Tuesday, August 31, 2010

Well Educated Family = Snob and Strict???


Tadi malam ngobrol ngobrol sama teman kantor habis buka puasa. Ya sharing sharing pengalaman aja sih. Maklum, sesiangan sibuk dengan aktivitas. Ya walaupun kalau yang enggak tahu palingan menganggap what’s this? Hahaha, tapi so fun lah yang jelas.

Nah, singkat kata kita cerita soal background keluarga masing-masing. Well, panjang lebar juga lah. Walaupun menyenangkan sekali. Ditemani segelas kolak yang harganya amat sangat murah [untuk di Jakarta] cerita pun dimulai.

Pertama saya cerita soal pengalaman nulis saya yang ehm [lumayan] tragis tapi manis. Sampai akhirnya cerita soal keluarga. Ya, ini kali keberapa orang yang ngobrol dengan saya menilai saya adalah anak dari keluarga yang well educated.

Ehm, entah kenapa kata-kata itu terlalu naïf untuk disematkan. Mengingat saya adalah orang yang kurang memperhatikan urgensi pendidikan itu sendiri. Skill jelas perlu, tapi kata-kata “Wah, keluarga lo berpendidikan banget ya,” rasanya terlalu berlebihan untuk diamini.

Kalau mau jujur, memang orang tua saya menomor satukan urusan pendidikan anak anaknya. Yang penting dan tidak boleh terlewat adalah sekolah. Kondisi ini memang membuat sedikit dilematis, kadang orang tua memiliki keinginan agar anaknya menjadi yang mereka inginkan.

Waktu saya masih duduk di sekolah menengah, orang tua berharap saya jadi dokter. But it’s so sucks for me. Pilihan saya adalah masuk jurusan IT [padahal hanya suka main game dan ngoprek hardware tapi nilai pelajaran eksak enggak pernah biru] dan menjadi orang yang bergerak di bidang seni dan budaya.

Akhirnya, impian tinggal angan-angan. Saya tetap menjalani jalur yang saya inginkan di bidang seni dan budaya. Masuk Fakultas Ilmu Budaya [so called Sastra] dan orang tua hanya mengamini saja. Sumpah, untuk urusan hitung menghitung saya sangat dodol sekali. Kecuali menghitung uang [mungkin].

Lagi, keadaan yang katanya well educated itu membuat sebagian orang mengesankan bila orang tua saya adalah orang yang snob and strict. Menanggapi itu, mungkin memang ada benarnya. Kedua orang yang membesarkan saya berbackground pengajar.

Terutama babeh saya, dia sudah makan asam garam jadi dosen tapi buntutnya nyemplung ke dunia publishing. Yang terakhir akhirnya melancarkan saya nyemplung ke bidang yang sebelas duabelas lah.

Awalnya, saya melihat babeh masih menerapkan pola ngedosen di publishing. Tapi lama-lama enggak juga. Bahkan lebih terlihat kekinian. Gaya-gaya mengerjakan sesuatu kini sudah seperti anak muda saja. [Tapi tampilannya tetap old sih hehehe].

Bagaimana dengan emak saya?. Sebenarnya emak saya pekerja seni. Tapi entah kenapa agak malu-malu mengakuinya. Jadinya malah terkesan snob and strict itu tadi. Padahal hati kecilnya saya tahu kalau jiwa seninya masih berkobar di usia yang sudah kepala 5.

Hmm, apakah well educated equals snob and strict? Hohoho…masih teka-teki besar yang mulai terkuak perlahan lahan!

Friday, August 27, 2010

Visiting My Lovely City


Huahuei, finally I can go to my lovely city. Berbulan bulan terjebak rutinitas ibukota akhirnya bisa relax. Yess, ibukota Jawa Barat memang selalu membuat saya relax setelah mengorek rejeki di tanah orang.

Dueng, memang enggak begitu lama. Tapi paling enggak bisa membuat pikiran adem, hati gak panas dan suka.

Banyak hal unik disini, banyak hal menyenangkan. Banyak orang orang yang ngangenin dan buanyak lagi yang menyenangkan.

Makanan manknyus, harga yang masih murah [sebagian]. Gadget gadget yang kadang limited dan suasana yang menyenangkan membetahkan banget lahhh…ahhh mari menikmati sebelum waktunya berakhir.

Ayooo liburan dan senang senang :)

Thursday, August 19, 2010

When the Trash Still in Your Soul


Bwah, bongkar bongkar CD dulu lah cari cari playlist yang pas biar semangat sebelum hit the road sore sore. Hey, apa ini? MARCH-Polymath. Saya langsung teringat sore-sore liputan pensi anak SMA di sebuah gor yang cukup besar di Jakarta.

Sebenarnya yang bikin saya ingat adalah karena itu pertama kalinya liputan pensi dengan audience yang super minim. Padahal konsep acaranya lumayan lah. Nah salah satu pengisi acaranya adalah MARCH. Band trashmetal yang satu ini ternyata berhasil memikat hati saya/

Kenapa? Saya tidak begitu sering mendengarkan band band metal Indonesia yang baru. Karena banyak yang tipikalnya sejenis. Kecuali kalau saya pernah nonton livenya dan ternyata asyik. Seperti juga MARCH.

Sampul albumnya saya suka. Tidak memakai huruf huruf yang ‘berakar’. Tapi tetap menyatakan kalau yang mereka mainkan adalah musik cadas. Nah, beranjak ke track 1 ‘Alpha’ nampaknya MARCH tidak mau menahan tensi pendengar. Disambung Akhir Ambisi yang bernuansa live [padahal rekaman di studio dengan kualitas recording nomer wahid].

Wajar, entah kenapa saya mengira financial band ini lancar, sehingga urusan sound dan lain sebagainya jelas bisa mendapat kualitas yang mumpuni. Track ke-3 “Teori Konspirasi” adalah track favorit saya. Video klipnya sudah banyak beredar di youtube.

Satu lagi poin plusnya adlaah banyak lagu berbahasa Indonesia seperti Fase Emosi Raga, Pemberontakan Metafisis, Konfrontasi, Batas Nalar, dan Merasuki Akal yang lirik liriknya tidak kacangan. Setidaknya mereka sudah berani memakai bahasa sendiri.

Youp, semangat saya sore ini terpompa kembali. Mari kita Hit The Road dengan kecepatan maksimum!

Sunday, August 15, 2010

Now I Know Why The Subject Was 4 Credits



Hmmm, sebagai seorang lulusan Sastra Inggris [sekarang Fakultas Ilmu Budaya] saya sempat keheranan kenapa pelajaran Bahasa Indonesia sampai ada 4 SKS [sistem kredit semester] waktu saya kuliah dulu. Tadinya dalam pikiran saya, all of the subjects are about learning English and it’s culture.

Waktu kuliah saya yang menilai banyak sks=pendongkrak IPK ya iya iya aja. Padahal nyatanya Bahasa Indonesia yang kuliahnya 2 kali seminggu itu selalu dipandang sebelah mata. Gak pernah serius dan sering dipake bercanda sama teman-teman saya.

Alhasil begitu hasil ujian keluar, nilai Bahasa Indonesia tidak terlalu memuaskan. DAMN, orang Indonesia bahasa sendiri gak bisa? Apa kata dunia? Akhirnya saya ngulang lagi mata kuliah itu.

Pada saat ngulang bukannya menyimak dengan serius, saya malah tambah sering bolos. Dengan alasan ahh perbaikan sih kehadirannya cukup setengahnya. Dan, taraa begitu ujian lagi lagi saya kerjakan sekenanya. Lagi-lagi nilai saya sama saja dengan semester pertama. [Batin saya, duh ngapain buang buang jatah 4 sks. Padahal beberapa mata kuliah lain juga perlu perbaikan].

Ternyata, sekarang pas sudah menapak ke dunia pekerjaan yang sekarang, baru kerasa kenapa dosen dosen saya waktu itu memberi 4 sks untuk Bahasa Indonesia. Ya, pertama kali menjadi kuli hardisk [jurnalis zaman sekarang udah bukan kuli tinta hehehe], artikel saya yang tulisannya sudah cukup baik itu tanda bacanya salah semua. Bahkan penulisan judul, kata depan dan buanyak lagi kekeliruan kecil lainnya.

Jadilah saya baru tersadar kenapa dulu Bahasa Indonesia dibuat 4 sks. Kalau saja dulu saya memperhatikan pelajaran Bahasa Indonesia mungkin redaktur saya tidak perlu repot repot mengedit kesalahan kecil dalam tulisan saya.

Tapi lama-lama saya jadi terbiasa menulis dengan Bahasa Indonesia yang sesuai KBBI [at least saya sering mengecek kebenaran katanya di KBBI] dan kalaupun format penulisannya santia ya paling gak bukan berupa singkatan singkatan bak mengirim sms.

Sama halnya dengan waktu saya menulis buku. Buku pertama saya carut marut tanda bacanya. Sampai editornya pusing. Beda dengan 2 buku terakhir saya yang rampung bulan lalu. Kayaknya kekeliruan tanda bacanya sudah semakin sedikit dan lebih enak dibaca juga sih.

Yap, bentar lagi mau independence day. Agustusan di bulan Ramadan, masihkah ada lomba-lomba yang mencitrakan kesakralan peringatan hari kemerdekaan?. Balap kerupuk, panjat pinang, balap karung, dan buanyak lagi akankah hilang atau dikurangi lantaran puasa?.

Jangan-jangan bukan hanya lomba yang dikurangi atau bahkan hilang. Siswa siswi sekolah dan pegawai negeri jangan jangan malah ogah ogahan disuruh mengikuti upacara bendera lantaran harus berdiri lama dan menahan lapar dan dahaga karena puasa. Hmmm, bagaimana ya? Kita lihat 2 hari lagi deh. Yang jelas kalau saya sih sebagai pekerja media tetap akan berusaha berbahasa Indonesia yang baik.

Thursday, August 12, 2010

Free Shot!


Dufff, baru muncul lagi malem-malem. Tepar bro, badan 2 hari ini sedang tidak berbaik hati sama saya. Kemaren keracunan SOTO dan diare masih belum fit. Huhu, not good at all. Fasting in sick is not good at all. Bwahahaha but I try to finish fasting day by day.

I try to finished my games. Ya reviewer yang baik harus menamatkan game yang dicoba [starting from COD4, Prison Break, and now GTA IV Liberty City]. Game is similar with Novel or Film, it means if you have watched or read it, you must read or watch it until the end. Jangan nanggung, nanti jadinya hanya kira-kira dan bahkan lebih ‘get into it’ kalau kita udah bisa namatin game itu.

Tapi mendadak saya kangen sama toycam. Yap, HOLGA killed my brains [hayah berlebihan buanget]. Kangen mainin kamera itu lagi. One of the Lomography spirit is freedom of expression. Just shot if you want. Asik banget kan, gak perlu ngatur ini itu jepret jepret jepret dan whooo.

But I should finish my new responsibility. Banyak orang bertanya apa sih? Yes, it’s a lil secret. Tapi gak lama lagi palingan udah pada tau kok. The job is so fun. And I love it..Yap, let’s pray to the boss of the universe.

Tuesday, August 10, 2010

Don’t be Fragile

God..The Boss of The Universe, give me power, give me light and show me the way. I always said these pray every second in my heart. I just can share this feeling to you God The Almighty. Amen.

Sorry [kayaknya tulisan saya akhir akhir ini agak menye] sebenernya saya selalu menghit tangan saya supaya tidak menulis ego di sini. Ya, meskipun titelnya blog pribadi tapi rasanya kalau sharing sesuatu yang lebih informative [sukur sukur menghibur] ya itu lebih baik kayaknya.

Yeah, mengintip isi tas dan saku apa saja sih yang harus [dan akan sangat membantu aktivitas harian?] Ini dia,,,[taraaaa] dan kenapa mesti ada ^_^

Ipod Touch 32 GB

Yep, music is my life music is in my mind. Jelas ditengah carut marutnya suasana lalu lintas [manusia dan kendaraan] ibukota mendengarkan musik yang sesuai selera jelas bisa membunuh kejemuan. Lalu kenapa yang touch? Hmm, fungsionalitas dari gadget ini bukan sekedar denger musik, tapi juga gaming dan browsing. Nonton video juga lumayan lah. Wi Fi jelas ada. 3 kebutuhan saya yang paling urgent, musik, gaming dan browsing masuk semua dalam gadget ini.

Nokia E 71

Huhuw, this is my godamn cellphone. Tombolnya enak buat ngetik [berita, blog atau apapun] dan baterenya tahan lama dah. Bisa 3 hari meskipun seharian diuyek uyek [dipake terus] dan bikin gak perlu was was ngecas. Beberapa orang menyarankan ganti N97. Oke, itu gadget yang keren dan banyak fungsionalitasnya. Tapi sampai saat ini saya belum menemukan urgensi membeli gadget itu.

Nokia 6275i


Handphone ini umurnya memang udah udzur. Tapi sampai sekarang keberadaan handphone CDMA masih diperlukan. Komunikasi dalam kota sih. Bwahahaha. Dan rasanya fiturnya cukup oke kok buat sebuah telepon CDMA.

PSP

Yeap, as a gamer I need this console. Memang IPOD Touch udah mumpuni buat gaming. Tapi buanyak game yang lebih asik dimainin di sini. Dan memang sejatinya sebuah konsol game memang buat gaming. Bukan buat dengar musik atau yang lainnya. Nintendo DS [ehm, kurang tertarik dengan konsol berstylus]. Kurang fleksibel aja kayaknya, dan ehm bentuknya gak seseksi PSP.

Blackberry Onyx

Ya, peranti komunikasi yang semakin menggila digunakan para abege sampai nenek nenek ini tak lain tak bukan dibawa karena banyaknya orang yang menggunakan fasilitas BBM. Dan ya diakui yang satu ini paling efektif buat ngirim email dan posting blog.

HP Mini 210

Yep netbook, lagi lagi fungsinya untuk menuangkan tulisan, berinteraksi lewat jejaring sosial dan ngeblog. Dan oupss satu lagi, menyimpan dan ngirim foto hasil jepretan kamera. Pengennya sih gaming notebook. Tapi ampun dah harganya. Mending itu buat ngerakit PC gaming baru dah. Lebih seru ganti ganti peripheral ketimbang ganti notebook yang [kayaknya] bakal lama banget.

Canon EOS 450D


Jadul ya hehe..tapi ini mainanku loh. Juga senjataku. Tapi jangan tanya teknik foto sama saya ya. Meskipun pernah nulis buku soal Jeprat Jepret. Saya tetaplah yang tergoblok di dunia potret memotret [hahaha]
Yep, keep smiling 4 me DON’T BE FRAGILE . [Ehm, katanya sipacar habis tabrakan. Not good to hear nih]. Oh duhhhh....gak enak perasaan sumpah, mana jauh lagi hmmm...

Life is a Game..errr Life is Gaming



Kalo orang bilang Life is a Game, buat saya Life is Gaming. Yeah, kalau sudah ketemu satu kata bernama game maka semua hal bisa tersingkirkan begitu saja. Ini berlangsung sudah dari zaman saya SD sampe sekarang bekerja.

Entahlah, saya lebih memilih main game seharian ketimbang hang out hang out diluaran lama lama. Ya bukan berarti males gaholll. Bukan, tapi game sukses menghipnotis saya. Apapun bakal dilakukan biar bisa ngegame [at least at handheld console].

I try to solve and finished all of my games which I played em. Kata bos gaming, kalau gak tamat main mending jangan main sekalian. Yes, ini bener banget, kayak nonton film aja lah. Kita mau review film tapi filmnya gak tamat ya apa yang mau ditulis. Sama review game pun begitu. Mau bikin tulisan tapi mainnya cuman icip icip.

Heheu, I sit in a new desk. And I Hope I can do these perfectly. AMEN.

Not Gaming in The Cafe but Cafe in The Gaming



Ketika video game mulai memasyarakat, sejumlah pihak berlomba-lomba membuat rental video game. Dari mulai perumahan, lingkungan kampus hingga pusat-pusat perbelanjaan.

Tapi jika ingin tempat nge-game yang enggak seperti rental game kebanyakan, Gen-X di Jalan Naripan No 121 memiliki konsep itu. Sejak berdiri Juni 2008 lalu, Gen-X menggabungkan rental video game dan cafe.

Begitu masuk, nuansa kenyamanan langsung terasa. Ruangan ber AC dengan sofa-sofa hitam berpadu dengan dekorasi ruangan yang didominasi warna merah dan hitam.
Deretan LCD dan televisi flat ukuran besar beserta console gamenya berjajar rapi.

Wahyu Prasetya, salah satu pegawai Gen-X menuturkan kepada detikbandung, ide membuat Gen-X ini berawal dari ide pemiliknya Doni Sopandi yang ingin membuat
tempat nge-game yang mengedepankan kenyamanan.

"Yang punya ingin memberikan kenyamanan berlimpah pada yang datang di saat nge-game, jadilah dibuat seperti ini. Mirip-mirip cafe tapi rental video game," tutur Wahyu.

Bedanya lagi, Gen-X menyediakan berbagai console gaming yang saat ini sedang naik daun seperti PS3, XBOX 360 dan Nintendo Wii.

"Justru itu yang menjadi pembedanya, kalau di rental-rental lain masih jarang yang menyewakan XBOX dan Wii. Kebanyakan kan PS 2 dan PS 3 saja," tutur Wahyu.

Koleksi game Gen-X bisa dibilang cukup lengkap. "Ada 112 judul game X-Box, 30 judul game Nintendo Wii dan 6 judul game PS 3," tambah Wahyu.

Dari berbagai konsol yang tersedia, konsol PS 3 adalah yang paling banyak diminati. Sedangkan untuk gamenya, sepakbola masih menjadi unggulan "PS 3 paling sering penuh, beda dengan X Box atau Wii. Hanya kadang-kadang saja ada yang main. Kalau untuk gamenya rata-rata pada main sepakbola entah itu PES 2009 atau Winning Eleven," seloroh Wahyu.

Khusus untuk PS 3, ada room yang bisa digunakan untuk main sampai berenam. "Sebenarnya bukan room khusus, hanya saja agak lebih private. Biasanya sih dipakai untuk yang main beramai-ramai," tutur Wahyu.

Harga sewa untuk tiap konsol bervariasi, untuk PS 3 dipatok harga Rp 8 ribu per jam, XBOX Rp 5 ribu per jam dan Wii Rp 6 ribu per jam. Sedangkan jika ingin main
lebih dari berdua dikenai charge mulai Rp 2 ribu hingga Rp 3 ribu.

Gen-X buka setiap hari mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Sedangkan di hari minggu buka hingga pukul 24.00 WIB.

Sunday, August 8, 2010

Praying in The Morning



God, let me cry for you The Boss of The Universe. Because I'm just your little creature. Anything will be bad without you. For so long time I feel far from you. But I want to share everything with you in sadness and happiness. Give me power, give me light so I can finish these responsibilities perfectly. Amen.

NB: I have finished 2 new books in 2010 [thanks god] and please show me your best way in this life. Amen.

Everybody, Happy Fasting, No More Irritating and Keep Smiling.

For my Familla-Lovely Dad, Mumz and Sist in this Ramadan I can stay with all of you. But I promise, I will go home if I have finish my first responsibility here. So let's pray again and again. [Maybe I will go home at first week of Ramadan. Miss ya all]

Last Ramadan I still stay at home, always sahur together with my dad and mumz. Oh yeah..there was a big earthquake in West Java. Owh great experiences in reporting news. Hope this year everything is getting better AMEN.

One more I want to say..God..You are The Boss of The Universe..so please Give me Light..Show me The Way..Amen.

Saturday, August 7, 2010

Dreamin’ Skatin’



Saya suka nonton beberapa olahraga extreme. Dibold ya nonton [hehe]. Karena untuk main main lagi sekarang kayaknya agak gimana gitu ya [bwahahaha]. Salah satu yang paling saya suka adalah BMX dan Skateboard. But now, I want to share a lil bit about Skateboarding.

Ehm, ya waktu Reno Pratama [professional youth skater] Indonesia bilang Skateboarding bukan sekedar olahraga tapi lifestyle, yes saya sangat setuju sekali. Elemennya memang bukan cuman olahraga. Ada musik [skatepunk, hardcore, or melodicpunk], fashion [skater-skater punya style sendiri dan semuanya dimata saya stylish : Trucker cap, t shirt, jeans dan sepatunya sudah jelas sepatu skate (one of my favourite brands VANS) Tattoo, Solidarity [patungan buat bikin ramps, bikin kompetisi patungan ngebeer eh…hehe] dan pastinya fisik dan mental juga harus tangguh untuk naklukin papan.

Yeap, now talking about Skateboarding in Game. Tentu favorit saya adalah Tony Hawk Series [meskipun ada seri yang lain]. Bukan apa-apa, seri Tony Hawk dari yang paling lawas sekalipun masih asik buat dimainin kok. Tapi saya lebih prefer yang PC series ketimbang yang console. Gambarnya jauh lebih baik dan asik aja bikin trik pake keyboard.

Dan asiknya, game besutan Activision ini gak makan resource. Believe me, I try TonyHawk ProSkater 2 dan 3 di PC Pentium II dengan VGA 8 MB dan RAM 64 MB doang. Oshh, tapi tetap asik yang jelas.

Tony Hawk Underground jelas mantap, set tempat di jalanan [as the title of course] jelas bikin saya suka banget. Skatin over the stairs, sidewalk, hydrant and train or bus [woohooo] so awesome.

Terakhir saya main Tony Hawk American Wasteland. Tetap asik, dengan music music up beat yang membuat serasa main di papan beneran dan tentunya suasananya masih di jalanan. Come on, let’s skatin!

Friday, August 6, 2010

Finally, Can Hit da Strings!


Jreng jreng jreng, siang amat baru posting [oh so sorry]. Yeap, finally beberapa hari yang lalu saya bisa menaklukan game yang selama ini membuat saya frustasi. Huhuy, Guitar Hero. Finally I can hit da strings [parah banget ya]. Setelah mengenal game ini sejak sekitar tahun 2004.

Awalnya saya enggak minat untuk melihat game dengan instrument gitar [masih mending DJ Hero he he]. But, akhirnya saya iseng menginstal Guitar Hero III Legends of Rock. Alasannya simple, banyak lagu-lagu dari band band yang saya suka kayak Social Distortion, Rage Againts the Machine, Beastie Boys dan Slipknot. Padahal untuk maen pas nginstal saya masih enggak yakin.

Woohoo, pertama mainin game ini penuh perjuangan. 1 chord pun gak ada yang pas. DAMN, how comes? Diuprak sana, uprek sini default controlnya kurang nyaman buat jari jari kiri saya [alasan doang padahal].

Finally, beberapa hari yang lalu nyobain main lagi pake gitar controllernya [punya PS2 diconvert] and wow, so nice to play brad!. I can play Bulls on Parade RATM almost perfectly [rasanya kayak bisa main gitar beneran].

Duluuu banget sebenernya saya sempat kursus gitar klasik. Tapi entah karena apa yang keliru dengan tangan saya jadinya hampir setaun kursus pun masih belom fasih 1 cord pun. Gitarnya sekarang masih ada, entah mungkin mau dilego entah mau dipajang buat kenang kenangan haha.

But at least, I can be a guitar hero. Although it just in the game! Are ya ready to Rock!.

Thursday, August 5, 2010

Save Your Coffee



Haha, finally I found the supplementary drink [coffee-red]. Actually, I’m not a coffee addict. Ya sehari masih enggak sampe lebih dari 3 gelas lah [included ice coffee yea]. Walaupun memang diakui kopi yang diminum lumayan bisa membawa mood kerja hari itu.

Fyuh, now I can save my coffee a lil bit. Because of this drink. Yippy it names Quakes, walaupun sebenarnya saya paling susah sama yang namanya makan quaker. Sampe sekarang pun kalo suruh makan quaker masih enggak banget gitu rasanya.

Sampe suatu kali emak saya ngasih minuman ini sebelum berangkat ke Ibukota. Oke, 2 sachet 1 cokelat dan 1 strawberry. Pertama saya bikin yang cokelat [olala rasanya serupa rupa sama oatmeals. Hampir keluar lagi dan untung gak jadi].

Nah, terus besoknya minum lagi yang strawberry + white milk+ cold water dan yummy rasanya enak banget. Cociks lah di lidah [rasaya kayak eskrim vanilla campur strawberry]. Slurrrp, wah minuman beginian sih lebih aman dari kopi. Hmmm, healthy life+vegetarian wannabe.

Tapi yang lumayan payah, di Giant Hypermart minuman ini gak ada yang sachet [bukan masalah males beli yang gede, tapi gak safe aja minuman serbuk udah kebuka disimpen gak di kulkas]. Eh pulang dari aktivitas hari ini ternyata di so called mini market ada ternyata 1 pack isi 5 sachet.Yappp Sikattt…

Video [Never] Killed The Radio Star



Yea, morning turnin’ the set of active speakers and ‘Video Killed The Radio Star’ make me feel so want to mosh [haha]. Yes, the old song which was created by a british synthpop/newwave The Bugles in 1979 but I’m listening to the newer version which was rearranged by Me First and The Gimme Gimmes.

Lagunya menggelitik banget, kritik dimana akan ada suatu waktu video or television or video streaming will kill the radio star. Dan benar saja, saat ini popularitas gelombang suara dalam speaker stereo nyaris tenggelam oleh video.

Wajar memang, ini bukan sekedar perkembangan teknologi yang memudahkan orang mengupload video di internet. Tapi memang bisa jadi orang kebanyakan lebih menikmati sesuatu yang visual.

Oh yes, tadi pagi pagi nonton The Boat That Rocked. Uhm, again beberapa hari ini saya kebagian nonton film yang bikin saya melek. Yes ini memang bukan film baru, tapi bagi saya nonton bukan dari film ini baru atau lamanya [tapi katanya esensinya halah halahh]. Filmnya bersetting di tahun 1966, pas jaman musik POP lagi benar benar naik daun. Jelas waktu itu TV belum membombardir dunia seperti sekarang, apalagi koneksi internet [yang mungkin pada zaman itu masih jadi ide di kepala].

Oke back to the film, ditengah terjangan badai pop, ada sebuah radio bernama “Radio Rock”, sebuah radio yang menampilkan set rock selama 24 jam non stop dari sebuah perahu di tengah tengah laut. So pasti penyiarnya pun adalah mereka yang so rock and roll [meaning life is drug, sex and rock and roll].

Tapi bukan itu yang ingin diekspos Richard Curtis di sini. Sang creator yang terkenal lebih dulu lewat Four Weddings, Notting Hill dan Love Actually ini mencoba menyajikan bagaimana sebenarnya radio tidak akan terbunuh oleh apapun.

Sebagaimana rock yang identik dengan kesan rebel, Radio Rock pun begitu. Pemerintah tidak suka dan ingin membubarkan radio ini karena dianggap melanggar [or it just a symbolization of rebel?]. Namun penggemar mereka ternyata jauh lebih buanyak daripada yang menganggap siaran radio ini bosok [in Javanese language].

Gaya siaran yang slengean dan ugal ugalan begitu pas dimainkan oleh Phillip Seymour Hoffman, Bill Nighy, Rhys Ifans, Mick Frost dan Keyneth Branagh. Set musiknya jelas asik [walaupun agak kurang rock dalam versi saya hahai].

Kekonyolan, kekecewaan dan hitam putihnya rock and roll diceritakan secara menyeluruh di sini. Tapi yang menarik, tidak membuat filmnya berat. Simple but make us enjoy to watch sambil nyeruput kopi pagi pagi buta sebelum berangkat aktivitas di luaran [lho kok malah curcol].

Tapi satu yang saya petik adalah a radio will be lighted by the fans. Radio yang bagus pasti punya fans fanatik. Bukan sekedar pendengar. Saat si radio bikin acara off air misalnya, fansnya akan mengikuti kemanapun. Serupa dengan di film, saat kapal rusak dan perlahan lahan tenggelam para DJ masih menyuarakan spirit of rock and roll.

Dan disaat saat kritis ratusan kapal milik fans setia Rock Radio menyelamatkan para penyiar kebanggaan mereka. Yeah, The Bugles boleh saja bernyanyi lantang Video Killed The Radio Star. Tapi nyatanya [dan ehm ya menurut saya] yang ada adalah Radio Killed The Video Star [apa gara-gara saya yang ogah kalo suruh nonton TV lokal, who care?].

Nonton lagi ah lagu ini dalam versi lainnya ahahaahaaai

Do Ya Want To Buy a Banana?



Yeah, it’s a film about selling banana. Not banana as a fruit but a banana as a part of a men. Pas saya cerita ke temen saya soal film ini, dia langsung mengernyit “selling banana? gigolo maksud lo?,” “No bro, bukan sama sekali!,” dan teman saya masih melongo.

Ehm, kalau berharap menemukan slapstick comedy di film ini lebih baik jangan nonton A Bit of Tom Jones. Tapi kalau pengen mencari ide cerita yang tidak biasa dalam sebuah komedi, buru buru cari deh film ini. Selling piece of banana? Bisnis yang sama sekali tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Perjalanan penjualan pisang batangan ini jelas tidak mudah. Tapi penuh dengan kekonyolan dan komedinya tidak terkesan maksa. Setting tempat memang gak terlalu banyak, tapi ini wajar mengingat film ini adalah salah satu film low budget.

It’s not a porn comedy. But extraordinary idea of low budget comedy film.
Starring: Jonny Owen, Roger Evans, Eve Myles, Matt Berry, John Henshaw, Margaret John, Geno Washington and Denise Welch.

Wednesday, August 4, 2010

Bedroom is [Not] Bad Room

8 taun lalu saya mulai ngekos di kota yang[katanya] salah satu kota paling panas di Indonesia. Demi menuntaskan studi dan menimba pengalaman di negeri orang saya melalui 5 tahun di sana. Dan sebagaimana seorang yang merantau saya harus mencari tempat untuk tidur, dan aktivitas lainnya.

Akhirnya saya menemukan tempat yang lumayan. At least itu yang cukup lumayan dari yang pernah saya temui sebelumnya. Tapi dasar saya orangnya [tidak] begitu rajin untuk beres-beres kamar. Jadilah kamar kos saya waktu itu hampir sama dengan kapal pecah.

Awal awal masih lumayan, tapi pernah suatu kali amburadul luar biasa. Semua buku, majalah, kaset, CD dan buanyak benda benda aneh bertebaran tidak karuan. Komputer saya sudah seperti dalam gudang. Penuh debu, warnanya pun coklat jadinya. Begitu pula perabotan lainnya.

Beberapa bulan setelahnya kamar dibenahi, hampir seharian membersihkan kamar yang udah mirip kandang kebo itu. Tapi selidik punya selidik pas kamar berantakan biasanya aktivitas lainnya juga berantakan [kuliah telat bahkan jarang masuk, kerjaan sampingan keteteran dan banyak lagi].

Habis kamar diberesin, agak lumayan lah. Aktivitas saya jalan lagi dengan cukup tertata. Pelan tapi pasti kuliah mulai ikut beres. Mata kuliah yang ketinggalan pun kekejar lagi [walaupun tetap sempoyongan].Suatu kali teman kos saya ngajak ngecat kamar. Wow, ngecat pas liburan [ide yang baik?]. Dan ternyata, membereskan kamar saya yang jeda setaun dari terakhir dibersihkan total penuh sampah itu butuh waktu hampir 2 hari.

Padahal waktu itu saya sudah bekerja di sebuah event organizer. Alhasil 2 hari itu saya izin dengan berbagai alasan. Habis bagaimana, kamar saya bak ditata dari nol. Dan dari situ sih gak pernah sampai super berantakan. Cuman paling kotor-kotor yang bisa dimaklumi.

Pindah ke kota asal ternyata tidak begitu saja mudah. Mengepak barang dari kos dan menata di kamar baru ternyata sulit juga. Seharian penuh saya habiskan untuk menata itu semua. Sisa memasang sambungan antenna dan lain lainnya dilakukan beberapa hari kemudian. Tempat baru itu jauh lebih nyaman dari di kos saya dulu, meaning lebih bersih dan lebih betah berada di dalamnya.

Tapi lagi lagi penyakit lama kumat, hampir 2 taun dari penataan total itu saya tidak pernah melakukan pembersihan total. Akibatnya pas mau pindahan ke tempat yang baru [in the capitol of Indonesia] saya kelimpungan lagi. Seharian saya habiskan untuk mengusir debu, mengepak dan membuang berkarung karung sampah yang dipelihara 2 tahun saya tempati.

Masuk kamar baru, saya sudah tidak mau mengulang kebodohan sebelumnya. Apalagi kamar yang sekarang jauh lebih nyaman dari 2 kamar sebelumnya. Rasanya memalukan kalau saya tidak membersihkannya dengan baik. Apalagi ini tempat istirahat saya setelah seharian bergulat dengan rutinitas ibukota. Yea, bed room is not badroom.

Tuesday, August 3, 2010

Prison Break The Conspiracy [The Game]



Udah tau dong serial Prison Break yang DVD setnya kini merajalela dan bahkan sempat tayang di salah satu stasiun TV swasta di Indonesia!. Yeap, Prison Break juga hadir dalam format game multi platform [PS3, XBOX 360 dan PC]. Tapi yang akan dibahas di sini adalah review mengenai game ini di platform PC.

Berbeda dengan versi film, karakter utama dalam game ini bukanlah Michael Scofield, melainkan agen dari Company (Organisasi raksasa yg jadi musuh utamanya Scofield cs) bernama Tom Paxton. Ia dikirim ke Fox River untuk menelusuri kenapa Scofield yang tadinya hidupnya baik-baik aja mendadak harus berurusan dengan polisi dan terpaksa dikurung di balik jeruji besi.



Tom disini menjadi kunci penting dalam usaha Scofield cs untuk kabur dari penjara. Tokoh-tokoh lain seperti T Bag dan banyak lainnya juga dihadirkan di sini. Game ini adalah gabungan stealth dan action. Bisa jadi mirip dengan seri game Splinter Cell. Hanya saja, disini tokoh utama tidak memegang senjata.

Untuk menambah kekuatannya, Tom bisa menggunakan property olahraga seperti barbell dan sandsack. Bagaimana dengan grafisnya? Game besutan DeepSilver ini bisa dibilang memiliki grafis yang cukup lumayan. Tidak terlalu bagus, tapi tidak membuat processor dan VGA kelelahan saat harus merender.

Urusan soundeffect dan music, boleh diacungi dua jempol. Nampaknya seluruh pengisi suara dalam game ini adalah pengisi suara asli dalam filmnya. Jadi membuat kita serasa benar-benar ada di dalam Fox River. Bahkan, scoringnya pun dibuat asli dengan
film. Ini jelas poin plus dari game yang sempat diragukan gamer lantaran pengembangnya masih jarang terdengar di kuping gamer.


Di beberapa level, gamer yang tidak sabaran pasti akan jengkel. Karena memainkan game stealth yang jika ketahuan harus mengulang lagi tentu akan lekas membosankan. Tapi justru disitu lah serunya, sebagaimana dalam film, disini pun begitu. Yang sudah pernah nonton serialnya dan tentunya maniak film ini jelas wajib memainkan game ini. Mendebarkan? Pasti!

Monday, August 2, 2010

Jangan Pernah Ngomong Anjing di Taman Ini


Tempat main bagi anak-anak saat ini semakin terpapas habis oleh bangunan-bangunan pencakar langit dan berbau komersil. Padahal dunia anak adalah dunia bermain.

Berangkat dari kondisi itu, Phaerlymaviec Musadi (33) mendirikan The Neverlands Playground di tahun 2006. Berlokasi di Jl Baranangsiang yang juga berbarengan dengan kantor produksi clothing United Moron, Distribute dan Parental Advisory Baby Clothing.

"Neverland Playground adalah representasi dari program Never Grow Up (NGU) yang mengajak orang tua untuk lebih meluangkan waktu bermain bersama anak-anaknya," tutur Pei dalam sebuah sesi perbincangan santai.

Nama Neverland sendiri diambil Pei dari negeri milik di mana tokoh kartun Peterpan hidup. "Di sana anak-anak bisa berbuat apa yang mereka mau. Setidaknya saya mencoba menjumput sebagian kecilnya di Neverland Playground ini," ujar Pei.

Di taman bermain ini, ada ramp skateboarding, bangku taman, trampolin hingga sansack tinju. Enaknya, sama sekali tak ada pungutan biaya sepeser pun untuk bermain di sini.

Pei menambahkan Neverlands Playground Project adalah suatu tempat bermain yang memiliki visi supervised playground di daerah sub-urban dan berpenduduk padat. Ditujukan untuk anak dari usia balita hingga 15 tahun.

"Ini adalah tempat bermain yang bisa menampung emosi anak lewat permainan-permainan konstruktif dan juga ekstrim. Tapi semuanya dilakukan dengan supervisi (pengawasan dan pengarahan) yang serius. Jadi bukan membiarkan anak bebas bermain sesuka hati tanpa arahan," tutur Pei.

Ada keunikan yang menyempil dibalik Neverland Playground. Di sini, anak-anak bebas bermain, namun Pei menerapkan tiga syarat untuk mereka yang ingin bermain yaitu, jaga kebersihan, jaga antrean dan dilarang ngomong 'anjing'.

"Tiga aturan itu kami terapkan karena di zaman sekarang sulit sekali membuat orang tidak jorok, tidak ingin menang sendiri dan khusus untuk yang terakhir lebih mengarah pada kata-kata itu adalah kata yang paling kasar dan parahnya sudah menjadi habit bagi sebagian anak dan remaja urban saat ini," imbuh Pei.

Selain skateboard, di Neverland anak-anak juga bisa 'bermain' dengan kamera dan juga komputer dan alat-alat sablon.

"Lama kelamaan anak Neverland yang jumlahnya lebih dari 20 anak itu kelihatan kesukaannya. Saya juga sering ngobrol dan menjalin hubungan emosi dengan mereka. Mereka yang suka dengan foto, saya ajari teknik foto. Mereka yang ingin jadi pengusaha saya ajarkan desain menggunakan komputer dan teknik sablon, ya tentunya dengan kapasitas mereka sebagai anak-anak juga," ujar Pei.

Dipilihnya skateboard sebagai salah satu permainan di Neverlands Playground Project juga bukan tanpa alasan. "Skateboard memang terkesan extreme. Tapi
lebih dari itu, olahraga dan permainan ini mengasah pemainnya untuk menjadi orang yang tidak cengeng. Selain itu juga ada elemen ketekunan dan tidak pantang menyerah mempelajari sebuah trik, tolong menolong antar teman dan banyak lagi," tutur Pei.

Pei menambahkan, meski terlihat sibuk dengan aktivitas Skateboard, Neverlands bukanlah tempat mengasah skill anak agar pandai skateboarding.

"Neverlands Playground Project adalah tempat bermain bagi anak manapun baik yang suka skate maupun tidak. Di sini anak-anak bebas berpendapat
dan didengar pendapatnya dan di tempat ini jiwa kekanakan dipelihara," tutup Pei.

Sunday, August 1, 2010

Rubik si Kotak Unik