Sunday, February 13, 2011

Ekspresikan Kekesalanmu Dengan Sepaket Sh#T


Pernahkah merasa kesal setengah mampus sama seseorang? Entah itu mantan, bos, atau siapapun yang membuatmu meraasa naik darah lalu turun lagi ke pantat? Kalau jawabannya adalah YES [PERNAH], maka yang satu ini wajib dijajal.

Beberapa waktu lalu gue lagi ngopi-ngopi di kantor. Sambil ngelarin kerjaan, temen gue tiba-tiba nyeletuk “Guys, di luar negeri sana ada varian bisnis baru. Namanya bisnis kirim kado yang isinya TAI,” kata dia semangat.

Gue jawab, “Wow..boleh juga,”. Eh dia jawab, “Cuy, kalo di Indonesia dikembangin dan dipeloporin oleh kita masih laku gak?,”. Gue gak jawab, tapi dalam hati gue berpikir habis-habisan soal bisnis gila ini. Semua orang pasti pernah kesel dan bahkan bisa jadi sampe sakit hati. Bagaimana cara membuat hati “plong” setelah dongkol sama orang itu yang masih beda-beda.

Ada temen gue yang bilang orang Indonesia lebih suka yang go to the action. Lo kesel, saat itu pula lo tonjok orangnya. Jujur, gue dulu juga sempat begitu. Namun makin lama makin enggak banget cara kayak gitu. It’s too barbar I think. Stop fighting better thinking!

Back to business TAI tadi, gue jadi berandai-andai seandainya bisnis itu diterapkan di Indonesia. Temen gue siap memasok TAI kucing, lantaran di rumahnya banyak kucing. Tapi gue lebih sreg kalo yang dikirim adalah people’s SHIT. Alias TAI orang. Sama di luar negeri sono juga yang dikirim bukan animal shit ore people’s SHIT. Tapi TAI orang yang memiliki kekesalan tingkat tinggi sama orang yang dikirimin.

Jangan disangka pengiriman TAInya gak pro. Sama seperti jasa pengiriman lainnya, packagingnya dibuat mewah dan jangan sampai The Shit is Broken sebelum nyampe di alamat yang dituju. Kalo gak percaya, googling dah Bisnis Pengiriman TAI [in English version of course]. Kemasannya dibuat sangat apik, pake alumunium foil dan dibungkus pake kotak yang sangat cantik. Pokoknya dari luar gak keliatan deh kalo isi dalemnya itu adalah SHIT.

Yang lebih menarik lagi, gimana ekspresi dan perasaan si penerima paket ini. Enggak ada nama pengirim di paketnya, so pasti seandainya lo dapet paket lo gak akan tau dari siapa paket istimewa itu. Yang bisa menjawabnya cuman feeling, seandainya lo merasa pernah nyakitin hati seseorang. Masalah lo mau kirim balik your SHIT itu urusan belakangan.

Gue sempet kepikiran bentuk package kayak mainan badut-badutan yang pake per ato membran itu. Begitu dibuka kotaknya, kepala badutnya nongol. Nah ini, kotak dibuka, dan muka penerima bakal belepetan SHIT. Wohoo, jadinya lo gak perlu nonjok orang yang lo sebelin kan? Dan masih banyak package-package lain yang siap membuat shock penerimanya.

Ah, karena ini udah mau selebrasi pinky-pinky dan banyak orang bingung mau ngasih hadiah apa, mungkin paket ini bisa lo pilih.

Masih penasaran, visit www.kirimtai.com dari wc-wc dan toilet terdekat di tempat tinggal lo semua!

Sunday, February 6, 2011

Ketika [Harus] Bicara Passion


Ah, passion. Ada apa dengan passion? Passion bukan fashion tentunya. Tapi kali ini bolehlah saya membahasnya sedikit. Ketika atmosfer mengharuskan jemari menari-nari di atas tuts keyboard untuk menulis dan sudah gatel tangan bila tidak ‘menggaruk’.

Biar tidak kemana-mana, saya hanya mau membahas passion dalam pekerjaan. Beberapa kali saya merasakan tempat kerja dengan passion yang berbeda-beda. Dan terakhir ini, merasakan tempat kerja yang so lovely. Ada di dunia yang sangat saya suka [ehm..gaming dan gadget]. Daan, ada plus-plusnya sih..plus orang-orang yang hobi musik dan film.

Oke, lalu cukupkah modal kata suka pada objeknya? Saya berani bilang TIDAK. Karena saya bekerja di industri media, maka saya [merasa] perlu untuk memiliki passion jurnalistik. Ehm, bukan lantaran saya memang sedari dulu ingin jadi jurnalis. Namun lebih karena ingin totally doing something. Rasanya sayang kalau sudah nyemplung tapi masih enggak mau basah.

Well, miris saja melihat orang-orang tanpa passion mencoba mengadu nasib di suatu lahan. Hasilnya saya yakin akan amburadul dan hanya menimbulkan kekecewaan banyak pihak. Efek lainnya, bekerja tanpa passion hanya membuang-buang waktu yang jauh lebih mahal dari apapun.

Yang lebih aneh lagi, mengaku berpassion tapi mengeluh karena tidak mendapat ‘apa-apa’ dari yang dikerjakan. Oh my gosh, untuk orang-orang yang masih seperti itu, saya sarankan untuk mencoba bersyukur.Setiap hari mengeluh hanya membuat orang-orang seperti itu semakin memperlihatkan bila hidupnya ‘susah’. Kenapa saya beri tanda kutip? Karena saya yakin bila sebenarnya mereka tidak susah. Selain itu cobalah pahami lingkungan sekitar yang pastinya tidak akan buta.

Satu hal yang saya pegang, bila mengerjakan sesuatu dengan hati, sepenuhnya dan tidak setengah-setengah, air yang mengalir juga tidak akan setengah dari keran yang diputar. Masalah seberapa cepat putaran krannya, itu hanya masalah waktu.