Sunday, September 11, 2011
Perjalanan Belulang
Suka makan ayam, kambing, bebek atau hewan bertulang keras lainnya? Di dalamnya pasti tersisa belulang. Tulang itu oleh kebanyakan pengkonsumsi daging selalu disisakan di piring dan akhirnya masuk tempat sampah.
Miris. Padahal tanpa tulang belulang, aneka olahan daging mungkin tak akan senikmat yang kita sering rasakan saat ini. Tanpa tulang mungkin kaldu tidak akan membuat lidah menari-nari sampai lupa hari.
Belulang juga jarang diolah. Kerap hanya dibuang dan menjadi makanan binatang. Bahkan pemulungpun bisa jadi enggan memungut belulang karena tidak bisa membuat perut kenyang. Padahal tanpa belulang, bisa jadi olahan daging tidak pernah ada.
Salah satu tulang jatuh keluar dari tumpukan sampah yang akan diantarkan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA-red). Berubahkah nasibnya? Dari yang tadinya ada di lautan sampah yang bau, kini ada di jalanan berdebu. Pilihannya adalah tergilas mobil yang melaju kencang, dijadikan mainan tendang-tendangan oleh orang gila dan beberapa manusia iseng. Atau yang terburuk menjadi makanan anjing.
Perjalanan keluar masuk lautan sampah tidak pernah menghantarkan belulang sampai ke TPA dan akhirnya dihancurkan. Ia selalu jatuh di jalanan. Entah plastiknya kepenuhan, atau truknya melebihi daya angkut.
Namun kali ini belulang itu beruntung. Saat terlempar dari kantong plastik pembungkus sampah dan kembali mendarat di jalanan, dengan wujud yang semakin kusam dan penuh debu ia diambil seseorang yang tengah menyusuri jalan.
Dimandikannya belulang itu, warnanya yang tadinya kusam kini berubah jauh lebih bersih. Ditempatkannya di kotak emas beralas busa berwarna merah bak perhiasan mahal. Si belulang itu akhirnya kembali tersenyum. Kini ia tak lagi seonggok tulang yang terserak dan berujung tragis, tak kalah dengan daging yang selalu mendapat senyum yang tersungging dari para omnivora.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment