Friday, August 26, 2011

Gula-gula Jejaring Sosial



Pertama kali saya nyemplung ke kehidupan yang namanya jejaring sosial itu sekitar tahun 2006. Jaman Friendster masih booming-boomingnya. Alasan saya waktu itu bikin akunnya masih sekedar ingin mengetahui lebih banyak interaksi di dunia maya.

Lanjut bikin myspace. Alasannya lebih jelas, memudahkan interaksi dengan band-band di seluruh dunia *hasyah. Modifikasinya lebih banyak dari FS. Selain itu bisa posting lagu di sana.

Habis myspace muncullah Facebook. Tadinya jejaring sosial ini nampak begitu eksklusif. Saya masih ragu-ragu saat mau membuatnya, walaupun akhirnya bikin juga dan kini temannya ada 1000.

Ada lagi Twitter, saya bikin akunnya buat ngikutin update berita selebritis dan peristiwa. 140 kata yang ajaib lah pokoknya.

Terakhir saya bikin Google+. Alasannya cukup simple, saya punya akun Google dan sebagai pekerja media di bidang gadget and tech, rasanya saya harus bikin.

Dari sekian banyak jejaring sosial yang saya bikin akunnya (sebagian udah jarang sekali dibuka) semua ada fitur unggulan dan kelemahannya. Mulai dari yang bisa dihacklah, bisa diacak-acaklah, bisa nyebarin gosiplah and tons of another bla-bla.

Yang lucu, ada beberapa anak muda (literally) masih berusia di bawah 20-an yang sibuk dengan mengacaukan jejaring sosial ini. Tiap menit selalu posting hal-hal yang tidak penting, dari yang emaknya bikin kue tapi gagal, keinginannya untuk bisa bebas tapi ada kritikan dari orang tuanya, sampe adiknya nembak temennya juga ikut diposting.

Well, sah-sah aja mau posting apapun. Tapi juga kompensasinya harus mau dikomen apapun. Ruang bebas ini mbak, mas, dek, pak, bu. Kalau gak mau kena getahnya, ya gak usah main jejaring sosial sekalian. Dan kalau mau protektif, terbebas dari gosip, stalking dan berbagai gula-gula jejaring sosial lain ya STOP. As simple as that kok.

Namanya gula itu manis. Yang manis itu enak tapi kalau kebanyakan juga bahaya. Apakah jejaring sosial manis? Buat saya sih IYA!

1 comments:

Renee said...

Buat saya juga "ya" :D