Sunday, February 18, 2007

Saat Musik Menjadi Persaingan ImateriaL

Ada sebuah artikel yg sangaaat mnyentuh hari iniii.harii ini saat si penulis desertir yang sedang miskin keinginan untuk membuat suatu gerakan..


MP3 Trader
Free Music Makes Legal

Sebuah pola dan kultur baru di dunia musik. Sebenarnya kultur ini sama halnya dengan fenomena cassette culture yang berkembang di kultur punk tahun 1970-an. Cassette culture itu sendiri suatu pola budaya yang menggunakan interaksi si artis dengan fans melalui media kaset. Ketika itu, format compact disk memang belum begitu populer. Beberapa band punk/hardcore DIY menggunakan kaset sebagai media penyampai pesan mereka. Caranya adalah dengan istilah “a blank tape plus self address envelope”. Jadi, si fans hanya tinggal mengirimkan sebuah kaset kosong dengan amplop yang tertulis alamatnya dia sendiri dan mengirimkannya ke alamat si artis. Dengan begitu si artis tinggal merekam lagu-lagunya ke kaset kosong tersebut dan mengirimkannya kembali ke alamat si fans itu. Semuanya hanya dengan cuma-cuma. FREE!!!

Beberapa band yang sering menggunakan pola cassette culture diantaranya Storm Bugs, The Insane Picnic, Instant Automatons, Stripey Zebras, What is Oil?, The APF Brigade, Blyth Power, The Peace & Freedom Band, Academy 23, Cleaners From Venus, Chumbawamba,Throbbing Gristle, Cabaret Voltaire, and Clock DVA. Tak hanya itu perkembangan cassette culture pun merambah hingga dunia records label. Records label seperti ini disebut dengen small tape labels seperti Snatch Tapes, Falling A Records, Datenverarbeitung (in Germany), Deleted Records, Fuck Off Records, ISC Compilation Tapes, New Crimes Tapes, Rasquap Products, Sterile Records, dan Third Mind Records

Baru ketika media MP3 ditemukan terciptalah kultur baru di dunia musik. Berterimakasih pada dewa teknos berkat kemajuan teknologi saat ini. Karena dengan teknologi MP3 semua bisa mudah menyimpan banyak lagu. Nggak perlu CD case bertumpuk, nggak perlu rak CD yang banyak. Saat ini semua sudah lebih dimudahkan. MP3 adalah suatu media yang mudah dan bisa mengkompres data hingga lebih kecil. Rasanya semua orang di dunia ini mengenal yang namanya MP3. Saya tidak akan menjelaskan panjang lebar tentang MP3 karena itu bukan bidang saya. Mari kita berkenalan saja dengan budaya baru di kultur musik yang menggunakan format MP3 ini. Namanya adalah MP3 Trader. Pola budaya ini mungkin tidak kita disadari telah kita kenal. Atau malah beberapa diantara kita memang sudah menjalani siklus pola budaya ini.

Apa yang membedakan MP3 Trader dengan Cassette Culture? Selain beda masalah format penyimpanan, yang membedakannya juga interaksinya bukanlah hanya interaksi antara artis dengan fans, akan tetapi bisa lebih kompleks lagi. Intinya adalah pola kultur saling tukar-menukar lagu antara satu orang dengan orang lainnya. Mereka saling bertukar lagu satu sama lain menggunakan format MP3. Sebenarnya tidak beda jauh ketika kamu datang ke rumah/kost-an teman dan mengacak-acak komputernya untuk mencari-cari lagu/ album yang diinginkan.
Setelah itu dengan bermodalkan CD blank kamu hanya tinggal ngeburn aja. Kemudian kamu saling tukar menukar lagu dengan trader lainnya hingga koleksi lagu kamu kian banyak… banyak… dan banyak. Terus menerus pola-pola seperti itu. Dapet MP3 kemudian tukar menukar lagi dengan trader lainnya. Dan voila… Itulah MP3 Trader. Tapi tak semudah itu juga prosesnya. Masih ada elemen-elemen dan standarisasi lainnya dalam proses pengumpulan MP3 yang mesti diperhatikan.

Yang membedakannya antara orang yang ngeburn MP3 alakadarnya dengan seorang MP3 Trader yaitu seorang trader lebih bersifat mendokumentasikan, spesifik, dan detail dalam klasifikasi sound dan lagunya. Seorang trader biasa memperhatikan kualitas sound, track list, bitrate, bahkan hingga software buat merip data pun dipikirkan. Tapi tak hanya sebatas esensi sebuah lagu, kadang diselipkan pula cover album, info, hingga review yang diambil dari majalah untuk melengkapi kevaliditasan sebuah album.

Pada perkembangannya dikenal sebuah gerakan bernama netlabel. Netlabel atau sering pula disebut dengan online label, web label, atau MP3 label berkembang sekitar sekitar akhir 90-an ketika format MP3 sudah mulai familiar. Beberapa pionir net label yaitu Kosmik Free Music Foundation (a.k.a. Kosmik 1991-1999), Five Musicians (a.k.a. FM 1995-2000), Tokyo Down records (1997-sekarang) dan masih banyak lagi. Banyak netlabel yang tersebar di beberapa negara. Terutama di Eropa dan Asia Timur.

Gerakan ini adalah sebuah tamparan bagi industri musik di dunia. Ketika semua industri musik mencari cara untuk memproteksi lagu-lagu artisnya agar nggak bisa didownload/dibajak. Maka netlabel dengan entengnya mendobrak hal-hal seperti itu. Semua orang bebas mendownload artis-artis lisensi netlabel. Semua dengan mudah mendapatkan lagu. Hanya tinggal klik saja dan here we go… Kita sudah mendapatkan beberapa album. Band-band yang terdapat di album tersebut biasanya memang memiliki kecenderungan berbeda dibandingkan musik-musik yang ada di MTV. Sebenarnya ini adalah sebuah movement positif agar sebuah band bisa didengar banyak orang. Dibalik kontroversi legal atau ilegal, bajakan atau bukan maka esensi dan spirit independensi, DIY, dan kreativitas patut dikedepankan.

Inilah dia tampilan sebuah netlabel:

“Welcome to the Netlabel Catalogue. The Catalog is a list, index, directory of music labels which offer you free downloads from their pages. There is no strict name for such labels. Some people call their netlabel also mp3 label (mp3label), online label (onlinelabel), web label (weblabel), internet label or even netaudio label... But all of them have the same idea in common: to spread good music via the world wide web for free. So check them out and find some fine netaudio-music and write the artists a nice email ;)”

(www.netlabels.org)

Tak hanya di luar negeri saja, gerakan MP3 Trader pun berkembang pesat di Indonesia. Kini banyak sekali akses untuk mendapatkan lagu-lagu keren. MP3 Trader pun dikenal dan hingga kini secara sadar atau tidak sadar telah menjadi bagian kultur itu sendiri. Terkadang tak hanya trading dalam negeri saja akan tetapi sudah saling trading dengan bule-bule sana. Bahkan dengan koleksi lagu-lagu yang lebih lengkap. Salah satu esensi agar bisa trading dengan bule kuncinya hanya satu saja: Saling percaya.

Sebenarnya terlepas dari masalah legal atau ilegal, saya berhasil menemui seorang MP3 Trader bernama Gembi yang juga seorang personil band multimedia-performance art, Pemuda Elektrik yang koleksi lagu-lagu MP3-nya mencapai ribuan!!! Sakit… bahkan saking bingungnya dia malah hampir sudah lupa band-band apa saja yang dimilikinya. Interview ini dilakukan sambil mencari-cari band favorit gw dan ngeburn ke CD blank yang gw bawa hahaha... Ini dia…

Seperti apa MP3 Trader itu?
Orang-orang penggila dokumentasi yang mengumpulkan media berupa gelombang estetik bernama MP3. Terus MP3 Trader adalah orang-orang yang amat telaten dalam mendokumentasikan sebuah artis. Berhubung salah satu esensi MP3 Trader adalah ketelatenan dan dokumentasi.

Mengapa media MP3?
Karena esensinya sama yaitu musik, kalau CD orisinil secara finansial jauh lebih mahal. Sebaliknya lewat MP3 justru jauh lebih murah. Namun, itu juga ada konsekuensinya yaitu seorang MP3 Trader gak bisa ngedapetin apa yang ada di CD seperti kualitas, sleeve cover, dan art-work. Nah, kalau di MP3 kan nggak bisa ngedapetin itu semua, jadi hanya esensi lagu saja. Sementara musik dijual kan nggak hanya musiknya, akan tetapi sampai ke konsep paling luar seperti sleeve design dan art-work album tersebut.

Untuk masalah pemilihan genre musik?
Tergantung sih. Tiap orang punya spesialisasi tersendiri. Ada yang ngumpulin semua jenis musik, terus ada lagi yang benar-benar spesifik seperti lebih ke musik indies/ brit-pop atau musik metal. Tapi gak menutup kemungkinan karena bentuknya MP3 yang kecil dan bisa didapatkan dengan mudah jadi biasanya beberapa MP3 Trader ngumpulin semua jenis musik. Namun, biasanya si MP3 Trader itu sendiri punya basic musiknya sendiri-sendiri. Kalo gua sendiri ngumpulin semua jenis musik, sampai ke musik-musik mainstream gua kumpulin, meski nggak banyak juga. Tapi kalau ngelihat basicnya, gua lebih banyak ke indie rock sama indie pop.

Definisi dari MP3 Trader itu sendiri?
Gak ada definisi mutlak tentang MP3 Trader. Yang paling nikmatnya ketika kita nemuin nemuin sesuatu di musik. Jadi lebih up to date. Ketika orang lagi ngederinnya apa gitu, lo udah dengerin musik dari berbagai daerah. Prosesnya nikmat gitu pas lagi nyari lagu.

Terus sejarah MP3 Trader itu sendiri?
Berawal dari orang-orang yang ngumpulin bootleg dan b-sides. Bootleg itu sendiri maksudnya kumpulan album-album live sedangkan b-sides maksudnya lagu-lagu yang nggak dirilis di album resminya. Namun, sejak perkembangan teknologi MP3 tahun 1991 nah saat itulah pencerahan baru di dunia musik terjadi. Sebuah media yang begitu murah. Kalau perkembangannya di dunia sendiri, gw gak tahu sih. Tapi di Indonesia ada sejak 1998-1999. Tahun itu pula format MP3 belum begitu familiar meski banyak juga yang makai.

Sudah berapa lama jadi MP3 Trader?
Sekitar tahun 2000. Awalnya gw dapet hibah dari teman gw yang awalnya isi-isi lagunya dari Sinead O Connor, Tori Amos, Jewel era album baru yang masih folk country. Waktu itu gw dapet belasan CD. Mulai dari situ gw mulai nyari-nyari album. Sampai akhirnya ketemu ama temen-temen lainnya yang juga pada nyari lagu. Tapi gak hanya dalam bentuk MP3 saja, akan tetapi dalam bentuk CD yang gw rip ke MP3. Ketemu-ketemu teman lainnya dan akhirnya mulai kebentuk jaringan. Mulai tuker-tukeran sampai terkumpul terus.

Sudah punya berapa album?
Sekitar 3000 album. Tapi itu belum termasuk MP3 yang gw dapet di “Flower City”. Dan dengan beruntungnya gw dapat CD full album dari Bob Dylan, CafĂ© Del Mar, ACDC, John Lennon di “Flower City”. Gw melihat sebuah album itu dari monumentalnya. Seberapa monumental album itu. Kalau Radja pun monumental gw bakal ngumpulin lagu-lagunya hahaha…

10 album yang komplit apa aja?
Bob Dylan, Cocteau Twins, Blur, The Smith, Tahiti 80, Sigur Ros, Slow Dive, God Speed You Black Emperor, Depeche Mode, dan Pet Shop Boys. Dan masih banyak lagi sebenarnya. Jadi, sifat buruknya jadi MP3 Trader itu gak pernah puas dalam nyari lagu.

Proses dan siklus nyari lagunya gimana?
Kalau dilihat dari waktunya gak tentu sih. Kadang satu bulan bisa datang dua giga! Atau bisa juga kosong melompong gak dapet lagu satupun. Terus siklus dapatnya dari jaringan teman-teman. Jadi MP3 Trader itu siklus dapetin lagunya muter ke orang-orang itu saja. Bahkan gw pernah ngalamin kayak gitu. Ceritanya gw waktu itu ngeberesin sebuah album yang track listnya udah gw beresin. Terus selang setahun gw dapet MP3 dari teman yang isinya album-album yang track listnya dari gw. Jadi si MP3 itu kayak siklus dan muter gitu hahaha… Terus selain lewat jaringan teman, yah gw biasa dapetin lewat usaha sendiri yaitu ngedownload pakai software kayak Internet Download Manager (IDM), Torrent, dll. Jadi gw kalau ngedapetin lagu suka ada target-target tertentu. Gw biasa dapetin selain lewat software juga dapetin dari link MP3 blog orang-orang bule. Terus pas dapet album wuuuiiihh… rasa puas itu nggak ada tandingannya. Rasanya nikmat aja gitu.

Lu sendiri yang paling puas ketika dapetin lagu dari album apa? Hmmh… Gw ngerasain perasaan itu beberapa kali. Dan yang paling puas sih waktu gw dapetin album The Pastels “Illumination”. Gw dapet album itu dari teman gw yang juga seorang trader. Menurut gw itu adalah album monumental sepanjang sejarah indie pop. Album paling tulus sepanjang sejarah gw ngedengerin indie pop.

Apakah MP3 Trader semacam perkumpulan yang ada link-linknya? Kalau disebut perkumpulan sih bisa juga disebut perkumpulan. Namun, nggak ada nama resmi perkumpulannya, tahu-tahu udah ada jaringannya terus itu juga teman-teman semua. Hubungannya malah kayak Multi Level Marketing (MLM) atau arisan berantai, yah yang kayak gitulah… Jaringan seperti itu yang bisa membuat kultur baru di musik.

Standarisasi dalam Trading MP3?
Standar trading sekarang itu bitrate suara di MP3 minimal 128 kbit. Tapi banyak MP3 Trader ngerasa itu masih kurang atau terlalu standar dan belum mewakili enak di kuping. Makanya ada trader yang cuma nerima resolusi suara 192 kbit keatas. Kalau ada seseorang yang nggak bisa menuhin klasifikasi seperti itu biasanya trading dilakukan hanya sebatas untuk didengarkan saja. Bukan untuk di trade lagi. Standarisasi lainnya album tersebut mesti komplet tracklistnya jangan sampai ada missing track, nggak ada gitter atau noise di lagunya, tracklist rapi. Ada juga trader yang ngumpulin sampe gambar cover di tiap albumnya, ada info di ID tracknya, sampai ada juga trader yang masukin review album di folder MP3-nya. Review biasanya didapat dari situs Pitchfork sama NME. Jadi pas orang dapat pun udah percaya banget.

Apakah budaya MP3 Trader itu sama dengan pembajakan?
Kalau gw lihat sih dari sisi dokumentasinyanya. Toh, kalau dibilang pembajakan juga yah emang udah konsekuensinya si MP3 Trader. Karena MP3 Trader juga gak bisa dapetin esensi lainnya diluar musik seperti sleeve cover dan art-work cover album. Selain itu tetap ada konsekuensi lainnya seperti kualitas suara yang gak bisa ngalahin CD aslinya. Dan itu puasnya memang belum kebayar…

MP3 Trader termasuk pada pelanggaran hukum?
Ternyata diluar negeri itu ada gerakan bernama net label. Si net label itu melegalkan dalam arti teknis bentuk MP3 sebagai media yang sah dikoleksi siapa saja. Malah ada semacam copyright yang dimiliki net label yang namannya “Creative Common License”. Nah, si copyright itu lebih mendukung esensi berapresiasi. Kalau yang gw tangkap sih ideologi si net label itu adalah ideologi kalau lu berapresiasi itu gak perlu ngeluarin banyak duit. Cukup ngedownload juga jadi. Gw salah satu pecinta gerakan net label.

(copyright blom ditanggung pembuat artikel)

0 comments: