Sunday, February 18, 2007

Semilyar Tahun Cahaya Kemudian

Semilyar tahun cahaya adalah jarak yang kamu tempuh bolak-balik dari bumi ke jupiter, itupun sempat singgah-singgah dulu. Main lompat tali sama kelinci di bulan, ice skating di pluto, dan minum susu sepuasnya di milky way. Ah, itu juga belum dihitung saat kamu tersesat di blackhole karena lupa dibekali peta saat kamu lepas landas dari bumi. Perjalanan pergi seperti mimpi dan saat pulang waktu seperti berhenti dan abadi. Tapi tentu saja apa yang akan kusampaikan berikut ini tidak ada hubungannya dengan luar angkasa.

Semilyar tahun cahaya kemudian apa yang akan terjadi? Apa bumi masih seperti ini? Apa kita masih melihat apa yang kita lihat sekarang? Apa udara yang kita hirup masih seperti yang kita hirup sekarang? Ah daripada bertanya-tanya, mari kita menjelajah ruang dan waktu untuk mengintip masa depan, semilyar tahun cahaya kemudian.

Semilyar tahun cahaya kemudian, dunia sudah semakin renta. Globalisasi dan kemajuan industri berkembang semakin pesat, semakin pesatnya hingga tak terkendali. Efek rumah kaca membuat bumi terpanggang dalam pemanasan global. Dalam kuburnya, Al Gore tertawa-tawa melihat ketololan manusia. “Sudah kuperingatkan sebelumnya kan?” katanya.

Tapi jangan khawatir, semua bidang sudah bertambah maju. Kanker kulit yang diakibatkan global warming sudah ditemukan obatnya. “Jangan khawatir,” kata dokter di seluruh dunia. “Kami sudah menemukan obatnya, dijamin manjur. Yah, memang ada sedikit efek samping seperti kemandulan, gangguan kehamilan dan janin. Tapi, hey! It's not a big deal!”

Bagaimana soal es di antartika yang kabarnya terancam meleleh? Ah, itu juga ternyata bukan soal. “Kita pindahkan saja air-air hasil lelehan es tersebut dengan menggunakan pipa-pipa raksasa. Toh, masih banyak belahan bumi lain yang kekurangan air kan?” ujar isinyur-insinyur berabad-abad kemudian yang otaknya sudah se-encer es antartika yang meleleh.

Semilyar tahun cahaya kemudian, akibat semua orang terkena kanker kulit dan harus meminum obat yang menyebabkan kemandulan, gangguan kehamilan dan janin, semua orang diseluruh dunia menjadi panik. “Bagaimana kami bisa punya anak kalau begitu?!” pekik perwakilan lembaga-lembaga hak asasi manusia. Persoalan itupun dengan mudahnya beres kemudian. Para ahli rekayasa genetik dengan bangga memperkenalkan mesin kloning tercanggih bernama 'BIRTH'. “Jika dulu hanya domba bernama Dolly saja yang berhasil dikloning, dengan mesin ini apapun bisa dikloning. Jangankan anak, semut saja bisa kami kloning sejuta kali lipat!” ucap para ilmuwan itu bangga dengan otak mereka yang sekecil semut.

Dengan mesin kloning, lahirlah manusia-manusia 'unggulan' dan 'sempurna' jauh melebihi the origin species. Semua orang ingin punya anak sepintar Einstein, maka dengan menginput E=MC² di mesin 'BIRTH', semua orang dapat menemukan rumus relativitas dalam otak mereka.

Maka kemudian, semua orang mempunyai 'anak-anak super' dalam setiap keluarga. Anak-anak dengan gen milik Leonardo Da Vinci dapat dengan mudahnya melukis Monalisa dan The Last Supper dengan sempurna, dan menjadikan Monalisa dan The Last Supper asli di museum Louvrè menjadi tidak ada artinya. Belum lagi anak-anak dengan gen Beethoven, Chopin, hingga Mozart. Mereka dapat menciptakan Sonata No. 7 semudah menjentikan jari. Seperti yang sudah kita duga, musik-musik klasik gubahan maestro ternama pun hanya terdengar seperti angin lalu saja. Tidak ada lagi nilai seni dan originalitas didalamnya.

Ada juga orang-orang dengan pikiran ekstrim untuk mengubah dunia. Mereka mengidamkan lahirnya kembali diktator-diktator macam Hitler, Hiro Ito, dan Mussolini untuk menguasai dunia. Tentu saja jika mengintip kembali sejarah yang lampau, orang-orang tersebut memiliki kelemahan yang sangat kentara. Mereka itu sangat tolol. Maka dari itu dibuatlah formula-formula 'sayap kiri'. Dibuatlah seseorang dengan kebrutalan Hitler dan otak milik Karl Marx, Engels, dan Lennin. Sekejap saja, Komunis kembali merajai dunia. Genocide menjadi pemandangan sehari-hari. PBB hanyalah kacung negara-negara pemilik hak veto. Dunia menjadi Tyranopolis yang mengerikan. Namun siapa yang peduli?

Ah, setiap orang tidak pernah puas dengan dirinya sendiri. Setiap orang selalu berharap dirinya bisa seperti orang lain. Terutama dalam urusan bentuk tubuh. Semilyar tahun cahaya kemudian, teknologi transplantasi tubuh dan wajah sangat-sangat jauh berkembang. Tidak ada lagi masalah obesitas yang merisaukan, wajah jerawatan yang menjengkelkan, atau bentuk dada, betis dan pinggul yang memalukan. Semua wanita bersorak gembira. Ingin dada sebesar Pamela Anderson, bokong seindah Jeniffer Lopez, bibir seseksi Angelina Jolie, dan wajah secantik Miss Universe itu sangat mudah. Semudah copy-paste tugas teman kamu dikomputer. Semua orang menjadi cantik.. terlalu cantik sampai-sampai mereka tidak lagi mengenali dirinya sendiri. Semua orang lupa dengan bentuk tubuh dan wajah aslinya. Semua orang mengalami krisis identitas. Tapi memangnya kenapa? Yang penting semua jadi 'cantik'.

Semilyar tahun cahaya lalu ada sebuah negara bernama Indonesia. Apa yang terjadi semilyar tahun cahaya kemudian? Tidak ada lagi negara dengan nama tersebut. Semua wilayah mengajukan mosi untuk memisahkan diri. Mereka tidak lagi percaya dengan pemerintah yang dianggap sebagai curut-curut tukang korupsi. Semua wilayah memisahkan diri. Tragisnya, mental tukang korupsi, kolusi dan nepotisme sudam menjadi budaya dalam diri semua orang. Di wilayah yang semakin kecil, mereka tetap tamak dan rakus. Yang sudah kaya-raya melarikan diri, dan rakyat-rakyat yang tertinggal meratapi kebodohan mereka sendiri. Itulah akhir dari bangsa yang tidak pernah belajar dari kesalahan dan tidak sabaran. Wilayah-wilayah yang terlantar diperebutkan negara-negara adikuasa yang selama ini bermuka dua dengan menawarkan banyak bantuan ini-itu. Sekali lagi, negara itu tenggelam dalam penjajahan yang berkepanjangan.

Semilyar tahun cahaya kemudian, bumi ini terlalu penuh. Bumi ini sudah tidak bisa lagi menampung pertumbuhan berkat kehadiran mesin 'BIRTH' yang mampu membuat manusia-manusia baru sebanyak yang kita inginkan. Dimulailah transgalaksi dari bumi ke planet-planet lain yang kira-kira bisa ditinggali. Pluto terlalu dingin dan Merkurius terlalu panas. Saturnus sempat menjadi pilihan utama, namun meteorit-meteorit yang membentuk cincinnya yang indah itu dikhawatirkan akan berubah orbit dan menghancurkan planet itu sewaktu-waktu. Lalu Jupiter akhirnya dipilih karena ukurannya yang cukup besar. Dalam waktu satu abad, sudah dibangun kota-kota dan tabung oksigen berukuran raksasa untuk menyuplai udara disana. Manusia berbondong-bondong pindah meninggalkan bumi untuk memulai hidup baru di Jupiter. Suatu malam pada bulan ketigabelas, tabung oksigen raksasa itu bocor dan semua penduduknya mati kehabisan udara. Mereka terlambat untuk sadar bahwa tidak ada tempat lain seindah dan senyaman bumi.

Semilyar tahun cahaya kemudian, bumi adalah lahan yang tandus dan gersang. Pepohonan ditebangi untuk dijadikan bangunan untuk menampung jumlah manusia yang sudah tak terhitung lagi banyaknya. Manusia mulai rindu akan keindahan alam yang dulu mereka rusak atas nama pembangunan. Kemudian, dibuatlah ribuan mesin untuk menciptakan hologram yang memproyeksikan keindahan alam, keindahan yang dulu.. dulu sekali sempat ada di bumi ini. yang dapat dengan mudah kita nikmati. Tanpa harus menipu diri menikmati artificial technology.

Semilyar tahun cahaya kemudian, masalah manusia tidak lagi melulu hanya urusan hidup. Saat mati pun kembali ditemukan masalah. Saat meninggal, manusia tidak lagi dikuburkan. Bumi tidak lagi mempunyai cukup lahan untuk itu. Solusinya, dibakar adalah salah satu cara yang dapat terpikirkan. Dalah sedetik, ada 13 manusia di bumi ini yang meninggal. Jika dikalikan, ada puluhan ribu orang yang meninggal dalam sehari. Polusi udara bukan lagi merupakan akibat kemajuan industri. Polusi udara tercipta dari hasil pembakaran mayat-mayat manusia yang sudah mati. Dapatkah kita bertahan di dunia yang seperti ini? siapa yang bertanggung jawab atas kondisi dunia yang seperti ini?

Saat ini kita hidup semilyar tahun cahaya yang lalu. Kemudian, apa yang bisa ita lakukan untuk semilyar tahun cahaya yang akan datang? Semua yang bisa dilakukan dimulai dari hari ini.

0 comments: