Thursday, October 13, 2011

Melawan (Rasa) Takut



Sudah empat bulan rasa sakit itu menghinggapi. Namun tidak terlalu kupedulikan. Pertama takut, kedua memeriksakan kesehatan di negeri antah berantah ini sama saja dengan menguras isi kocek yang selalu kembang kempis.

Hingga hari itu, aku merasa tak kuasa lagi menahan sakitnya, alhasil aku menyerah dan berkata pada pasangan hidupku bila aku memang sedang didera kondisi yang paling tidak menyenangkan dalam hidup. Namun dia tetap membesarkan hati, dan melawan rasa takut yang selama ini menyelimuti.

Dengan penuh kesabaran, dia menembus jalanan yang kian hari kian nampak bak setan di musim hujan. Tak ingat lagi makan meski perut keroncongan dan pusing yang melanda akibat segudang kerjaan. Yang dia lakukan hanyalah secepat-cepatnya memacu kendaraan agar bisa membawaku cepat sampai rumah sakit tujuan.

Perjalanan yang penuh kepadatan manusia-manusia urban yang ingin segera sampai ke hunian membuatku tak tega melihatnya berjibaku dengan situasi penuh tekanan yang membuatnya semakin penat. Namun aku begitu yakin, dia tak tega membuatku harus menahan sakit lebih lama lagi.

Sampai di rumah sakit, ketakutanku semakin menjadi. Masalahnya rumah sakit di negeri ini tidak sesuai dengan asal katanya (berkali-kali aku menggerutu) dan dia selalu menjawab dengan tenang (ya sudah mau gimana lagi) *toh yang penting bisa ketahuan sakitnya*

Perasaan semakin tak karuan ketika berbincang dengan dokter. Apakah ini yang disebut pelayanan publik? Hingga ketika sekedar menanyakan jadwal prakteknya saja harus membaca sendiri? Plus bagian pembayaran yang tak kalah 'ramahnya'.

Akhirnya tiba giliran pengambilan darah malam itu. Aku memintany untuk tetap menemani. Alasannya? Takut (lagi) setelah sekian lama tidk berhadapan dengan benda bernama jarum suntik, dan dia tersenyum simpul seolah adalah hal yang memalukan bila aku menjerit (dan untungnya tidak).

Ia rela meninggalkan aktivitas mengepulkan dapur demi memastikan aku baik-baik saja. Seems like sense of mothercare. Rasa takutku berangsur berkurang. Setidaknya aku menghadapi semuanya tidak sendiri. Tapi bersamamu. Seperti yang pernah kutulis sebelumnya, ia benar-benar luar biasa.

0 comments: