Sunday, August 15, 2010
Now I Know Why The Subject Was 4 Credits
Hmmm, sebagai seorang lulusan Sastra Inggris [sekarang Fakultas Ilmu Budaya] saya sempat keheranan kenapa pelajaran Bahasa Indonesia sampai ada 4 SKS [sistem kredit semester] waktu saya kuliah dulu. Tadinya dalam pikiran saya, all of the subjects are about learning English and it’s culture.
Waktu kuliah saya yang menilai banyak sks=pendongkrak IPK ya iya iya aja. Padahal nyatanya Bahasa Indonesia yang kuliahnya 2 kali seminggu itu selalu dipandang sebelah mata. Gak pernah serius dan sering dipake bercanda sama teman-teman saya.
Alhasil begitu hasil ujian keluar, nilai Bahasa Indonesia tidak terlalu memuaskan. DAMN, orang Indonesia bahasa sendiri gak bisa? Apa kata dunia? Akhirnya saya ngulang lagi mata kuliah itu.
Pada saat ngulang bukannya menyimak dengan serius, saya malah tambah sering bolos. Dengan alasan ahh perbaikan sih kehadirannya cukup setengahnya. Dan, taraa begitu ujian lagi lagi saya kerjakan sekenanya. Lagi-lagi nilai saya sama saja dengan semester pertama. [Batin saya, duh ngapain buang buang jatah 4 sks. Padahal beberapa mata kuliah lain juga perlu perbaikan].
Ternyata, sekarang pas sudah menapak ke dunia pekerjaan yang sekarang, baru kerasa kenapa dosen dosen saya waktu itu memberi 4 sks untuk Bahasa Indonesia. Ya, pertama kali menjadi kuli hardisk [jurnalis zaman sekarang udah bukan kuli tinta hehehe], artikel saya yang tulisannya sudah cukup baik itu tanda bacanya salah semua. Bahkan penulisan judul, kata depan dan buanyak lagi kekeliruan kecil lainnya.
Jadilah saya baru tersadar kenapa dulu Bahasa Indonesia dibuat 4 sks. Kalau saja dulu saya memperhatikan pelajaran Bahasa Indonesia mungkin redaktur saya tidak perlu repot repot mengedit kesalahan kecil dalam tulisan saya.
Tapi lama-lama saya jadi terbiasa menulis dengan Bahasa Indonesia yang sesuai KBBI [at least saya sering mengecek kebenaran katanya di KBBI] dan kalaupun format penulisannya santia ya paling gak bukan berupa singkatan singkatan bak mengirim sms.
Sama halnya dengan waktu saya menulis buku. Buku pertama saya carut marut tanda bacanya. Sampai editornya pusing. Beda dengan 2 buku terakhir saya yang rampung bulan lalu. Kayaknya kekeliruan tanda bacanya sudah semakin sedikit dan lebih enak dibaca juga sih.
Yap, bentar lagi mau independence day. Agustusan di bulan Ramadan, masihkah ada lomba-lomba yang mencitrakan kesakralan peringatan hari kemerdekaan?. Balap kerupuk, panjat pinang, balap karung, dan buanyak lagi akankah hilang atau dikurangi lantaran puasa?.
Jangan-jangan bukan hanya lomba yang dikurangi atau bahkan hilang. Siswa siswi sekolah dan pegawai negeri jangan jangan malah ogah ogahan disuruh mengikuti upacara bendera lantaran harus berdiri lama dan menahan lapar dan dahaga karena puasa. Hmmm, bagaimana ya? Kita lihat 2 hari lagi deh. Yang jelas kalau saya sih sebagai pekerja media tetap akan berusaha berbahasa Indonesia yang baik.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment