Tuesday, September 20, 2011
Hijau yang Berkicau
Entah dari kapan awal mula saya menyukai warna yang satu ini. Bahkan dulu sangat overkill, nyaris semua-muanya selalu memburu yang berwarna hijau. Dari apparel sampai periferal. Just click aja sama warna yang satu ini. Sebelum akhirnya mengingkari jati diri dan menemukan kegilaan yang lebih menjadi dengan warna hitam, merah dan putih!
Setelah cukup lama mematut diri, rasanya apparel hijau sudah tak lagi cocok dengan warna kulit yang semakin ehm gelap bagai malam yang tak kunjung habis ini. Dan lagi, hitam itu match untuk disandingkan dengan warna apapun.
Entah disengaja atau tidak, saya tetap mengumpulkan berbagai pernak-pernik warna hijau. Agak aneh sebenarnya, warna yang kurang cadas begitu kok bisa disuka. Dari mulai gelas, thumbler, shaker sampai cabinet dan (rasanya bukan kebetulan) kamar mandi juga serba hijau hehe.
Memang katanya, hijau membuat pandangan lebih sejuk dan mata kian adem. Saya tidak pernah secara lisan mengamininya. Tapi tanpa disangka, saya yang seharian selalu memandangi layar monitor selalu menyematkan berbagai pernik warna hijau. Meski itu sekedar bar, atau tambilan instant messenger atau wallpaper.
Tak diduga tak dinyana, pasangan saya juga suka yang hijau-hijau. Tentunya tanpa melupakan warna hitam. Ajaib? pastinya! Semakin yakin bila hijau adalah terapi. Serasa semua beban di kepala hilang ketika memandang warna yang satu ini.
Kesamaan ini membuat kami kerap menyengaja mencuri waktu untuk memburu segala sesuatu yang berwarna hijau. Dari pernak-pernik yang sukses menjadi penyambung rindu hingga minuman ringan yang rasanya sedikit melenceng dari warnanya haha! Hijau kini berkicau, dan juga berkilau :)
Ah, kok jadi pengen pisang hijau ya? *sluurrp.
Tuesday, September 13, 2011
Hutang di Lahan Pejuang
Gila, hutang saya semakin menggunung! Bukan, tentunya bukan rupiah ataupun dollar yang belum terbayarkan [dan semoga tidak demikian adanya]. Tapi dilanda banyak hutang tulisan dan bacaan.
Apakah saya terbebani dengan kutang, eh hutang-hutang itu? Saya menggeleng pasti. Tidak ada yang bisa mengerem hasrat menulis saya. Sekalipun tinta habis, kertas tipis apalagi hanya urusan kantong tiris. Selalu harus ada aktifitas menulis, atau mungkin nanti saya bisa kena sipilis [amit-amit].
Ah, saya semakin berhutang semenjak kepingan puzzle kehidupan saya ketemu. Kami memang sangat gila akan halaman, peramu kata, fetish dengan papan ketik untuk menciptakan aneka kolaborasi yang menggelitik dan unik.
140 karakter hanya menjadi jajanan dan tak pernah membuat perut kenyang. Walaupun jajanan sehat, tetap saja butuh nasi ala orang Indosnesos. Demi tuhan, kelaparan di malam hari itu sangat tidak mengenakkan. Ah dasar saya memang tukang lapar saja kalau itu.
Siang tadi benar-benar bolong dan panas. Matahari seolah tidak memiliki saringan payung sedikitpun, cus keringatpun berucuran. Jangan dulu mengeluh, di belahan ibu [kota] ini ternyata belahan jiwa saya semakin menunjukkan keperkasaannya. Hingga jarak tak lagi dirasakan untuk bertemu muka dan menghantarkan kudapan untuk mengisi perut yang sudah berteriak berbagai lagu.
Oh my gosh, ini benar-benar sesuatu yang sesuatu banget. Di kota yang konon begitu kejamnya ini, niat baik kepingan puzzle kehidupan sudah tak lagi mengenal batasan. Tak peduli arah mata angin, arus jalan yang tak menentu ibarat menembus badai tanpa pelampung.
Saya akan merasa tambah berhutang, ketika tak sempat menggores pena di kamar kecil ini. Rangkaian kata bisa menjadi kereta pengobat rasa. Sembari tentunya mencicil sedikit demi sedikit hutang bacaan. Seandainya membaca bisa secepat menulis barangkali saya akan memutar aktivitas untuk sementara, maka tanpa perlu ditanya akan segera menjungkir balikannya.
Wahai kepingan puzzle kehidupan, nantikan aku di halaman, serpihan kertas hingga daun-daun kering berisi tulisan yang [semoga] membuat ketagihan terus menerus.
NB:Maaf kalau krang panjang ya @blessedirene..mata sulit berkompromi :( bahkan sinkronisasi antar huruf dan mousepun tak lagi betul
Apakah saya terbebani dengan kutang, eh hutang-hutang itu? Saya menggeleng pasti. Tidak ada yang bisa mengerem hasrat menulis saya. Sekalipun tinta habis, kertas tipis apalagi hanya urusan kantong tiris. Selalu harus ada aktifitas menulis, atau mungkin nanti saya bisa kena sipilis [amit-amit].
Ah, saya semakin berhutang semenjak kepingan puzzle kehidupan saya ketemu. Kami memang sangat gila akan halaman, peramu kata, fetish dengan papan ketik untuk menciptakan aneka kolaborasi yang menggelitik dan unik.
140 karakter hanya menjadi jajanan dan tak pernah membuat perut kenyang. Walaupun jajanan sehat, tetap saja butuh nasi ala orang Indosnesos. Demi tuhan, kelaparan di malam hari itu sangat tidak mengenakkan. Ah dasar saya memang tukang lapar saja kalau itu.
Siang tadi benar-benar bolong dan panas. Matahari seolah tidak memiliki saringan payung sedikitpun, cus keringatpun berucuran. Jangan dulu mengeluh, di belahan ibu [kota] ini ternyata belahan jiwa saya semakin menunjukkan keperkasaannya. Hingga jarak tak lagi dirasakan untuk bertemu muka dan menghantarkan kudapan untuk mengisi perut yang sudah berteriak berbagai lagu.
Oh my gosh, ini benar-benar sesuatu yang sesuatu banget. Di kota yang konon begitu kejamnya ini, niat baik kepingan puzzle kehidupan sudah tak lagi mengenal batasan. Tak peduli arah mata angin, arus jalan yang tak menentu ibarat menembus badai tanpa pelampung.
Saya akan merasa tambah berhutang, ketika tak sempat menggores pena di kamar kecil ini. Rangkaian kata bisa menjadi kereta pengobat rasa. Sembari tentunya mencicil sedikit demi sedikit hutang bacaan. Seandainya membaca bisa secepat menulis barangkali saya akan memutar aktivitas untuk sementara, maka tanpa perlu ditanya akan segera menjungkir balikannya.
Wahai kepingan puzzle kehidupan, nantikan aku di halaman, serpihan kertas hingga daun-daun kering berisi tulisan yang [semoga] membuat ketagihan terus menerus.
NB:Maaf kalau krang panjang ya @blessedirene..mata sulit berkompromi :( bahkan sinkronisasi antar huruf dan mousepun tak lagi betul
Sunday, September 11, 2011
Perjalanan Belulang
Suka makan ayam, kambing, bebek atau hewan bertulang keras lainnya? Di dalamnya pasti tersisa belulang. Tulang itu oleh kebanyakan pengkonsumsi daging selalu disisakan di piring dan akhirnya masuk tempat sampah.
Miris. Padahal tanpa tulang belulang, aneka olahan daging mungkin tak akan senikmat yang kita sering rasakan saat ini. Tanpa tulang mungkin kaldu tidak akan membuat lidah menari-nari sampai lupa hari.
Belulang juga jarang diolah. Kerap hanya dibuang dan menjadi makanan binatang. Bahkan pemulungpun bisa jadi enggan memungut belulang karena tidak bisa membuat perut kenyang. Padahal tanpa belulang, bisa jadi olahan daging tidak pernah ada.
Salah satu tulang jatuh keluar dari tumpukan sampah yang akan diantarkan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA-red). Berubahkah nasibnya? Dari yang tadinya ada di lautan sampah yang bau, kini ada di jalanan berdebu. Pilihannya adalah tergilas mobil yang melaju kencang, dijadikan mainan tendang-tendangan oleh orang gila dan beberapa manusia iseng. Atau yang terburuk menjadi makanan anjing.
Perjalanan keluar masuk lautan sampah tidak pernah menghantarkan belulang sampai ke TPA dan akhirnya dihancurkan. Ia selalu jatuh di jalanan. Entah plastiknya kepenuhan, atau truknya melebihi daya angkut.
Namun kali ini belulang itu beruntung. Saat terlempar dari kantong plastik pembungkus sampah dan kembali mendarat di jalanan, dengan wujud yang semakin kusam dan penuh debu ia diambil seseorang yang tengah menyusuri jalan.
Dimandikannya belulang itu, warnanya yang tadinya kusam kini berubah jauh lebih bersih. Ditempatkannya di kotak emas beralas busa berwarna merah bak perhiasan mahal. Si belulang itu akhirnya kembali tersenyum. Kini ia tak lagi seonggok tulang yang terserak dan berujung tragis, tak kalah dengan daging yang selalu mendapat senyum yang tersungging dari para omnivora.
Saturday, September 10, 2011
[Jatuh] Cinta//Lagu Cinta
Banyak orang mengasosiasikan saat-saat hati berbunga-bunga dengan lagu. Tidak ada yang salah sebenarnya. Toh selera musik bagi saya adalah urusan yang sangat-sangat personal. Mau dia dengar musik A, X, ataupun U pun bebas-bebas saja.
Namun sedikit mulai mengganggu ketika hujan grup vokal dan band yang mengusung C to the I and N ice T last for the A sebagai tema lagu-lagunya. Oh my gosh batin saya. Efek yang lebih parah adalah ketika banyak pasangan [umumnya para abegeh dan alayers] yang mencoba mencari-cari [dengan sedikit maksa] lagu-lagu yang pas dengan cerita percintaan mereka.
Dari lama saya mendamba, saat berjalan bersama pasangan tidak perlu lagi malu-malu untuk memutar lagu-lagu tensi tinggi. Ataupun dilarang oleh pasangan karena dianggap sesuatu yang enggak bisa dinikmati oleh telinga yang mendayu-dayu. Sungguh suatu hal yang menyiksa batin saya.
Seperempat abad lebih dua tahun dari hidup saya hingga rangkaian kata ini ditulis akhirnya membawa saya pada suatu jawaban akan sebuah penantian. Bagaimana tidak, saya sosoknya sebagai seorang lady rocker. Wih, gila batin saya ketika dia baru bilang sudah pesan presale Children of Bodom. Saya langsung membayangkan bagaimana rasanya pergi ke gigs dengan dia. Padahal waktu itu sebuah ikatan belum terlontar.
Perkenalan yang gila, obrolan-obrolan dengan detil kecil membuat kita sering membuat playlist yang *ehm* bertema hati penuh bunga warna merah jambu. Walau tidak mungkin membuat lagu-lagu metal menjadi soundtrack pengantar makan malam bersama, setidaknya kami punya beberapa referensi 'lagu cinta' yang tidak keliahatan dan tentunya terdengar begitu menye-menye.
Kami tidak memungkiri bila kami suka lagu yang bertema 'hati'. Tentunya dalam porsi yang pas dan ada ceritanya. Entah waktu menjelajah kehidupan di dunia nyata ataupun saat menjelajah ruang maya. Sayang saya tidak bisa mendendangkan sebuah lagupun dari
#np yang saya dan dia buat. Tapi inilah botol dan tutupnya. Saling mengisi, saling menghibur dan banyak lagi hal yang membuat saya kerap tersipu-sipu malu.
Dinyanyikan lagu'kisah perjalanan' oleh wanita tersayang? Oh betapa suatu hal yang sukses mendongkrak asa ke lapisan langit tertinggi dan turun perlahan-lahan hingga mendarat di kasur yang empuk. Nikmat sekali...
Sampai disini, masihkah yang begini pantas dijadikan komoditi? yang jelas lagu #np-Bloc Party-So Here We Are terus menggema di telinga, menemani saya yang sedang merasakan rindu di tengah mata yang terus meminta untuk terpejam barang beberapa jam.
Sunday, September 4, 2011
Bebaskan Batasan
Menulis buat saya ibarat kafein. Nikmat dan penuh candu. Beberapa hari saja tidak menyentuhnya maka bisa jadi efeknya tidak akan baik. Lemas jiwa, pikiranpun tak karuan.
Banyak orang merasa sedikit malu* dengan tulisannya yang [padahal] keren tapi karena penyampaiannya yang tidak menggunakan struktur yang lazim dianggap 'aneh'.
Come on readers, buka mata sedikit lebih lebar terhadap suatu permainan kata. Sebuah karya tulis boleh saja dikomentari dengan sinis. Namun yang membuat miris, sang komentator hanya sekedar comment dan tidak membuat karya tandingan.
Tidak ada tulisan yang jelek. Karena beda antara bagus dan jelek, keren dan butut ibarat dua sisi mata uang. Tergantung dari kacamata mana dilihat. Juga rasanya kurang oke kalau dibuat batasan gender. Tulisan oleh perempuan dan goresan laki-laki. Toh penanya sama, pun kertasnya berwarna-warni, tetap saja esensinya sama.
Justru adalah suatu keunikan tersendiri ketika sang hawa mampu membuat tulisan-tulisan yang menyentil, pedas dan kritis dan penuh dengan nada-nada sinis. Juga suatu hal yang perlu diacungi jempol ketika sang adam mampu membuat goresan-goresan penuh kelembutan.
Apakah ini karena selera? Sesuatu yang jauh dari kesan glamour, jualan atau ehm..sesuatu yang mainstream memang sangat saya suka..begitu juga dengan tulisan-tulisannya KotakKatikOtak!'Sampah' yang sangat tidak layak untuk dibuang. Nice! 4 Thumbs Up!
Saturday, September 3, 2011
Klik!
Suara mouse? jepretan kamera? atau pelatuk senjata ditarik?
Bagaimana bila semuanya adalah kolaborasi ketiganya? Tidak, exit dulus sementara dari Counter Strike atau CoD.
Lalu apanya yang klik? Ya itu tadi, tiga objek yang saya sebutkan di atas.
Masih bingung? Iya, saya sendiri masih mengucek-ngucek mata saat menulis ini. Mencubit pipi untuk meyakinkan diri bila saya
tidak tengah bermimpi. Oh, masih sakit, it means ini nyata!
Di antara klik mouse yang saling bersahut-sahutan mencoba kembali merangkai kata. Tentang dia yang menghantarkan buku kosong yang tak terbatas halaman dan pena dengan tinta yang tak akan kunjung habis.
Perkenalan yang tidak disangka-sangka, berawal dari klik mouse untuk menekan tombol accept request pertemanan di situs jejaring sosial. Menjentikkan jari di online messenger dan berkirim pesan singkat dan enggan berhenti, hingga berbagi cerita di dunia nyata.
Berceloteh banyak hal, mulai musik hingga klenik. Semuanya terasa begitu klik. Bahkan hal-hal yang baru terlintas di pikiran pun bisa menyatu.
Sungguh menggelitik, saya yang sempat tersungkur dan membiarkan luka mengering sendirinya dibangunkan olehnya yang kali ini saya yakin benar-benar berbeda.
Setelah lelah dengan kata pura-pura yang [selalu] berujung lara, saya hanya mampu mengembalikan semua pada-Nya. Namun seperti kata Pure Saturday "Terang Akan Selalu Datang di Saat yang Tidak Terduga".
Tanpa petir di siang bolong, saya yang tidak cukup taat beribadah ini seolah mendapatkan jawaban akan sebuah penantian. Sebuah hubungan yang hanya beralas kesederhanaan dan jauh dari kepura-puraan.
Rasa yang beda, ditambah kesesuaian hampir dari semua segi membuat saya yakin, ini bukan sekedar ilusi perasaan. Segudang pertanyaan melintas di pikiran, hingga akhirnya muncul suatu keyakinan bila dia adalah pasangan.
Buat saya, kehidupan ibarat puzzle yang harus dicari satu persatu yang benar-benar pas, cocok dengan gambar sebelah, atas, kiri, kanan dan bawah. Mungkin saja selama perjalanan muncul banyak objek yang mirip dan ketika dicoba dipasangkan masuk. Namun setelah dirangkai lagi gambarnya tidak sinkron, ukurannya tidak sama dengan ruang yang seharusnya atau bahkan ternyata bukan objek yang seharusnya diambil dan dipasangkan dengan kepingan di sebelahnya.
Apakah kepingan ini adalah bagian yang tepat? Saya mencoba merangkai beberapa bagian puzzle terdekat. Hasilnya, semua begitu melekat erat dan berbunyi KLIK!
Oh, Boss of The Universe, big thanks for this super gift in last Eid Mubarak.
Subscribe to:
Posts (Atom)