang menawarkan paket-paket makanan yang berbeda walaupun sebenarnya isinya sama aja,” :: Burgerkill(dalam sebuah interview majalah) ::

Selama pelaku bisnis di industri ini ga mau ngebuka kesempatan dan wawasan mereka tentang keragaman musik yang ada di Indonesia” merupakan kerja keras kita semua sebagai insan yang berkecimpung di blantika musik Indonesia. Dan wacana untuk mengubah industri musik Indonesia merupakan PR kita bersama. Akankah pola one million copies dengan racikan musik-musik nge-pop dan komersil masih juga kiasan kita dalam menguak wacana. Ini bukan hanya tugas orang label, kritikus, jurnalis, atau orang industri saja akan tetapi masyarakat general juga dalam mengapresiasi musik Indonesia akan lebih kritis. Bukankah kita tidak ingin terus dibuai dengan band-band major yang begitu-gitu aja kan?