Enggak mesti yang seksi itu yang berpakaian buka-bukaan. Juga tidak mesti bertubuh seksi. Sebenarnya banyak cewek Indonesia yang seksi. Mereka seksi karena mereka berkarya. Siapa aja sih mereka nih diantaranya :
1.Sherina Munaf
Siapa sih yang enggak kenal sosok Sherina Munaf?. Wanita cantik kelahiran Bandung 11 Juni 1990 ini mengawali karirnya sebagai penyanyi cilik dan pemain film layar lebar. Sherina kini telah beranjak dewasa dan kemampuan bermusiknya semakin mantap. Dia mampu berkolaborasi dengan artis-artis besar. Salah satu alat musik yang kerap dimainkannya adalah piano.
Sampai sekarang Sherina memiliki 5 album Andai Aku Besar Nanti (1999), Petualangan Sherina (2000), My Life (2004), Primadona (2007) dan Gemini (2009). Tampilannya yang sering terlihat ngerock tidak berlebihan dan yang jelas dia tidak hanya menjual tampang tapi lebih dari itu dia adalah seniman bertalenta.
2.Prisa Adinda
Cewek bernama lengkap Prisa Adinda Arini Rianzi ini pertama kali belajar gitar karena kebetulan. Tahun 2005 sampai pertengahan tahun 2006 nama Prisa cukup dikenal di scene underground bersama band metalnya, Zala. Band ini cukup menyita perhatian lantaran isi personelnya cewek semua. Tapi tidak hanya sekedar menjual image saja, skill mereka juga tidak kalah sama band-band cowok. Tahun 2006 bisa dibilang sebagai tahun emasnya Prisa dimana karirnya baik secara pribadi maupun kelompok makin sukses.
Bulan Juni 2006 kemudian Prisa tergabung dalam band baru bernama Dead Squad. Di band ini ia berpasangan dengan salah satu gitaris dari keluarga Item yang juga merupakan personel Andra & The Backbone, Stevie Item. Kemudian pada bulan Juli Prisa mendapat kehormatan untuk berkolaborasi dengan salah satu maestro gitar Indonesia, Eet Sjahranie dalam penampilan Edane di PRJ. Sebelum albumnya dirilis ia terlebih dahulu tampil sebagai 'guest musician' di album ke-2 J-Rocks sebagai vocalis dan gitaris untuk single Kau Curi Lagi. Prisa juga memiliki side project lain yang ia beri nama Morning Star.
Morning Star merupakan project iseng lain Prisa diluar album solonya. Hal ini menjadi pembuktian dari Prisa kalau ia juga mahir dalam permainan gitar akustik. Bulan Juli 2007 Prisa diendorse oleh pihak Jackson Guitars. Ia dikontrak untuk menggunakan gitar Jackson DKMG Arch Top. Sebuah gebrakan yang sangat fenomenal mengingat ia adalah gitaris Indonesia pertama yang diendorse oleh Jackson.
3.Yfana Khadija Amelz
Muda, gahar, cantik dan kreatif. Keempat kata itulah yang tepat untuk menggambarkan gadis ini. Selain dikenal dengan teriakan-teriakannya bersama C.U.T.S ia juga dikenal sebagai illustrator di S.C.A.N.D.A.L studio. Karya-karya kreatifnya banyak dipakai untuk artwork C.U.T.S dan banyak lagi. Karakter suaranya juga khas dan tidak canggung menghadapi panggung rock!.
4.Upit Upitoz
Wanita ex drummer Harapan Jaya dan banyak tercatat sebagai drummer band lady rock Boys Are Toys dan kini menjadi penggebuk drum C.U.T.S ini juga pernah menjadi pemain Synthesizer band pop punk Goodboy Badminton. Kreasi desain lulusan arsitektur ini juga tidak kalah seksi dengan permainan drumnya.
5.Risa Saraswati
Salah satu founder band electropop Homogenic ini sempat heboh diberitakan pasca hengkang dari band yang turut dibesarkannya. Namun karir musik Risa tidak pernah berhenti di satu titik. Project barunya SARASVATI juga tak kalah menarik dengan kreasi inovatifnya di bandnya dulu.
6.Deena Dellyana
Wanita cantik yang kini telah menjadi ibu ini adalah salah satu founder band electropop Homogenic, bersama Risa Saraswati yang kini telah berpisah dari band tersebut Dina berhasil membentuk karakter tersendiri dari Homogenic. Dia bisa membuat musik yang unik, bermain alat musik [synthesizer] dan sosok Dina adalah seorang yang pandai secara akademis. Bisa jadi, ini salah satu penyebab komposisi musik band bentukannya selalu berbobot.
7.Arina Ephipania
Vokalis grup band Mocca ini tak hanya piawai mengolah suaranya sehingga musik swing di Indonesia digemari kalangan muda. Tapi permainan serulingnya jelas tak bisa disepelekan. Tampilannya diatas panggung sangat atraktif meski tidak berloncatan kesana kemari. Tapi auranya selalu bisa membius penonton yang menonton Mocca manggung. Arina juga seorang desainer interior yang handal.
8.Sundea Belaka
Penulis wanita muda yang terkenal lewat rilisan buku SalaMatahari 1 dan 2 ini adalah seorang wanita muda yang menghabiskan 90 persen dalam hidupnya untuk menulis. Baginya tidak ada hari tanpa menulis. Kini Sundea disibukan dengan menggarap Salamatahari.com. Untuk yang ingin mencari bacaan yang tidak biasa bisa mencari bukunya di beberapa toko buku di Indonesia.
9.Kartika Jahja
Orang lebih mengenal dengan Tika saja. Cewek yang menepis anggapan bahwa dirinya adalah indies diva ini selalu membuat grup yang berkolaborasi dengannya menjadi terlihat beda dan keren. Aliran music Tika lebih sering dikenal dengan triphop dan kadang mengarah ke jazzy. Tapi Tika sering berkolaborasi dengan berbagai grup, dari grup metal hingga grup hip hop macam D Army dan Homicide. Tapi saya sendiri lebih suka menyebutnya sebagai Noir. Ya bagaimanapun dia satu figur singer yang tidak biasa baik attitude maupun karakter vokalnya.
Saturday, July 31, 2010
Friday, July 30, 2010
10 Grup HipHop Indonesia yang Patut di Highlight
Bertahun-tahun musik hiphop hidup dan berkembang di Indonesia. Sampai sekarang kita semua pasti sering melihat berbagai penampilan grup hiphop di berbagai acara televisi, panggung hiburan sampe yang muncul di berbagai media massa. Dari sekian banyak grup hiphop di Indonesia, ada beberapa grup yang patut di highlight.
Mereka membuat karya yang original, tidak serta merta mengcopy paste gaya rapper dan musik luar negeri. Bahkan lebih dari itu, mereka membuat musik menjadi media penyampai pesan pada masyarakat.
Grup-grup itu diantaranya
1.Homicide
Grup asal Bandung ini pasti sudah banyak yang tahu. Berdiri tahun 1994 dengan personil Ucok, Azis, Lephe dan DJ E penampilan mereka membuat mata pendengar music [tak hanya hiphop] terbelalak. Lirik-lirik yang diusung adalah kritik pedas, dengan aransemen beat yang luar biasa. Motor dari grup ini adalah Ucok Homicide yang memang kerap terjun sebagai seniman dan ‘pejuang’.
Dalam beberapa aransemennya, Homicide tampil beda dengan grup hiphop kebanyakan dengan menambahkan elemen gitar bahkan full band set. Rilisan dan merchandise band ini begitu banyak diburu hingga pada tahun 2007 Homicide membubarkan diri. Meskipun sudah bubar, api semangat perlawanan yang dikobarkan Homicide tak akan pernah padam.
Influence: The Last Poets, Gil Scott Heron, Fela Kuti, Marvin Gaye, Stevie Wonder, Prince, Curtis Mayfield, James Brown, Public Enemy, Rakim, EPMD, BDP, Run DMC, Gangstarr, Ice Cube, N.W.A., Organized Konfusion, Company Flow, Cannibal Ox, Minor Threat, Black Flag, Bad Brains, Negative Approach, Inside Out, Refused, As Friends Rust, Seein Red, Amebix, His Hero Is Gone, From Ashes Rise, Catharsis, Godflesh, Neurosis, Isis, Merzbow, Boredom, Throbbing Gristle, This Heat, Einsturzende Neubauten, John Zorn, Godspeed You! Black Emperor, Fugazi, My Bloody Valentine, Mogwai, Portishead, Black Sabbath, Slayer, Carcass, Napalm Death, Brutal Truth, Terrorizer, Suffocation, Nasum.
Hits single: Semiotika Rajatega, They School, Rima Ababil, Puritan.
2.Cronik
Yang satu in juga berasal dari Bandung. Berawal dari street Hiphop di kawasan Dago, Cronik menjadi salah satu grup hiphop yang mewarnai dunia music tanah air. Lebih menonjolkan scratch dalam musikalitas dengan lirik-lirik yang tidak cheesy.
Personil DJ SCRATCHY, DJ E-ONE, MC DA BOZZO, MC ELICK, MC ROCZEE
Influence: DJ Kool Herc, Grandmaster Flash, Grand Wizard Theodore, Grand Mixer DXT, DJ Scratch, DJ A-Trak,DJ PREMIER,JURASSIC 5,DJ BABU,JERU DAMAJA,NON PHIXION,PETE ROCK,PEOPLE UNDER STAIR,DILATED PEOpLEs,MIX MASTER MIKE,RUN DMC,NWA,7 L,EL P,DEFJUX,ATMOSPHERE,BROTHER ALI,CRONIK,HOMICIDE,D ARMY,DAMIEN MARLEY,DJ SHADOW,D STYLE,DJ Q BERT,ORGANIZED CONFUSION,PEANUTS BUTTER WOLF,DJ CZA(AHLI FIQR),TEH TARIK CREW,AFU RA,DALEK,PORTISHEAD,MF DOOM,HATE BREAD,PENDULUM,DILLINJA,KANYE WEST,ARSONIST,Dj ziNC,bIrdY nAM naM,JEdI miND TRicKS,BIG PuN,NEPTUNES,JUST BLAZE,PETE ROCK,JIN,LOOPTROOP,LA COKA NOSTRA,CYPRESS HILL,NEcRO,
Hit single: Dendang Duka Pasca Murka,
3. D Army
Grup asal Bandung yang dimotori oleh Gaya [MC], Ghettorude [MC] dan Jay [Beat Artilery] ini menambah warna grup hiphop yang wajib di highlight di kancah musik hiphop Indonesia. Dibawah bendera Remains Record grup ini sempat menelurkan hits-hits yang luar biasa. Beberapa diantaranya adalah ‘2+1 Peluru’, ‘Alas Tanah’ dan ‘Pusaka dan Batu Nisan’.
4. Eye Feel Six
Dimotori oleh Soul Killa (MC) Mind Freeza (MC) DJ Amer (Beat Maker) bisa jadi grup ini adalah reinkarnasi dari vakumnya D Army. Musikalitas mereka banyak terinfluence oleh PUBLIC ENEMY,HOUSE OF PAIN,ONYX,NECRO,RUN DMC,CYPRESSHILL,DALEK,Immortal Technique,Ill Bill,Jedi Mind Trick,hingga grup hardcore macam RYKERS,Downset,Hatebreed, dan band punk Exploited.
Single mereka yang cukup terkenal adalah Irama Jiwa dan Eye Feel Six
5. Angkatan Udara
ANGKATAN UDARA (A.U) terbentuk di akhir tahun 1999. Terdiri atas 4 orang personil. Awalnya A.U berusaha menawarkan alternatif musik elektronik yang bisa dinikmati di panggung – panggung kecil acara 17-an atau panggung- panggung kampus dan sekolahan, Beat elektronik yang diselingi rapping 2 orang Mc’s merupakan bahasa yang kami terjemahkan ke dalam areal musikal. A.U lahir dari stagnasi rutinitas keseharian Jakarta yang begitu terpola. Lantas kami mencoba untuk out of pattern.
Kesibukan masing – masing individu untuk berkompromi dengan hidup membuat A.U menjadi lebih fleksibel dalam hal bermusik. Artinya , sejak tahun 2001 A.U tidak lagi mempunyai personel tetap selain seorang DJ dan seorang MC. A.U menjadi semakin terbuka dengan varian genre musik, sebab kerapkali melibatkan musisi dari aliran musik yang berbeda seperti Tradisi, Jazz, Blues , Rock, Soul, Reggae, serta musik elektonik sendiri.
Atmosfer seperti ini membuat fungsi sosial A.U bergeser menjadi suatu bentuk kolektif musik. A.U merupakan pemberontakan atas pola kehidupan Jakarta yang semakin seragam, paling tidak kami berusaha menawarkan kontradiksi ketika semua telinga mendengarkan opini yang sama. Musik merupakan sebuah proses pembelajaran untuk mencerna realitas hidup. Seperti perjalanan yang kami alami, ketika sebuah ide sederhana untuk memainkan music Rap ( DJ & MC ) membawa kami menuju pintu eksplorasi musik yang lebih luas lagi, sewaktu Rap harus bersinggungan dengan genre musik lain. Kesadaran inilah yang memotivasi A.U untuk terus bereksplorasi dan terbuka dengan semua jenis aliran musik. Hidup tanpa alternatif akan menjadi buntu. Angkatan Udara mencoba menawarkan ruang alternaitf baru dalam menterjemahkan realitas sosial Jakarta yang semakin kompleks.
=DISCOGRAPHY= • “ Pecundang “ ( kompilasi Berontak volume 2 / Rontak Records ) 2002 • “ N****** lah A***** lo “ ( kompilasi Kampus 24 jam non stop / IKJ Records ) 2003 • Workshop Video Musik – GOETHE INSTITUTE ( Video Clip “ Pecundang “ / Ruang Rupa ) 2004 •
6. Modus Operandi
Grup asal Semarang yang berdiri tahun 2002 ini mencampurkan beat gahar yang dipadu lirik pedas dari MC Quatro. Scratch dari DJ Killa semakin menguatkan musikalitas grup ini. Mendengar grup ini saya selalu teringat dengan Non Phixion, grup Hip Hop asal Amerika.
Sayang, gaung grup ini lama tak terdengar. Namun hits single mereka seperti ‘Narcisis’, ‘Kudeta’, ‘Interogasi’, ‘Insomnia’ dan ‘Armada Aksara’ jelas tidak bisa dipandang sebelah mata.
7. Molothuvz
Grup ini menyebut dirinya sebagai Jurnal kollektive exsperimental-ishm Rapp/hiphop posse. Liriknya dalam dan musikalitasnya unik. Pernah berkolaborasi dengan grup The Paps dari Bandung.
Beberapa rilisannya adalah : Najist anarko ( Punk Hiphop - 1996 ) Damaja click ( Lyricist-jeepbeats 1998 - 1999 ) Bootsouljah ( Hororcore Hiphop 1999 - 2001 ) Sound da clan ( minoraptaz album - 2000 ) City document ( Hiphop jazz - 2004 ) Madrotter ( 18 sling-shot mixtapes ) -- Track record: 1st albums: Love&Rezpect contains 13 trackz ( 2005 Released by napi records ) Under-construction soundbombing project.. "F.B.B. Vol.1" Deepsmoke mixtape project ( 2008 )
8. Rotra
Grup asal Kota Gudeg ini dimotori oleh Rajapati dan Gantas. Dari keinginan untuk membentuk sebuah grup rap akhirnya terwujud, bersamaan dengan akan dirilisnya album kompilasi Provokateur (2001), dengan bantuan Calludra mereka mempersiapkan single, untuk diikutsertakan dalam album kompilasi tersebut, kemudian... - 1 lagu demo judul Versus masuk di Kompilasi Provokateur th 2001
Awal th 2002 Adhitama mengundurkan diri - pertengahan th 2003 Gantas eks Calludra bergabung serta dibantu additional dj (DJ Seno) - Gantas pernah menjadi anggota grup NFA (1995) Geronimo Rapper Crew (1996) G-Tribe (1996-1999) Calludra (1999-2003).
Gantas juga menjadi music director di album : 1. Kompilasi Perang Rap (2001) dg single hits: Dobrak 2. Wisha Edutainment (2003) dg single hits: Serasa, Ala Reggae
3. Brotherhood (2003) Lagu: Salahkah 4. Oka (2004) Lagu: Mad Music 5. The Garis Keras Project (2004) 6. Xcalibur (2005) 7. Rapvolusi (2006) Lagu: Fu Clan, Jagal Pabu, Tentang Sahabat 8. Poetry Battle Jogja Hip-Hop Foundation (2007)
Hits single: Ngelmu Pring, Ora Cucul Ora Ngebul dan banyak lagi.
Yang istimewa, lagu-lagu Rotra kebanyakan didominasi oleh lirik berbahasa Jawa.
9. BSK
Salah satu grup Hiphop dari Semarang yangkerap tampil sepanggung bersama ModusOperandi ini membawa spirit graffiti, flatland dan sablon dalam musikalitasnya. Penampilannya selalu unik dan kadang diwarnai dengan semburan api dari aerosol yang dibakar.
Motor dari grup ini adalah Rayap, Hace, Mowo dan DJ Killa. Dibantu oleh Quatro dibeberapa track seperti ‘ArtCrime’ yang menceritakan tentang seni vandalisme graffiti. Single-single lainnya seperti Blacklist dan Goresan juga mencerminkan bila Indonesia memiliki grup hiphop yang tidak biasa.
10. Sundanis
Merasa peduli akan budaya Sunda, salah satu personil D Army, Ghettorude mendirikan grup HipHop Sundanis. Sesuai prinsipnya, lirik lagu di grup ini akan didominasi lirik Bahasa Sunda. Bahkan tak jarang grup ini tampil berkolaborasi dengan grup kesenian Sunda.
Hits single: Awewe Geulis, Kamana Atuh Gaya.
Mereka membuat karya yang original, tidak serta merta mengcopy paste gaya rapper dan musik luar negeri. Bahkan lebih dari itu, mereka membuat musik menjadi media penyampai pesan pada masyarakat.
Grup-grup itu diantaranya
1.Homicide
Grup asal Bandung ini pasti sudah banyak yang tahu. Berdiri tahun 1994 dengan personil Ucok, Azis, Lephe dan DJ E penampilan mereka membuat mata pendengar music [tak hanya hiphop] terbelalak. Lirik-lirik yang diusung adalah kritik pedas, dengan aransemen beat yang luar biasa. Motor dari grup ini adalah Ucok Homicide yang memang kerap terjun sebagai seniman dan ‘pejuang’.
Dalam beberapa aransemennya, Homicide tampil beda dengan grup hiphop kebanyakan dengan menambahkan elemen gitar bahkan full band set. Rilisan dan merchandise band ini begitu banyak diburu hingga pada tahun 2007 Homicide membubarkan diri. Meskipun sudah bubar, api semangat perlawanan yang dikobarkan Homicide tak akan pernah padam.
Influence: The Last Poets, Gil Scott Heron, Fela Kuti, Marvin Gaye, Stevie Wonder, Prince, Curtis Mayfield, James Brown, Public Enemy, Rakim, EPMD, BDP, Run DMC, Gangstarr, Ice Cube, N.W.A., Organized Konfusion, Company Flow, Cannibal Ox, Minor Threat, Black Flag, Bad Brains, Negative Approach, Inside Out, Refused, As Friends Rust, Seein Red, Amebix, His Hero Is Gone, From Ashes Rise, Catharsis, Godflesh, Neurosis, Isis, Merzbow, Boredom, Throbbing Gristle, This Heat, Einsturzende Neubauten, John Zorn, Godspeed You! Black Emperor, Fugazi, My Bloody Valentine, Mogwai, Portishead, Black Sabbath, Slayer, Carcass, Napalm Death, Brutal Truth, Terrorizer, Suffocation, Nasum.
Hits single: Semiotika Rajatega, They School, Rima Ababil, Puritan.
2.Cronik
Yang satu in juga berasal dari Bandung. Berawal dari street Hiphop di kawasan Dago, Cronik menjadi salah satu grup hiphop yang mewarnai dunia music tanah air. Lebih menonjolkan scratch dalam musikalitas dengan lirik-lirik yang tidak cheesy.
Personil DJ SCRATCHY, DJ E-ONE, MC DA BOZZO, MC ELICK, MC ROCZEE
Influence: DJ Kool Herc, Grandmaster Flash, Grand Wizard Theodore, Grand Mixer DXT, DJ Scratch, DJ A-Trak,DJ PREMIER,JURASSIC 5,DJ BABU,JERU DAMAJA,NON PHIXION,PETE ROCK,PEOPLE UNDER STAIR,DILATED PEOpLEs,MIX MASTER MIKE,RUN DMC,NWA,7 L,EL P,DEFJUX,ATMOSPHERE,BROTHER ALI,CRONIK,HOMICIDE,D ARMY,DAMIEN MARLEY,DJ SHADOW,D STYLE,DJ Q BERT,ORGANIZED CONFUSION,PEANUTS BUTTER WOLF,DJ CZA(AHLI FIQR),TEH TARIK CREW,AFU RA,DALEK,PORTISHEAD,MF DOOM,HATE BREAD,PENDULUM,DILLINJA,KANYE WEST,ARSONIST,Dj ziNC,bIrdY nAM naM,JEdI miND TRicKS,BIG PuN,NEPTUNES,JUST BLAZE,PETE ROCK,JIN,LOOPTROOP,LA COKA NOSTRA,CYPRESS HILL,NEcRO,
Hit single: Dendang Duka Pasca Murka,
3. D Army
Grup asal Bandung yang dimotori oleh Gaya [MC], Ghettorude [MC] dan Jay [Beat Artilery] ini menambah warna grup hiphop yang wajib di highlight di kancah musik hiphop Indonesia. Dibawah bendera Remains Record grup ini sempat menelurkan hits-hits yang luar biasa. Beberapa diantaranya adalah ‘2+1 Peluru’, ‘Alas Tanah’ dan ‘Pusaka dan Batu Nisan’.
4. Eye Feel Six
Dimotori oleh Soul Killa (MC) Mind Freeza (MC) DJ Amer (Beat Maker) bisa jadi grup ini adalah reinkarnasi dari vakumnya D Army. Musikalitas mereka banyak terinfluence oleh PUBLIC ENEMY,HOUSE OF PAIN,ONYX,NECRO,RUN DMC,CYPRESSHILL,DALEK,Immortal Technique,Ill Bill,Jedi Mind Trick,hingga grup hardcore macam RYKERS,Downset,Hatebreed, dan band punk Exploited.
Single mereka yang cukup terkenal adalah Irama Jiwa dan Eye Feel Six
5. Angkatan Udara
ANGKATAN UDARA (A.U) terbentuk di akhir tahun 1999. Terdiri atas 4 orang personil. Awalnya A.U berusaha menawarkan alternatif musik elektronik yang bisa dinikmati di panggung – panggung kecil acara 17-an atau panggung- panggung kampus dan sekolahan, Beat elektronik yang diselingi rapping 2 orang Mc’s merupakan bahasa yang kami terjemahkan ke dalam areal musikal. A.U lahir dari stagnasi rutinitas keseharian Jakarta yang begitu terpola. Lantas kami mencoba untuk out of pattern.
Kesibukan masing – masing individu untuk berkompromi dengan hidup membuat A.U menjadi lebih fleksibel dalam hal bermusik. Artinya , sejak tahun 2001 A.U tidak lagi mempunyai personel tetap selain seorang DJ dan seorang MC. A.U menjadi semakin terbuka dengan varian genre musik, sebab kerapkali melibatkan musisi dari aliran musik yang berbeda seperti Tradisi, Jazz, Blues , Rock, Soul, Reggae, serta musik elektonik sendiri.
Atmosfer seperti ini membuat fungsi sosial A.U bergeser menjadi suatu bentuk kolektif musik. A.U merupakan pemberontakan atas pola kehidupan Jakarta yang semakin seragam, paling tidak kami berusaha menawarkan kontradiksi ketika semua telinga mendengarkan opini yang sama. Musik merupakan sebuah proses pembelajaran untuk mencerna realitas hidup. Seperti perjalanan yang kami alami, ketika sebuah ide sederhana untuk memainkan music Rap ( DJ & MC ) membawa kami menuju pintu eksplorasi musik yang lebih luas lagi, sewaktu Rap harus bersinggungan dengan genre musik lain. Kesadaran inilah yang memotivasi A.U untuk terus bereksplorasi dan terbuka dengan semua jenis aliran musik. Hidup tanpa alternatif akan menjadi buntu. Angkatan Udara mencoba menawarkan ruang alternaitf baru dalam menterjemahkan realitas sosial Jakarta yang semakin kompleks.
=DISCOGRAPHY= • “ Pecundang “ ( kompilasi Berontak volume 2 / Rontak Records ) 2002 • “ N****** lah A***** lo “ ( kompilasi Kampus 24 jam non stop / IKJ Records ) 2003 • Workshop Video Musik – GOETHE INSTITUTE ( Video Clip “ Pecundang “ / Ruang Rupa ) 2004 •
6. Modus Operandi
Grup asal Semarang yang berdiri tahun 2002 ini mencampurkan beat gahar yang dipadu lirik pedas dari MC Quatro. Scratch dari DJ Killa semakin menguatkan musikalitas grup ini. Mendengar grup ini saya selalu teringat dengan Non Phixion, grup Hip Hop asal Amerika.
Sayang, gaung grup ini lama tak terdengar. Namun hits single mereka seperti ‘Narcisis’, ‘Kudeta’, ‘Interogasi’, ‘Insomnia’ dan ‘Armada Aksara’ jelas tidak bisa dipandang sebelah mata.
7. Molothuvz
Grup ini menyebut dirinya sebagai Jurnal kollektive exsperimental-ishm Rapp/hiphop posse. Liriknya dalam dan musikalitasnya unik. Pernah berkolaborasi dengan grup The Paps dari Bandung.
Beberapa rilisannya adalah : Najist anarko ( Punk Hiphop - 1996 ) Damaja click ( Lyricist-jeepbeats 1998 - 1999 ) Bootsouljah ( Hororcore Hiphop 1999 - 2001 ) Sound da clan ( minoraptaz album - 2000 ) City document ( Hiphop jazz - 2004 ) Madrotter ( 18 sling-shot mixtapes ) -- Track record: 1st albums: Love&Rezpect contains 13 trackz ( 2005 Released by napi records ) Under-construction soundbombing project.. "F.B.B. Vol.1" Deepsmoke mixtape project ( 2008 )
8. Rotra
Grup asal Kota Gudeg ini dimotori oleh Rajapati dan Gantas. Dari keinginan untuk membentuk sebuah grup rap akhirnya terwujud, bersamaan dengan akan dirilisnya album kompilasi Provokateur (2001), dengan bantuan Calludra mereka mempersiapkan single, untuk diikutsertakan dalam album kompilasi tersebut, kemudian... - 1 lagu demo judul Versus masuk di Kompilasi Provokateur th 2001
Awal th 2002 Adhitama mengundurkan diri - pertengahan th 2003 Gantas eks Calludra bergabung serta dibantu additional dj (DJ Seno) - Gantas pernah menjadi anggota grup NFA (1995) Geronimo Rapper Crew (1996) G-Tribe (1996-1999) Calludra (1999-2003).
Gantas juga menjadi music director di album : 1. Kompilasi Perang Rap (2001) dg single hits: Dobrak 2. Wisha Edutainment (2003) dg single hits: Serasa, Ala Reggae
3. Brotherhood (2003) Lagu: Salahkah 4. Oka (2004) Lagu: Mad Music 5. The Garis Keras Project (2004) 6. Xcalibur (2005) 7. Rapvolusi (2006) Lagu: Fu Clan, Jagal Pabu, Tentang Sahabat 8. Poetry Battle Jogja Hip-Hop Foundation (2007)
Hits single: Ngelmu Pring, Ora Cucul Ora Ngebul dan banyak lagi.
Yang istimewa, lagu-lagu Rotra kebanyakan didominasi oleh lirik berbahasa Jawa.
9. BSK
Salah satu grup Hiphop dari Semarang yangkerap tampil sepanggung bersama ModusOperandi ini membawa spirit graffiti, flatland dan sablon dalam musikalitasnya. Penampilannya selalu unik dan kadang diwarnai dengan semburan api dari aerosol yang dibakar.
Motor dari grup ini adalah Rayap, Hace, Mowo dan DJ Killa. Dibantu oleh Quatro dibeberapa track seperti ‘ArtCrime’ yang menceritakan tentang seni vandalisme graffiti. Single-single lainnya seperti Blacklist dan Goresan juga mencerminkan bila Indonesia memiliki grup hiphop yang tidak biasa.
10. Sundanis
Merasa peduli akan budaya Sunda, salah satu personil D Army, Ghettorude mendirikan grup HipHop Sundanis. Sesuai prinsipnya, lirik lagu di grup ini akan didominasi lirik Bahasa Sunda. Bahkan tak jarang grup ini tampil berkolaborasi dengan grup kesenian Sunda.
Hits single: Awewe Geulis, Kamana Atuh Gaya.
Thursday, July 29, 2010
Meracau, Memaki dan Berjingkrak Bersama Kelas Ajag
Sebenarnya grup ini bukanlah grup baru. Kelas Ajag hidup sejak pertengahan tahun 2000 lalu. Namun kesibukan personilnya masing-masing membuat band ini pun mati suri selama hampir 10 tahun. Berawal dari ide gila calon-calon seniman muda saat masih berseragam putih abu tahun 2000 lalu, 4 lelaki yang sudah mengakrabi dunia musik punk [said it loud PUNK!] tanpa embel-embel melodic atau pop atau lainnya.
Padanan yang saya kira paling pas untuk Kelas Ajag adalah chaos dan rock. Ketika ditanya mengapa memilih PUNK mereka enggan menjawabnya. Karena bagi mereka punk bukan pilihan melainkan sebuah pergerakan melawan ketidak adilan.
Menyoal nama, Kelas Ajag ogah memperpanjang definisi. Ide memakai nama Kelas Ajag datang dari sang vokalis Miink. Soal artinya, silahkan kalian mendefinisikan sendiri karena itu bebas!. Perjalanan mereka berempat cukup lancar. Mereka tidak memilah-milah panggung dari panggung scene komunitas sampai pensi hingga acara internal sekolah pun akan tampil dengan segenap kekuatan dan amunisi yang siap memerahkan telinga!.
Awalnya, personil Kelas Ajag adalah Miink [vox/ngacaphrux/bacot], Yuda [Bas], Kesyang [Gitar] dan Andi [drum]. Tahun 2002 mereka memutuskan untuk vakum karena harus menuntaskan tanggung jawab di bangku perkuliahan. 10 tahun dari mereka berdiri, semangat AJAGISME tidak luntur begitu saja.
Hanya, tidak semua masih memiliki paham yang sama. Kelas Ajag harus kehilangan drummer karena dirinya lebih memilih untuk berkarir di dunia tarik suara. [FYI, Andi adalah salah satu kontestan ajag tarik suara terbesar di Indonesia baru baru ini] dan akhirnya merekrut drummer baru plus satu gitaris tambahan.
Dari masih berusia belia, lirik-lirik yang diusung sudah merupakan wujud perlawanan akan ketidak adilan system. Lagunya yang sangat hits adalah SiBoTarBol,berisikan kritik yang dilayangkan pada orang yang memiliki label akademis tapi tidak pernah menghargai kreativitas anak didiknya. Lagu lagu lain seperti Serdadu Onani juga tak kalah menarik. Dan rencananya, mereka akan merekam single-single lama mereka ini dalam waktu dekat.
Soal aksi panggung, bisa dipastikan Kelas Ajag bukanlah tipikal band yang hanya mau manggung dengan sound sekian, ataupun segudang raiders lainnya. Kematangan bermusik dipadu skill akademis personil membuat mereka tak segan untuk tampil di event-event budaya. Bahkan kostum panggung mereka pun tidak mesti menggunakan atribut yang dimata anak muda sekarang begitu ngepunk.
Musikalitas yang tadinya bersenjatakan 3 chords, kini berubah menjadi semakin kompleks. Tanpa kehilangan benang merah mereka sebagai musisi di genre PUNK!
Wednesday, July 28, 2010
'Pena dan Kertas Adalah Hidupku'
Kebanyakan orang memilih menulis sebagai hobi atau penopang hidup. Tapi bagi seorang Sundea (28) menulis adalah hidup. Ibarat orang bernafas, tak ada tulisan berarti tak ada kehidupan.
"Mungkin orang lebih memilih menulis sebagai bagian dari hidup. Namun bagi saya, menulis adalah hidup saya. Yang berarti tidak ada kehidupan ketika tidak menulis," tutur Sundea yang akrab disapa Dea.
Sundea memulai karir menulisnya sejak anak-anak lain masih sibuk bermain dengan bonekanya. "Saya mulai menulis secara serius sejak usia lima tahun. Semua terinspirasi ketika saya bermain orang-orangan saat balita. Dari sana saya kerap bercerita, dan ketika bisa menulis saya mulai menuangkannya di atas kertas," ujar Dea.
Cerita awal Dea memang masih terinspirasi dari film anak-anak Google Five yang pada saat itu sedang booming-boomingnya. Hanya saja, Dea mengubah tokoh dan musuh-musuhnya menjadi teman, sahabat dan apa yang tidak disukainya.
"Dulu ceritanya ada pasukan robot namanya Kenta. Isinya saya dan teman-teman. Formatnya semi komik, tapi komiknya tidak bernuansa Jepang lebih Indonesia," tutur Dea.
Buku kecilnya menuntun Dea untuk menulis lebih kontinyu. Sejak menginjak bangku sekolah dasar, Dea kerap membuatkan cerita-cerita untuk teman-temannya.
"Biasanya kalau jenuh di kelas, saya selalu minta kertas dan menawarkan ke teman-teman untuk membuatkan cerita," ujarnya.
Di kelas lima SD, Sundea mencoba menulis untuk format majalah. "Dulu saya lihat majalah yang ada, terus saya buat sendiri dengan tulisan tangan dibundel dan difotokopi," tutur Dea.
Pada saat menginjak usia 14 tahun, Dea semakin mantap untuk meneguhkan hatinya untuk menjadi penulis.
"Ketika teman-teman ditanya ingin menjadi apa dan menjawab profesi A,B atau apapun saya dengan mantap ingin menjadi penulis handal," ujar Dea.
Menginjak bangku SMA, Dea mulai mengirimkan tulisan-tulisannya ke majalah remaja. Namun berbeda dengan cerpen-cerpen yang marak dengan tema cinta remaja, tulisan Dea lebih indie dan menerabas pakem penulisan cerpen yang sedang hype di publik.
"Bukan ingin beda, tapi curahan hati sudah eksperimental seperti itu. Jadilah model tulisan eksperimental menjadi ciri khas tulisan-tulisan saya," imbuh Dea.
Kemampuan menulis Dea yang unik akhirnya membawa berkah bagi Dea. Di tahun 2004 ketika ia merilis Salamatahari, sebuah penerbitan indie Minorbook tertarik untuk menerbitkan buku tersebut.
"Waktu itu kebetulan Kimung dari Minorbook tertarik dengan tulisan saya. Akhirnya dibukukan, didistribusikan cukup luas dan ternyata hasilnya lumayan," ujar Dea.
Jeda setahun Dea kembali meluncurkan novel anak yang berjudul 'Dunia Adin'. Masuk ke industri yang lebih besar, nama Dea semakin dikenal di dunia penulisan.
"Sempat banyak yang bertanya apakah saya seorang
penulis buku anak-anak?. Ini yang sempat membuat sedikit kesal, karena saya tidak pernah memikirkan membuat buku untuk anak, remaja atau dewasa. Saya hanya menulis yang ingin saya tulis," imbuh sarjana Sastra Indonesia lulusan Universitas Padjajaran ini.
Kerja keras Dea terbayar sudah, meski mengaku finansialnya belum berlebih dari hasil aktivitas menulisnya. Wanita yang kini juga aktif mengurus blog milik Tobucil ini mengaku bisa bertahan hidup hingga sekarang karena ia menulis.
"Jelas ada pemasukan untuk hidup, setidaknya tidak kurang tapi juga tidak lebih. Tapi seandainya saya tidak bisa menulis, mungkin saya tidak akan bisa hidup," tutup Dea.
Tuesday, July 27, 2010
Cantik, Cadas dan [Masih] Virgin
Bagi sebagian orang, musik cadas dianggap musiknya kaum adam. Namun jangan salah, kaum hawa pun bisa kepincut.
Begitupun dengan gadis-gadis belia asal Bandung yang tergabung dalam Virgin Oi. Mereka telah menjajal kemampuan bermusik selama lima tahun di aliran skinhead dan punk.
Berawal dari kegemaran Sarah (Gitar), Dewi (Bas) dan Dina (Vox) terhadap musik skinhead, mereka yang sempat satu sekolah selama SMP dan SMA akhirnya sepakat untuk bersama-sama membentuk band di tahun 2002.
"Kita sama-sama suka musik skinhead, yah skinhead girl lah bisa dibilang. Makanya kami sepakat untuk ngeband bareng. Kebetulan pas itu ada Rani yang juga suka skinhead dan bisa nge-drum. Dari sana kita jalan ber-empat. Karena kita semua cewek-cewek yang masih virgin, jadilah kita menamai bandnya Virgin Oi" tutur Sarah.
Dengan membentuk band cewek, Sarah menilai perempuan pun memiliki hak yang sama dengan laki-laki, termsuk dalam bermusik. "Selama ini orang selalu beranggapan kalau yang boleh ngeband dan ngebawain musik cadas hanya laki-laki, padahal laki-laki dan perempuan sama-sama punya hak untuk berkarya," ujar Sarah.
Tahun 2003, Virgin Oi sempat masuk album kompilasi 'Oi Live Forever di Tahun 2003 dengan hits single 'Girl With The Power'. Ternyata, single ini mendapat respon positif oleh komunitas dan sebagian publik.
"Lumayan lah, berbekal dari satu single itu, kita bisa lumayan sering manggung," ujar Sarah bangga.
Namun, ditengah-tengah usaha Virgin Oi mendaki karir, satu per satu personel mulai mengundurkan diri. Diawali dengan keluarnya Dewi di tahun 2003 karena menikah dan sibuk dengan keluarganya. Menyusul hengkangnya Rani karena sakit sehingga tidak memungkinkan lagi menabuh drum.
"Sempat saya jalan berdua dengan Dina, sampai akhirnya bertemu dengan Ayu (vox) dan Ochi (drum) di tahun 2006. Karena butuh pemain bas jadi tiap manggung kita pakai additional player Eko," tutur Sarah.
Namun lagi-lagi formasi ini tidak bertahan lama, Ayu dan Ochi pun harus meninggalkan Virgin Oi yang akhirnya digantikan oleh Desi (vox) dan Rhilie (ex.
Boys Are Toys) di bas.
Meski harus jungkir balik untuk mempertahankan Virgin Oi, Sarah cs tetap berusaha bertahan untuk terus berkarya di dunia musik cadas. "Untungnya setiap ada yang keluar, yang mengganti tidak pernah terlalu lama. Kebetulan pula chemistry yang sekarang udah sama-sama kuat, jadinya semakin
semangat dalam berkarya," ujar Sarah.
Dalam waktu dekat, Virgin Oi berencana akan merilis album perdana mereka. "Materi sudah selesai 10 lagu, tinggal kita record. Mudah-mudahan bisa rilis akhir tahun ini," tutur mereka kompak.
Monday, July 26, 2010
Bangsa Pemakan Merek
Temen gue pernah bilang, “Beli barang enggak mesti yang bermerek, yang penting fungsinya,”. Memang kenyataannya dia jarang sekali memakai barang yang ada mereknya. Beda dengan temen gue yang lain, dia kalau beli sesuatu harus yang ada mereknya. Minimal orang banyak tahu brand itu.
Gue sendiri tadinya tidak begitu memperhatikan merk. Utamanya untuk barang-barang tersier. Tapi nyatanya, barang-barang tak bermerk itu cepat sekali bos nya [bosok –red]. Pernah sekali gue beli Kipas angin merknya ‘BioNational’. Berhubung gue waktu itu di kota yang panas banget, keberadaan kipas di kos udah jadi keharusan
Temen gue sebenarnya sudah bilang “Beli barang elektronik kok asal merknya?,” tapi gue cuek saja. Ternyata belum 2 bulan kipas itu rusak. Rusaknya pun sangat tragis, waktu dihidupin kipasnya loncat dari dudukannya. Mirip piring terbang yang hampir menghajar gue. Untungnya enggak kena orang tuh kipasnya.
Oh iya, sebelumnya insiden beli barang tak bermerk ini pernah kejadian juga waktu gue SMA. Waktu itu gue pengen walkman. Tapi sial, duit gue enggak cukup buat beli walkman bermerk. Entah merk apa gue beli aja. Baru beberapa bulan dipake kok tiba-tiba walkman gue gak mau muter kasetnya. DAMN, ternyata walkman gue rusak dan gak bisa dibenerin.
Beda dengan waktu kuliah gue beli walkman yang cukup bermerk, bertahun-tahun tuh walkman gak rusak. Nah, kekonyolan gue beli perangkat audio kejadian pas gue beli MP3 player, entah kenapa tiba-tiba gue kepincut sama MP3 player merknya ‘O’.
Tuh gadget pake MMC buat lagunya. Ternyata pas gue setel suaranya parah, isinya scratch-scratch doang. Dan meskipun digaransi, sia-sia sudah gue beli. Beruntung temen gue beli walaupun istilahnya gue jual rugi tuh.
Beberapa bulan sesudahnya, gue beli lagi MP3 player merk terkenal yang initialnya ‘C’ itu lho. Pokoknya dia one of the best gadget for audiophiles lah. Dan beneran, awet dan tahan lama banget. Belum lagi gue beli mouse yang merknya gak jelas. Baru dicolokin cuman nyala lampunya doang [gosh].
Setelah dipikir-pikir, kita ini terlanjur makan merk. Coba aja, mau beli pasta gigi bilangnya odol. Padahal odol itu ya merek juga. Apalagi kalau mau beli Mie Instant, pasti bilangnya mau beli Indomie padahal mie yang dibeli belum tentu dari brand yang disebut.
Yang paling sering adalah mau beli air mineral dalam kemasan kita selalu bilang mau beli Aqua. Padahal brand-brand lain yang kualitasnya enggak kalah juga banyak. Dan ehm, temen gue yang katanya tidak pernah pakai barang bermerk itu ternyata barangnya semua bermerk. Hanya saja dia menutupi merk-merknya. Semisal pakai tas ada merknya ditutupin pakai pin atau pake sticker.
Gue cuman melongo, memang merk belum tentu menentukan kualitas. Tapi sobat gue bilang “Beli yang bermerek karena kita makan merek,”. Sampai di sini, masih mau beli yang tak bermerek?
Sunday, July 25, 2010
Saturday, July 24, 2010
Kaos Oblong dan Jeans Bolong
Seorang teman yang kini telah menjadi artis [bukan selebritis] dari pertama saya kenal selalu mengenakan kaos oblong yang [kadang] sudah bolong dan jeans belel. Kadang jeans dia sobek, tapi usut punya usut bukan sengaja disobek tapi karena hanya
2 pasang dan dipakai bergantian sebulan sekali tiap dicuci jadi tipis dan bolong.
Disindir siapapun dia tetap cuek. “Ada yang lebih penting dari sekedar beli baju,” kilahnya. Tahun demi tahun berlalu, dia tetap bertahan dengan gayanya. Masuk kerja pun begitu. Tapi seperti saya bilang di depan dia sudah menjadi ‘seseorang’.
Belakangan saya ketemu dia lagi, dia sudah tampil sedikit berbeda. Kali ini kombinasi army style dan hardcore. Kaos hitam polos dan celana loreng dan sepatu boots. [So hardcore banget] dan karirnya juga semakin meroket.
Orang kerap memandang sebelah mata kala orang berbusana seperti ini. Malah dibilang terkesan dekil. Termasuk orang-orang yang memandang saya sekarang. Kalau boleh meminjam istilah salah satu penulis favorit saya, stylenya sudah menyaingi fashionista dengan istilah gembelnista [kayak gembel dan nista].
Saya selalu menggunakan celana jeans sejak SMA. Sebelumnya gaya fashion saya kacau balau akibat selalu memakai baju yang dibelikan orang tua. Tapi basically tetap sama, kaos dan celana. Yang lucu saya kerap memakai kaos ungu dan celana biru [bukan jeans karena waktu itu belum punya], kaos hijau dan celana cokelat [betapa tidak nyambungnya] dan banyak lagi lainnya lah.
Waktu farewell party SMP saya pun tetap pakai kaos. Hitam dan celana coklat dengan kamera terkalung. Masuk SMA setiap pergi main atau kemanapun tetap saya pakai kaos dan jeans. Kalaupun harus pakai kemeja itu hanya sesekali saja dan in super special situation.
Perpisahan SMA saat harus dress up in theme saya pilih A Tribute to Garage Rock [dengan pakai kaos dan jeans again ditambah jas yang fit body]. Yeah memang bagaimanapun rasanya kaos dan jeans sudah jadi fashion killer saya. Ehm fashion killer ? [Kalau kata jurnalis lokal favorit saya Soleh Solihun waktu pembacaan ICEMA Awards fashion killer adalah Fanta Papa India disingkat tentunya].
Kuliah? Wah, karena sudah bebas saya tetap tidak ganti busana, kaos oblong dan jeans bolong. Sesekali pakai polo shirt. Teman saya yang disebutkan di depan tadi malah sampai ditegur “Ki ajarane wong endi nggo katok suwek nang kampus,”. Tapi dasar dia cuek, santai saja dan akan selalu begitu.
Salah satu teman kos yang ‘super gaul’ gayanya sempat bertanya kenapa saya tidak pernah pakai celana bahan. “Eh lo enggak pernah pake celana bahan ya?” “Ngapain?,” jawab saya. “Ih itu keren banget tau apalagi buat ngedate,” katanya berapi-api [maklum si teman yang satu ini memang pebisnis MLM].
Kontan omongannya tadi bikin saya mau ngakak abis. Tapi kayaknya perlu ada flashback sedikit soal teman saya ini. Kurang gaul bagaimana, tiap di kos aja kaosnya dimasukin ke kolornya [seperti babeh-babeh taun 60an]. Kalau berangkat kuliah pake celana bahan dan kemeja lengan panjang. Dan perlu dicatat dia 4 taun lebih muda dari saya.
Dan satu lagi, di pinggangnya selalu terselip hape warna PINK!
Sahabat saya ada yang serupa-rupa dengan dia. Tapi yang ini gak separah si teman kos. Kombinasi kemeja dan celana kargo atau jeans [ya normal lah]. Dan 4 semester terakhir sebelum lulus dia sempat membuat rambutnya jadi potongan emo atau harajuku [in his version of course]. Tapi alasan dia lebih logis, “Semarang panas bro. Jadi cepat gosong kalau pake tangan pendek,”.
Belakangan dia masuk kerja [di institusi pemerintahan] dan malahan jauh lebih lumayan. Tumben-tumbenan kalau dating dia pake kaos oblong dan jeans [yang enggak bolong]. Tapi he looks younger 10 years I think haha [sorry bro, but my vision say that].
Bagaimana nasib fashion saya setelah masuk dunia kerja?. Ehm ternyata tidak jauh berbeda [tetap nista maksudnya]. Cuman kalau dulu kaos oblong saya banyak didominasi warna hijau, sekarang saya banyak [hampir semua] mengenakan kaos warna hitam.
Yes, all my t shirt is black. Alasannya mudah saja, selain tidak cepat kotor kondisi air untuk nyuci kadang tidak bagus [jadi cepat kuning]. Tapi orang-orang yang melihat saya menyangka gara-gara musik metal yang identik dengan warna hitam [ya itu benar juga sebenarnya].
Waktu pacaran, si pacar juga bilang “Udah enggak usah aneh-aneh, aku cuman pengen liat kamu seperti yang pertama aku liat,” yes it means pertama saya ketemu dia ya tentunya dengan kaos hitam dan jeans hehe. Cuman yang penting buat dia adalah bersih [enggak banget kalau jeans belum dicuci seminggu apalagi udah kena becekan].
Nampaknya kaos oblong dan jeans bolong akan selalu menemani hidup saya. [Mengingat saya tidak ingin dan tidak akan pernah bekerja di tempat orang-orang berdasi haha]. Meskipun sekarang sih sudah tidak terlalu gembelnista lah [at least kaosnya masih yang belum pudar warnanya dan jeansnya tak lagi bolong] tapi sesuai kata teman saya “Dengan begini rasanya kita akan lebih plong!," katanya sambil terus sibuk didepan monitor.
Friday, July 23, 2010
Punkrocker yang Cinta Anak-anak
Apa yang ada di benak anda saat mendengar kata punk rock? Rambut mohawk? Aksesoris ber-spike?, hingga tindikan dan sepatu boots adalah tampilannya. Namun dibalik kegaharan tampilan luarnya. Ada nilai positif yang dipetik dari seorang punk rocker seperti persahabatan dan kebersamaan.
Salah satunya, Phaerlymaviec Musadi (33), seorang punk rocker yang begitu menaruh perhatian pada dunia anak-anak.
Awalnya, pria Sunda kelahiran Jerman 1 Januari 1976 ini 'hanyalah' seorang bocah biasa yang hidup dikeluarga dengan banyak saudara yang begitu dekat dengan konflik. Namun siapa sangka, tak seperti kebanyakan anak yang menjadi korban broken home lainnya, lelaki yang akrab disapa Pei ini malah menjadi dekat dengan anak-anak.
"Dulu ayah saya mendidik dengan kekerasan. Begitu pula dengan ketujuh saudara saya. Bagi ayah saya, mendidik dengan kekerasan akan membuat turunannya menjadi anak yang baik," tutur Pei.
Merasa jengah dengan kehidupan keluarga yang penuh kekerasan, di usia belia saat ia masih berstatus murid sekolah dasar di Jerman, Pei 'keluar' dari lingkaran hidup keluarganya di sana.
"Pada saat masih berstatus pelajar sekolah dulu, saya begitu sering pindah sekolah. Sampai-sampai saya sering tidak naik kelas. Bukan karena saya tidak mampu mengikuti pelajaran. Tetapi lebih disebab kan berpindah-pindahnya sekolah saya dari Jerman ke Indonesia, dari Indonesia ke Jerman lagi, yang waktunya tidak pernah pas dengan tahun ajaran," ujar Pei.
Meski begitu, Pei bukanlah anak yang tertinggal dari segi akademis. Ia menguasai tiga bahasa secara fasih, Inggris, Jerman dan Perancis. Kemampuan berbahasanya, membuat dirinya mudah berhubungan dengan orang-orang luar negeri yang kelak membantu mentransfer ilmu untuk membesarkan usahanya.
Ketika kembali ke Indonesia di usianya yang masih 18 tahun, Pei kembali mendapat sandungan untuk naik kelas karena rapornya ketinggalan. "Karena tidak ada yang mengurus saya keliru membawa rapor. Jadilah saya yang tadinya berharap ingin masuk IPA karena kuat di ilmu fisika nyaris dipindahkan ke jurusan sosial. Namun saya tolak dan memilih mengulang. Alhasil saya baru lulus SMU di usia sekitar 20 tahunan," imbuh Pei.
Pei yang mulai beranjak remaja mulai akrab dengan dunia musik. Tercatat ia pernah tergabung dalam grup industrial Helm Proyek dan band cadas Diestater di sekitar tahun 98.
"Maklum saja, saya begitu dekat dengan anak-anak Ujung Berung Rebel. Temasuk juga menyambangi Saparua setiap akhir minggu. Dari sana saya yang dasarnya sudah Punkrock menjadi semakin ngepunk," tutur Pei.
Diluar kepunkrockan Pei, Pei menyimpan bakat dibidang debat. Berkali kali ia mengantarkan SMA 10 Bandung ke pertandingan debat Bahasa Inggris. Kegemarannya ini berlanjut saat menginjak bangku kuliah di tahun yang sama.
"Saat saya masuk NHI dan mengambil perhotelan saya disibukkan dengan debat lagi, alhasil kuliah berantakan juga," ujar Pei.
Namun disela-sela aktivitasnya untuk menghidupi diri dan menjadi aktivis, Pei tidak lupa pada dunia anak-anak.
"Saya selalu teringat dengan masa kecil saya yang begitu penuh kekerasan. Sehingga di tahun 2000 saya mendirikan Yayasan Adikaka. Misi awalnya menggandeng remaja yang bermasalah agar bisa hidup layak seperti remaja-remaja lainnya. Namun ternyata setelah melakukan studi literasi
dan penelusuran langsung saya mendapati masalah remaja berasal dari peristiwa-peristiwa tak mengenakan yang menggelayuti selama masih anak-anak," tutur Pei.
Dari sana, Pei mulai mengganti haluan Yayasan Adikaka menjadi yayasan yang concern pada masalah anak-anak. Namun kenyataan berkata lain, alih-alih ingin mengembangkan yayasan, Pei yang belum memiliki usaha apapun untuk menopang yayasannya membuatnya harus menutup yayasannya di tahun 2001.
"Jalan setahun, Adikaka harus collaps karena kurang dana. Namun saya terus mengembangkan usaha saya dengan merintis clothing yang membuat merchandise band-band lokal. Akhirnya di tahun 2004, saya berhasil membangun kembali Adikaka," tutur Pei.
Di yayasannya, Pei mengajak anak-anak di daerah Baranangsiang yang kebetulan sedaerah dengan kantor clothingnya Parental Advisory dan db clothing.
"Kenapa saya pilih disana, karena kehidupan disana begitu 'bronx' atau keras. Bahkan bisa dibilang lebih keras ketimbang masa kecil saya di Jerman dulu," imbuh Pei.
Di depan kantornya, Pei membuat ramp skateboard dan memberikan mainan-mainan layak pakai untuk anak-anak.
"Sengaja, sambil kerja saya memperhatikan anak-anak main. Tempat main ini saya beri nama Neverland playground. Terinspirasi dari negeri khayal Peterpan, di mana
anak-anak bisa melakukan apa saja. Begitu pula di sana, saya berusaha memfasilitasi anak-anak untuk bermain dan belajar diluar sekolah formal." ujar Pei.
Pei juga aktif mengkampanyekan 'Never Grow Up Campaign' dimana orang tua seharusnya bisa menjadi anak-anak saat bermain dengan anak-anak. "Pada saat awal merintis yayasan, saya kerap mengkampanyekan bermain 15 menit dengan anak. Karena orang tua kerap lalai dan enggan untuk ada di sisi anak-anak. Padahal itu sangat penting, sehingga bisa tahu isi pikiran anak-anak," tutur Pei.
Hingga saat ini, Pei terus aktif menggarap dunia anak-anak. Terbukti dengan dibuatnya official shop Parental Advisory yang membuat busana anak tema ekstrim dengan bahan yang berkualitas dan terus menggarap Neverland Playground.
"Anak-anak adalah sahabat terdekat saya. Dan dunia anak-anak tidak bisa lepas dari kehidupan saya. Sekalipun sekarang saya sudah lebih mapan secara finansial, prioritas saya tetaplah dunia anak," tandas Pei.
Wednesday, July 21, 2010
Street Fighter IV: Kembalinya Legenda Fighting Klasik
Setelah cukup lama tidak ada game fighting yang dibuat untuk platform PC, CAPCOM kembali mengusung game fighting klasik mereka kedalam format multiplatform. Ya, Street Fighter kembali seolah ingin menampik komentar tidak adanya game fighting di PC yang mumpuni lagi.
Cerita dari game ini memang tidak banyak berubah dari versi originalnya. Karakter-karakter lama seperti Ken, Ryu, Chun Li,E Honda, Dalshim, Guille dan M Bison tetap dimunculkan. Namun juga banyak karakter-karakter baru yang diselipkan.
Beberapa karakter sengaja masih di set dalam posisi lock. Untuk mengunlocknya, ada beberapa level game yang harus diselesaikan. Nuansa klasik sangat terasa ketika game ini dimulai. Bak tampilan arcade tahun '90an. Tapi begitu masuk ke menu utama game, nuansa kekinian mulai terasa.
Pemilihan karakter masih gaya klasik lama, namun kali ini dibuat semi 3D. Masuk ke game First Movie Video (FMV) dari karakter yang kita pilih akan muncul. Menceritakan sedikit flashbackmengenai legenda pertarungan klasik dunia ini.
Saya sempat terpukau dengan grafis yang dibawa di dalam game. Gabungan environtment 3D dirender cukup halus berpadu dengan karakter 3D yang membawa nuansa kartun di dalamnya. Bisa jadi ini juga lantaran terakhir saya bermaun game ini di konsol NES yang artinya gambarnya amat sangat apa adanya [8 bit bro].
Mengingat RIG tidak baru-baru banget ,jadinya hanya diset ke mode HIGH dengan AA 8x. Tapi grafisnya sudah oke di mata dan yang jelas smooth tanpa lag sedikitipun. Kontrol dari game cukup mudah. Jelas untuk bisa memainkannya dengan nyaman anda membutuhkan stik.
Saran untuk stik bisa menggunakan stik XBOX 360 for PC atau stik PC lainnya yang cukup bermerk. Saya sendiri belum menggunakan stik XBOX 360, maklum harganya lumayan juga sih. Tapi setidaknya dari stik biasa yang beredar di pasaran pilihlah stik yang paling tidak agak awet. Kalau sedikit sabar pasti mudah menemukan stik semacam ini.
Penggunaan stik yang nyaman di sini jelas tidak hanya untuk menjaga keyboard anda jebol lantaran keasyikan mengoprek jurus, tapi juga mempermudah mengeluarkan trik-trik rahasia atau combo. Saking spesialnya kemarin saya melihat ada seller yang menjual stik khusus SF IV. Lengkap dengan gambar karakternya. Kalau itu sih istimewa, lantaran control L dan R dipindah kedepan, combo pun keluar dengan mudahanya.
Meski begitu agar bisa menjalankan game ini dengan cukup nyaman rasanya tidak perlu rig yang berkemampuan super. Test bed penulis dengan Athlon X2 5000 (2,8 Ghz), Ram 2 GB, dan ATI Radeon 4670 1 GB berhasil mencapai resolusi 30 Fps dengan setingan high dan anti aliasing 8x. Jadi, untuk anda yang menggemari game klasik Street Fighter, jelas game ini wajib mengisi PC anda. Selamat Bertarung!
Tuesday, July 20, 2010
Meaning of Your Parents
Gue mungkin satu dari sekian banyak anak yang enggak begitu dekat sama orangtuanya. Yes, enggak begitu dekat mean enggak begitu dekat tinggalnya dan begitu pula hatinya. Tapi bagaimana kalau sudah diingatkan seperti ini?
Saat kau berumur 1 tahun:
Mereka menyuapi dan memandikanmu. Sebagai balasannya, kau menangis sepanjang malam.
Saat kau berumur 2 tahun:
Mereka mengajarimu bagaimana cara berjalan. Sebagai balasannya, kau kabur saat mereka memanggilmu.
Saat kau berumur 3 tahun:
Memasakkan semua makananmu dengan kasihsayang. Sebagai balasannya, kau buang piring berisi makanan ke lantai.
Saat kau berumur 4 tahun:
Mereka memberimu pensil berwarna dan sebagai balasannya, kau coret-coret dinding rumah dan meja makan
Saat kau berumur 5 tahun:
Mereka membelikanmu pakaian-pakaian yang mahal dan bagus. Sebagai balasannya, kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah. Bahkan kadang-kadang enggan memakainya dan lebih memilih pakai singlet bututmu.
Saat kau berumur 6 tahun:
Mereka mengantarmu pergi ke sekolah. Sebagai balasannya, kau berteriak."NGGAK MAU!!"
[Yes gue teriak enggak mau sekolah selama hampir 1 tahun].
Saat kau berumur 7 tahun:
Mereka membelikanmu bola. Sebagai balasannya, kau lemparkan bola ke jendela tetangga. [Disamping waktu itu gue enggak suka main bola]
Saat kau berumur 8 tahun:
Mereka memberimu es krim. Sebagai balasannya, kau tumpahkan hingga mengotori seluruh bajumu.
Saat kau berumur 9 tahun:
Mereka membayar mahal untuk les Matematikamu.Sebagai balasannya, kau sering bolos dan sama sekali tidak pernah menghafal.
Saat kau berumur 10 tahun:
Mereka mengantarmu ke mana saja, dari kolam renang hingga pesta ulang tahun.Sebagai balasannya, kau melompat keluar mobil tanpa memberi salam.
Saat kau berumur 11 tahun:
Mereka mengantar kau dan teman-temanmu kebioskop.Sebagai balasannya, kau minta mereka duduk di baris lain
Saat kau berumur 12 tahun:
Mereka melarangmu untuk melihat film khususorang dewasa.Sebagai balasannya, kau tunggu mereka sampai keluar rumah
Saat kau berumur 13 tahun:
Mereka menyarankanmu untuk memotong rambut,karena sudah waktunya.Sebagai balasannya, kau katakan mereka tidak tahu mode.
Saat kau berumur 14 tahun:
Mereka membayar biaya untuk liburan selama sebulan liburan.Sebagai balasannya, kau tak pernah meneleponnya.
Saat kau berumur 15 tahun:
Pulang kerja ingin ngobrol denganmu. Sebagaibalasannya, kau kunci pintu kamarmu dan pura-pura tidur
Saat kau berumur 16 tahun:
Mereka ajari kau mengemudi mobil dan motornya. Sebagaibalasannya, kau pakai kendaraannya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.
Saat kau berumur 17 tahun:
Mereka sedang menunggu telepon yang penting Sebagai balasannya, kau pakai handphone nonstop semalaman
Saat kau berumur 18 tahun:
Mereka menangis terharu ketika kau lulus SMA. Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.
Saat kau berumur 19 tahun:
Mereka membayar biaya kuliahmu dan mengantarmuke kampus pada hari pertama.Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.
Saat kau berumur 20 tahun:
Mereka bertanya, "Dari mana saja seharian ini?" Sebagai balasannya, kau jawab,"Ah pada cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!"
Saat kau berumur 21 tahun:
Mereka menyarankan satu pekerjaan yang menurut mereka bagus. Sebagai balasannya, kau katakan,"Aku tidak ingin seperti kalian."
Saat kau berumur 22 tahun:
Mereka bertanya kapan kau lulus perguruan tinggi. Sebagai balasannya, kau tanya mereka kapan kau bisa ke Bali.
Saat kau berumur 23 tahun:
Mereka membelikanmu 1 set furnitur untuk kos-kosanmu. Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furnitur itu.
Saat kau berumur 24 tahun:
Mereka bertemu dengan pacarmu dan bertanyatentang rencananya di masa depan.Sebagai balasannya, kau mengeluh,"Aduuh, bagaimana kalian ini, kok bertanya seperti itu?"
Saat kau berumur 25 tahun:
Mereka membantumu membiayai rumah barumu. Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.
Saat nanti kau berumur 30 tahun:
Mereka memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu.Sebagai balasannya, kau katakan padanya,"Wah, sekarang jamannya sudah berbeda!"
Saat nanti kau berumur 40 tahun:
Mereka menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun mereka.Sebagai balasannya, kau jawab,"Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu.".
Saat nanti kau berumur 50 tahun:
Mereka sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu. Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.
Dan hingga suatu hari nanti:
Mereka meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kauteringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam.
Gue cuman diam terpaku sampai saat ini.
Yo,,,yo,,Ngomong Jowo
8 Taun yang lalu waktu gue pindah untuk kuliah di Kota Wingko Babat enggak kepikiran untuk ngomong Bahasa Jawa. Ya, sebagai orang yang domisilinya asli PARIS ditambahin Van Java gue enggak begitu akrab sama yang namanya Bahasa Jawa. Memang emak dan babeh orang Jawa tapi di rumah ngomong Bahasa Indon campur Jawa campur Inggris, wes..lengkap sudah.
Karena lingkungan mengharuskan ngomong Bahasa Sunda gue pun dengan fasihnya bisa ngomong Sunda. Bagaimana gue ngomong kayaknya enggak harus diperagain di sini dah [bwahahaha]. Okeh singkat kata gue melakukan perjalanan ke SMG bulan-bulan ini taun 2002.
Pas gue nyampe sana, sedikit culture shock juga. De mi Gosh, orang-orang semua ngomong Jawa. DAMN! Ada di planet mana aku?. Tapi beruntungnya temen-temen kuliah gue yang paling pertama kenalan adalah orang-orang Jakarta. [So they speak Indonesia of course].
Tapi lagi-lagi sahabat gue si Edwin meracun gue buat pake Bahasa Jawa. 1 semester gue keep in speak Indonesia. Tapi pas gue jalan-jalan sama si Ed ini dia selalu mencontohkan orang dimana-mana ngomong Jawa [memang iya sih]. Sampai suatu kali, “Tuh orang Cina aja ngomong Jawa. Kamu orang Jawa kenapa enggak belajar Bahasa Jawa,”. Gue cuman diem dan masih ngelanjutin ngobrol pake Bahasa Indon.
Lama-lama di sana, gue masih bingung apa harus speak Indo atau banting stir ngomong Jawa. [FYI, gue bukan enggak bisa Boso Jowo. Tapi gue masih ragu-ragu untuk ngomong Jowo. Entah dari mana, kenal semakin banyak orang dan gue pun melebur ngomong Jowo.
Yep, mulai dah kerasa enaknya ngomong Jowo. Kalau beli makan gue dengan santai bisa ngobrol Jowo dengan yang jual. Tapi gue tetep ngomong Indonesia dan Sunda untuk beberapa kesempatan seperti pas ketemu orang Sunda lagi atau beli Burjo [ini harus ngomong Sunda lantaran 99 persen tukang bubur kacang ijo adalah orang Sunda].
Sampe sekarang menembus Ibukota, gue kadang-kadang masih ngomong Jowo. Ya tentunya kalau ada perlunya, semisal kalau beli Nasi Kucing [tidak diduga gue nemu makanan ini di Jakarta] dan tetap ngomong Sunda pas gue beli burjo.
Bro Ed, racunmu berhasil. Tapi setidaknya gue enggak perlu takut kesasar tiap turun dari bis kalau pulang dari BDG ke SMG. Dan hidup di kota yang baru rasanya akan selalu jos gandos kalau bisa ngomong bahasa yang biasa dipakai orang-orang di sana.
Monday, July 19, 2010
Bomboman Bali
Setelah 20 taun belum sempat menginjakkan kaki di Bali, akhirnya kesampean juga tuh menginjak Pulau Dewata taun 2004 kemaren. Lagi-lagi ada insiden perusakpesta di sana. Dan bukan hanya sekali tapi beberapa kali. [hammer godamn].
Kita berangkat pagi sekitar jam 10.00 waktu SMG. Gue dijemput sama Pick Up biru bersejarah bokapnya Edwin Rakhmanto dan sampe ke kampus kita nurun-nurunin barang deh. Setelan Edwin waktu berangkat meyakinkan banget.
Kemeja tangan panjang, feat jas almamater dan topi kampus [bro, kalau gak pake topi disuruh turun ya?]. Sedangkan gue seperti biasa pake t shirt and jeans dengan sepatu baru [ciahh sombong nih haha].
Berbekal kamera film kita foto-foto di bus. Gak kalah hebohnya ArgoGo yang bekel Djarum Super satu slop dan satu set kartu remi plus botol botol minuman surgawi [jeh doyan rak go kowe haha]. Singkat kata gue sebangku sama Edwin dan Argo sebelahan sama Puji yang Psycho.
Mau tau bekel Puji? Dia bawa rokok beberapa bungkus sama kaset-kaset metal [yes we ‘re metal lover although not look so metal]. Kayaknya Puji kebanyakan minum dari botol bekelnya Gogo yang bikin tidur enggak nyenyak. “Go jam piro tekan hotel go?”. Padahal nyeberang Gilimanuk aja belom.
Urusan gulang guling kelar sudah. Kita nyampe di Bali jam 9 pagi waktu sono. Objek pertama kita ke Tanah Lot. Siap-siap pake sabuk pengaman ya, soalnya ini sangat mendebarkan. Gue dengan pedenya menenteng kamera film. Dituturi Edwin di belakang gue.
Tanpa diketahui tiba-tiba laut pasang. Gue yang lagi foto-foto sama Edwin, dan grup cewek-cewek ada Lili, Angel, Titin dan Fitri. Tiba-tiba, duer-duer-duer ombak menghajar! Gue dan Edwin keseret-seret sampai akhirnya nabrak karang dan sandal cewek-cewek kintir semua kena ombak.
Shock lah gue dan Edwin. Gimana enggak, kamera, handphone dan lain-lainnya kecemplung bos. Dengan terengah-engah gue duduk di tepi pantai dan temen yang lain bilang. Hape-hape! Buff mampus hape gue yang umurnya baru berapa bulan udah kecemplung Tanah Lot.
Enggak sempet ngurusin hape, gue sakit pas jalan, ternyata sekujur badan udah kena luka. Akhirnya gue dan Edwin diobatin di posko terdekat. Yang ngobatin gadis Bali bo..so sweet to see. Tapi tetep aja namanya dioles alcohol perihnya minta ampun!.
Habis diobatin Mbah Edi Susanto masih sempet motoin kita-kita. [File fotonya dimana ya win?]. Dan pas mau balik ke bis Argo dan Puji baru keluar dari bus dengan mata merah.” Weh ngopo kui?” kata Argo. Dan langsung gue timpali “Go nyilih katok, cepetan,” dan akhirnya celana pendek gogo bermotif loreng gue pake [keren juga lah] haha.
Perjalanan berikut-berikutnya enggak nyaman sama sekali. Gue cuman diem aja begitu juga Edwin. Meringis-ringis lantaran sakitnya begitu kerasa. Sampe di Hotel, kita berempat satu kamar. Sumpah, malem itu rasanya badan sakit semua.
Indah yang ngobatin gue sampe malem-malem nungguin gue tidur [makasih ya beb]. Besoknya diobatin masih jerit-jerit kesakitan juga. Sumpah panas dan perih lukanya. Tapi lagi lagi si Indah ngobatin gue dengan sabar dan bilang “Malu ah laki-laki jerit-jerit”.
Malem kedua nginep di hotel gue masih kesakitan. Gogo akhirnya ngusulin cari obat. Tapi sial di tengah-tengah mau nyari obat kita malah dikejar anjing. DAMN. Puji yang udah dibawah sadar gelontoran minuman berkhasiat dengan pede mengkomando. “Jo wedi, santai wae!,”
Akhirnya beli obat batal dan kita malah beli sate lontong. Pulangnya kita beli roti bakar dan begitu terus sampe 3 malem di Bali. Perjalanan lain-lainnya sih cukup lucu.
Sampe makan bakso di pinggir Kuta.
Dan selama di Bali, Edwin bergaya bak seorang rocker [dalam versinya waktu itu].
Cuman enggak ada yang lebih spektakuler dari Insiden Bomboman di Tanah Lot itu. [Unforgetable Holiday].
Kita berangkat pagi sekitar jam 10.00 waktu SMG. Gue dijemput sama Pick Up biru bersejarah bokapnya Edwin Rakhmanto dan sampe ke kampus kita nurun-nurunin barang deh. Setelan Edwin waktu berangkat meyakinkan banget.
Kemeja tangan panjang, feat jas almamater dan topi kampus [bro, kalau gak pake topi disuruh turun ya?]. Sedangkan gue seperti biasa pake t shirt and jeans dengan sepatu baru [ciahh sombong nih haha].
Berbekal kamera film kita foto-foto di bus. Gak kalah hebohnya ArgoGo yang bekel Djarum Super satu slop dan satu set kartu remi plus botol botol minuman surgawi [jeh doyan rak go kowe haha]. Singkat kata gue sebangku sama Edwin dan Argo sebelahan sama Puji yang Psycho.
Mau tau bekel Puji? Dia bawa rokok beberapa bungkus sama kaset-kaset metal [yes we ‘re metal lover although not look so metal]. Kayaknya Puji kebanyakan minum dari botol bekelnya Gogo yang bikin tidur enggak nyenyak. “Go jam piro tekan hotel go?”. Padahal nyeberang Gilimanuk aja belom.
Urusan gulang guling kelar sudah. Kita nyampe di Bali jam 9 pagi waktu sono. Objek pertama kita ke Tanah Lot. Siap-siap pake sabuk pengaman ya, soalnya ini sangat mendebarkan. Gue dengan pedenya menenteng kamera film. Dituturi Edwin di belakang gue.
Tanpa diketahui tiba-tiba laut pasang. Gue yang lagi foto-foto sama Edwin, dan grup cewek-cewek ada Lili, Angel, Titin dan Fitri. Tiba-tiba, duer-duer-duer ombak menghajar! Gue dan Edwin keseret-seret sampai akhirnya nabrak karang dan sandal cewek-cewek kintir semua kena ombak.
Shock lah gue dan Edwin. Gimana enggak, kamera, handphone dan lain-lainnya kecemplung bos. Dengan terengah-engah gue duduk di tepi pantai dan temen yang lain bilang. Hape-hape! Buff mampus hape gue yang umurnya baru berapa bulan udah kecemplung Tanah Lot.
Enggak sempet ngurusin hape, gue sakit pas jalan, ternyata sekujur badan udah kena luka. Akhirnya gue dan Edwin diobatin di posko terdekat. Yang ngobatin gadis Bali bo..so sweet to see. Tapi tetep aja namanya dioles alcohol perihnya minta ampun!.
Habis diobatin Mbah Edi Susanto masih sempet motoin kita-kita. [File fotonya dimana ya win?]. Dan pas mau balik ke bis Argo dan Puji baru keluar dari bus dengan mata merah.” Weh ngopo kui?” kata Argo. Dan langsung gue timpali “Go nyilih katok, cepetan,” dan akhirnya celana pendek gogo bermotif loreng gue pake [keren juga lah] haha.
Perjalanan berikut-berikutnya enggak nyaman sama sekali. Gue cuman diem aja begitu juga Edwin. Meringis-ringis lantaran sakitnya begitu kerasa. Sampe di Hotel, kita berempat satu kamar. Sumpah, malem itu rasanya badan sakit semua.
Indah yang ngobatin gue sampe malem-malem nungguin gue tidur [makasih ya beb]. Besoknya diobatin masih jerit-jerit kesakitan juga. Sumpah panas dan perih lukanya. Tapi lagi lagi si Indah ngobatin gue dengan sabar dan bilang “Malu ah laki-laki jerit-jerit”.
Malem kedua nginep di hotel gue masih kesakitan. Gogo akhirnya ngusulin cari obat. Tapi sial di tengah-tengah mau nyari obat kita malah dikejar anjing. DAMN. Puji yang udah dibawah sadar gelontoran minuman berkhasiat dengan pede mengkomando. “Jo wedi, santai wae!,”
Akhirnya beli obat batal dan kita malah beli sate lontong. Pulangnya kita beli roti bakar dan begitu terus sampe 3 malem di Bali. Perjalanan lain-lainnya sih cukup lucu.
Sampe makan bakso di pinggir Kuta.
Dan selama di Bali, Edwin bergaya bak seorang rocker [dalam versinya waktu itu].
Cuman enggak ada yang lebih spektakuler dari Insiden Bomboman di Tanah Lot itu. [Unforgetable Holiday].
Ngemulator Sampai Molor
Salah satu hobi gue adalah ngoprek RIG [PC rakitan-red]. Nah dari sekian panjang perjalanan dengan ngoprek kompie ada satu pengalaman yang selalu bikin ketawa. Itulah dia pengalaman saat beremulator. Ya emulator bukan escalator ya sodara-sodari.
Emulator ini sebenernya udah gue kenal dari jaman SMA. Waktu itu emu yang paling populer namanya Connectix Virtual Game Station atau temen-temen gue biasa disebut VGS ini fungsinya biar PC bisa mainin game Playstation.
Sebagian sih, enggak semua game bisa dimainin di sini. Itupun dengan keterbatasan semisal enggak ada suaranya atau kepotong movienya. Tapi yang jelas ini emu populer banget dulu [mengingat harga PSX mahal banget dulu dan enggak semua ortu mau ngebeliin anaknya PS. Salah satunya gue hehehe].
VGS ini masih gue pake sampe kuliah semester 2. Maklum, anak kos bos. Main winning atau fighting game sampe menjelang pagi udah jadi rutinitas. Nah kepindahan gue ke Kota Wingko Babat ini membuat gue mengenal teman dan sahabat gue yang sempat juga jadi maniak emulator.
Dialah si EdwinRakhmanto yang dulu hobinya main emulator Super Nintendo dan Sega [klasik tapi asik]. Salah satu favorit kita dulu adalah main Gundam. Walaupun demi tuhan itu gambarnya boro-boro tridi masih super ecek-ecek dan ukurannya kwecil banget [seperempat layar kali ya].
Kalo enggak main Gundam biasanya kita main Donkey Kong, itulah aktivitas malas-malasan kita. Dan enggak jarang si Ed ini menghabiskan waktu sampai pagi buat namatin game emunya. Salah satu yang fenomenal pas dia mainin Pokemon sampe jam 4 subuh [it just a game on emulator bro hehehe].
Bagaimana dengan gue? Gue sih palingan mainin emu itu sampe jam 00.00 WIB lantaran keburu ketiduran. Besoknya di kampus cerita-cerita soal emu dah. Tapi lama-lama gue jenuh sama emu, sedangkan si Ed belum jenuh-jenuh.
Dia malah nambah koleksi emunya sampai ke Gameboy Advance. Maklumlah kompie gue dan sobat gue ini sebelas dua belas. Pokoknya dulu itu mirip banget. Jangan harap bisa main tridi dah. Satu-satunya tridi yang bisa dimainin dengan lancar adalah The Sims dan Zoo Tycon.
Pernah juga nyoba nginstal VRally dan cukup sering ngehang. Atau Need For Speed Porsche Unleashed. 2 yang terakhir itu masih bisa. Tapi sekali nginstal Madtown Madness hilang sudah gambarnya.
Karena ingin tetap mainin game-game dengan judul terkini. Tekankan pada judul ya bukan game untuk PC terbaru, jadinya si Ed masih mainin di emulator. Lucunya pas ngobrol sama sobat gue yang kompienya cukup lumayan ArgoGo dan ngobrolin game dia dan si Ed ngobrolnya nyambung.
Padahal yang diobrolin GoGo game pc beneran dan ditimpali si Ed dengan permainan game di emu. Dan gue yang sering nimbrung pas mereka ngobrol hanya ketawa doang. Si Ed udah mewanti-wanti ‘Jangan bilang main Emu ya,’. Biasalah pertaruhan gengsi kita soal kompie emang enggak ada matinya.
Tapi si Gogo juga suka mainin emulator, bedanya dia agak elite mainnya emulator dingdong atau arcade yang biasa ada di Timezone atau Game Fantasia. Gambarnya juga cukup lumayan sih, meskipun kasar masih kasarnya arcade jadi gak butut-butut banget.
Emulator favoritnya keluaran MAME.
Sekarang sih kita udah enggak main emu-emuan lagi. Kompie kita bertiga udah cukup lumayan buat mainin game-game kekinian. Tapi si emu itu udah sukses bikin kita Ngemulator sampai Molor bro!
Emulator ini sebenernya udah gue kenal dari jaman SMA. Waktu itu emu yang paling populer namanya Connectix Virtual Game Station atau temen-temen gue biasa disebut VGS ini fungsinya biar PC bisa mainin game Playstation.
Sebagian sih, enggak semua game bisa dimainin di sini. Itupun dengan keterbatasan semisal enggak ada suaranya atau kepotong movienya. Tapi yang jelas ini emu populer banget dulu [mengingat harga PSX mahal banget dulu dan enggak semua ortu mau ngebeliin anaknya PS. Salah satunya gue hehehe].
VGS ini masih gue pake sampe kuliah semester 2. Maklum, anak kos bos. Main winning atau fighting game sampe menjelang pagi udah jadi rutinitas. Nah kepindahan gue ke Kota Wingko Babat ini membuat gue mengenal teman dan sahabat gue yang sempat juga jadi maniak emulator.
Dialah si EdwinRakhmanto yang dulu hobinya main emulator Super Nintendo dan Sega [klasik tapi asik]. Salah satu favorit kita dulu adalah main Gundam. Walaupun demi tuhan itu gambarnya boro-boro tridi masih super ecek-ecek dan ukurannya kwecil banget [seperempat layar kali ya].
Kalo enggak main Gundam biasanya kita main Donkey Kong, itulah aktivitas malas-malasan kita. Dan enggak jarang si Ed ini menghabiskan waktu sampai pagi buat namatin game emunya. Salah satu yang fenomenal pas dia mainin Pokemon sampe jam 4 subuh [it just a game on emulator bro hehehe].
Bagaimana dengan gue? Gue sih palingan mainin emu itu sampe jam 00.00 WIB lantaran keburu ketiduran. Besoknya di kampus cerita-cerita soal emu dah. Tapi lama-lama gue jenuh sama emu, sedangkan si Ed belum jenuh-jenuh.
Dia malah nambah koleksi emunya sampai ke Gameboy Advance. Maklumlah kompie gue dan sobat gue ini sebelas dua belas. Pokoknya dulu itu mirip banget. Jangan harap bisa main tridi dah. Satu-satunya tridi yang bisa dimainin dengan lancar adalah The Sims dan Zoo Tycon.
Pernah juga nyoba nginstal VRally dan cukup sering ngehang. Atau Need For Speed Porsche Unleashed. 2 yang terakhir itu masih bisa. Tapi sekali nginstal Madtown Madness hilang sudah gambarnya.
Karena ingin tetap mainin game-game dengan judul terkini. Tekankan pada judul ya bukan game untuk PC terbaru, jadinya si Ed masih mainin di emulator. Lucunya pas ngobrol sama sobat gue yang kompienya cukup lumayan ArgoGo dan ngobrolin game dia dan si Ed ngobrolnya nyambung.
Padahal yang diobrolin GoGo game pc beneran dan ditimpali si Ed dengan permainan game di emu. Dan gue yang sering nimbrung pas mereka ngobrol hanya ketawa doang. Si Ed udah mewanti-wanti ‘Jangan bilang main Emu ya,’. Biasalah pertaruhan gengsi kita soal kompie emang enggak ada matinya.
Tapi si Gogo juga suka mainin emulator, bedanya dia agak elite mainnya emulator dingdong atau arcade yang biasa ada di Timezone atau Game Fantasia. Gambarnya juga cukup lumayan sih, meskipun kasar masih kasarnya arcade jadi gak butut-butut banget.
Emulator favoritnya keluaran MAME.
Sekarang sih kita udah enggak main emu-emuan lagi. Kompie kita bertiga udah cukup lumayan buat mainin game-game kekinian. Tapi si emu itu udah sukses bikin kita Ngemulator sampai Molor bro!
Sunday, July 18, 2010
Si Kompu oh Si Kompu
Gue termasuk orang yang cinta abis sama satu benda ini. Dari sekian banyak gadget dan peranti elektronik yang paling gue ikutin perkembangannya ya komputer. Pokoknya gue begitu senang dan memprioritaskan PC dibanding gadget atau bahkan perabot lainnya.
Bisa jadi juga ini lantaran ortu enggak pernah ngebeliin konsol game. Zaman gue TK pas Nintendo Entertainment System [NES] mulai ada emak gue selalu mengelak tiap gue minta dibeliin. “Bikin bodo itu mainan,” katanya.
SD Kelas 3 adalah waktu gue disunat, tumben-tumbenan emak gue baik banget nawarin gue mau hadiah apa. Dan kebetulan juga waktu itu gue berhasil dapet ranking 2 pas bag-bagi rapot [yang sumpah enggak pernah keulang lagi sampai SMA].
Gue bilang mau gamewatch. Dan karena waktu lagi musim tetris gue pun minta tetris. Tapi gue pinter, dari sekian banyak tetris gue pilih yang paling mahal. Masih inget itu tetris gamenya ada 6 dari pinball, tetris, ular-ularan sampe banyak lagi dah.
Setaun berselang, mainan itu udah masuk dus lagi. Karena makin lama makin cupu dan udah enggak banget buat dimainin rasanya. Zaman kelas 5 SD, Nintendo masih jadi kebanggaannya temen-temen sekalas gue dan tiap mereka ngobrol konsol itu gue cuman melongo aja.
Nah, pas jaman itu tiba-tiba gue bilang ke emak gue “Bu beli komputer lah,” dan jawabannya, “Ya nanti kalau udah bisa matematika,”. Dan dari naga-naganya tuh komputer juga kagak bakalan boleh buat main game. “Wahh, kalau buat mainan doang sih cuman ngabisin listrik,” dan terdoktrin lagi kalau listrik itu bisa habis [betapa BeOdeOnya gue] sampai akhirnya ada pencerahan.
“Oke kita beli komputer tapi nabung dulu ya,” kata emak gue. Dan gue pun nabung mati-matian. Sampe sehari rela gak jajan.Dan yang paling menyesal adalah setelah setaun rela gak jajan dan kelaparan gue nanya udah berapa tabungan gue ke emak dijawab “lima ribu!” gue langsung lemes dan nyaris bercucuran air mata.
Gimana enggak, tuh secara teori gopek sehari dikali 300 hari hanya jadi goceng.
Entah kemana sisa-sisa duit gue. Yang membuat gue lega adalah babeh gue, dia bilang
“Ya kalau mau komputer kamu harus terus nabung, kan harganya juga enggak murah,” katanya.
Perjalanan itu kerasa lama banget dan emak gue sampe manas-manasin “tuh tetangga depan udah dibeliin komputer warnanya merah, ijo sama biru,”. Padahal kalo gue pikir lagi, zaman itu komputer masih satu warna doang, putih gading. Bahkan Macintosh pun belum hype di Indonesia. Dan gue percaya-percaya aja malah nangis dan emak gue bilang “heuh gitu aja nangis,”.
Untung pas babeh pulang dari ngerampungin studinya di luar negeri pencerahan mulai keliatan. Dan akhirnya kesampean lah hari mau nyari komputer pertama gue itu. Dari pagi gue udah gelisah. Bakal seperti apa si Kompu itu nantinya.
Akhirnya selang seminggu si Kompu datang. Rasanya zaman itu canggih buanget. Padahal kalo diliat sekarang itu adalah PC 486 dengan memori 8 MB [hammer]. Oke back to si Kompu, setelah dipasang teknisi [di kamar gue loh masangnya. Padahal karena enggak ada tempat di rumah] si teknisi nerangin berbagai aplikasi yang ada di dalemnya.
Waktu itu sekitar taun 96 lah. Si Kompu udah diisi sama windows 3.11 rasanya udah canggih banget. Ada Microsoft Word 6.0, Corel 5 dan entah software apalagi yang diinstal tapi gue lupa. Setiap gue megang-megang si Kompu pas pertama dateng itu, adek gue selalu bilang “bu ni komputernya malah dioprek-oprek,” dan gue pun mundur teratur padahal penasaran.
Gue ngeliatin si teknisi mengutak atik software dan akhirnya si teknisi bilang “Dek mau main game, ada kok!,” gue kayak melonjak kegirangan, dan si teknisi ngebukain game kartu yang ternyata adalah Solitaire [kayaknya zaman itu udah keren buanget]. Dan pas keintip emak gue dia malah ngomong “maen kartu yok maen kartu,” seolah main game adalah hal yang sangat nista di dunia.
Lagi-lagi babeh gue menyelamatkan, dia malah ngajarin gue dan adik gue main game Ski Free [game yang bawaan entertainment pack windows sebenernya tapi keliatannya udah canggih banget jaman itu apalagi gue belom pernah punya konsol game sebelumnya]. Gue senang bukan kepalang sampe semaleman itu main tuh ski, sama satu lagi Fuji Golf.
Hampir tiap hari gue main 2 game itu, sebelum sekolah dan pas libur. Aktivitas ngoprek si Kompu sempat kepotong lantaran waktu itu gue harus Ebtanas. Gue sempat bilang kalu NEM gue bagus gue minta disket yang isinya software game. Tapi emak gue kayaknya kurang setuju dan selalu nyindir-nyindir sampe gue malu sendiri.
Liburan Ebtanas, babeh membuka rahasia. Ternyata di si Kompu udah buanyak banget gamenya. Dari Double Dragon, F1, Tennis, si legendaris PacMan [gue masih inget namanya CD Man] dan yang paling gue seneng ada Mortal Kombat II. Gimana enggak seneng, game itu gue taunya dimainin di Sega dan gue sama sekali enggak mungkin dibeliin yang namanya Sega.
Masuk SMP, tugas-tugas mulai dibuat pake si Kompu. Sedikit bangga juga lantaran dari temen-temen sekelas cuman gue yang punya komputer. Sampe pernah pas ngerjain tugas setengah kelas masuk rumah gue dan nyaris gempa karena semua pengen nyobain komputer.
Kelas 3 SMP, si Kompu mulai kerasa jadul. Temen gue udah pada pake Windows 95, dan gue masih pake Windows 3.11. Tapi masih lumayan, lantaran temen gue masih ada juga yang pake 486 [masih bisa tukeran game at least].
Sebenernya gue ngiri juga sama temen gue yang bisa nonton VCD di komputernya, dengerin lagu dan tentunya main game dengan grafis yang cukup aduhai. Liburan masuk SMA [zaman yang lain udah mulai main Playstation yang masih seri PSX, karena enggak ada pilihan gue masih main Prince of Persia [bukan yang 3D yak, alias masih yang super kotak-kotak gambarnya], Home Alone, Golden Axe dan Lotus [gambarnya mirip-mirip sama game Top Gear di Sega]. Sama satu lagi Doom 3D yang udah keren banget dan waktu itu ada 4 disket!
Yang lucu, berhubung si Kompu bukan PC multimedia alias soundcardnya aja enggak ada, apalagi speaker dan VGA cardnya drivernya ilang alhasil suara yang keluar adalah suara dari speaker CPU. Sember abis, tapi entah kenapa, gue cukup puas bisa mainin itu game [lantaran enggak ada hiburan yang menarik lagi sih].
Masuk SMA, si Kompu semakin terasa lelet. Masuk windows lamanya minta ampun. Dan pas zaman itu windows yang ideal digunakan Windows 98 atau minimal Windows 95. Sedangkan si Kompu masih pake Windows 3.11.
Ngerjain tugas pake komputer jadi ogah-ogahan, apalagi printer HP Deskjet 400 gue sering ngadat. Dan parahnya si Kompu jadi sering nge-hang gak jelas gitu deh. Suatu hari si Kompu rusak, babeh gue nyervis dan diinstal Windows 95.
Gue cukup senang, walaupun tampilannya aduh bo, kasar enggak keruan gitu deh. Setiap mampir ke pameran komputer gue cuman ngiler-ngiler liat komputer yang waktu itu udah Pentium 2 MMX minimal.
Masa-masa SMA jadi masa suram buat si Kompu, nyaris enggak pernah gue sentuh kecuali kepaksa buat ngerjain tugas. Itupun bikin emosi, setiap dikasih gambar selalu hang, hang dan hang sampe pernah gue udah 1 tugas selesai 99 persen diulang dari awal lantaran si Kompu ngehang.
Emak gue selalu kesal liat gue yang memperlakukan si Kompu semena mena. Digebrak lah bahkan mouse dan keyboard mukulnya kayak mukul mesin ding dong. Brak-brak-brak. Printer macet nyaris gue banting juga tuh, tapi babeh gue keburu ngamuk.
Sampe akhirny pas Lebaran taun 2001, di rumah sodaranya babeh yang di Jogja udah ada PC yang lumayan keren. Meskipun cuman Pentium II, tapi zaman itu udah keren banget. [Apalagi dibandingin si Kompu yang 486].
Perjalanan pulang ke Bandung gue bilang “Pak kayaknya udah saatnya upgrade,” babeh cuman diem. Suatu ketika babeh nanyain “Eh kan ada temen kamu yang jualan komputer kan,” “Yes kata gue dalam hati,” gue langsung telepon temen gue dan bilang kalo gue mau pesen RIG [pc rakitan-red] baru.
Tadinya babeh bilang “kita sih Pentium II aja ya, enggak usah PIII,” “Ya, gak papa kata gue, minimal bisa nyetel pilem dan denger MP 3,”. Susun menyusun spek pun dilakukan, akhirnya sepakat pake Pentium II, mobonya entah apa, RAM SD RAM 64 MB, Hardisk 5 GB dan VGA 8 MB.
Seminggu berlalu PC pesenan belum jadi, temen gue bilang kalo stok PII kosong dan diganti PIII. Entah kesambet angin apa babeh setuju dan akhirnya spek final PC kedua gue yang dinamain si Butih [karena casingnya biru dan putih] ini jadi PIII 800, Mobo entah apa, RAM SD RAM 128 MB, Hardisk 10 GB tapi VGAnya cuman 2 MB.
Sumpah dulu gue enggak ngerti kalau VGA 2 MB ini enggak bakal optimal. Tapi udah terlanjur kesenengan karena dapet Pentium III. Ditunggu-tunggu akhirnya si Blutih ini datang juga. Betapa senengnya pas gue bisa nyetel MP 3 dan nonton film di PC.
Tapi yang lucu, pas babeh gue nego bonus, temen gue udah mentok katanya dan gue bilang bonusnya stik PS aja ya [biar bisa buat main FIFA]. Emak gue ketawa ketawa entah apa maksudnya. Tapi yang jelas lumayan.
Gue pun akhirnya minjem sana sini aneka CD dari software sampai game. Tapi tiap ngintal game kebanyakan gagalnya biasanya, pernah waktu itu gue nyoba nginstal Hitman, dan ternyata VGA nya minimal 16 MB. Dong dorong dong dong. Meskipun belum ngerti-ngerti banget gue udah ngerti VGA si Blutih super ecek-ecek.
Alhasil gue cuman bisa main Who Wants to be A Millionaire [English version] yang cukup keren lah, terus lainnya FIFA 2000 [padahal udah taun 2002], Road Race [ada juga versi PSnya], Virtua Cop sama yang paling bikin gue betah berlama-lama di depan Blutih adalah The Sims.
Ya liburan masuk kuliah gue abisin dengan main The Sims. Waktu itu expansionnya udah sampe Hot Date tapi karena hardisk hampir habis gue cuman nginstal sampai Livin Large. [Akhirnya di zaman ini gue main game yang enggak ketinggalan zaman banget hehe].
Karena gue kuliah di Semarang yang berarti gue ngekos, si Blutih ditinggal. 6 bulan gue belum dapet PC lagi dan pas beli gue masih super duper dongo. Dari yang tadinya udah mau dapet barang bagus[ PIII 800, Mobo ASUS, RAM Visipro 128 MB, Hardisk 20 GB Seagate, VGA Riva TNT 16 MB] karena gue enggak teliti dan gak sabaran gue dapet yang jauh lebih bos [bosok maksudnya].
Jadinya gue dapet spek yang enggak banget sebenarnya. Pentium Celeron [yak Celeron sodara-sodara, memang secara clock sih sudah diatas PIII tapi tetep aja butut], Mobo Jetway tanpa AGP slot dan malah berVGA onboard [yang sangat parah], RAM Visipro 128 MB, Hardisk 20 GB Seagate [2 yang terakhir masih lumayan] dan yang paling mengenaskan adalah monitor gue. Dari yang tadinya mau pake Philips 14”, jadi dapet SPC 14” dan itupun enggak full screen.
Dibandingin sama si Blutih kok kayaknya masih jauh lebih bagus si Blutih. Tapi demi menghibur diri akhirnya gue terima kekonyolan gue dan jadi pembelajaran aja. Pas gue nyetel lagu suaranya sember enggak karuan [maklum multimedia speaker yang paling murah] dan keyboardnya aduduh super enggak enak apalagi mousenya.
Tapi yang lumayan adalah gue dapet mousepad Gundam [yang belakangan ancur juga] dan bisa main Winning Eleven [pake emulator PSX] sama temen-temen kos. Dan kalo autisnya lagi kumat gue lagi-lagi main The Sims. Kali ini gue install lengkap sampe The Sims Vacation, sebelum akhirnya Superstar dan Makin Magic keluar expansionnya.
Cuman yang miris, banyak juga game-game yang enggak bisa dimainin. Penyebabnya ya VGA gue yang onboard itu. Sampe gue pernah mau ngebohongin ortu bilang kompi rusak dan pas babeh ke Semarang dia liat rusaknya ternyata baik-baik aja [batal deh].
Lama-lama semakin enggak keurus si Kompi sampe ada pencerahan pas semeseter VI. Gue udah mulai dapet side job garap event dan ada duit lebihnya. Si Kompi gue upgrade pelan-pelan. Karena suaranya sember abis, gue beliin Audiobox A200. [Itupun didiskon yang punya toko lantaran kenal].
Gue juga udah mulai dapet orderan rakit PC dari temen kos dan temen kampus. Lumayan, gue bisa beli Keyboard dan Mouse Simbadda [yang sampe sekarang masih gue pake keyboardnya]. Cuman mousenya ancur dan akhirnya gue beli Logitech [akhirnya berhenti pake mouse abal-abal]. Satu lagi CD ROM Samsung yang udah bapuk akhirnya dituker tambah LiteOn CD RW yang juga masih gue pake sampe sekarang [banyak burning CD soalnya].
Monitor gue juga udah berganti, SPC gue dilego bersama paketan Pentium III ke temen gue. Sempet sebentar pake LG "14 dan ganti 17” GTC. RAM gue udah diganti jadi 256 MB dan hardisk udah jadi 80 GB [racun dari sobat gue EdwinneR]. Sampe akhirnya casingnya pun jadi SimBio [cukup lumayan ketimbang casing ATX zaman baheula].
Cuman yang miris lama-lama Celeron udzur juga lah, udah gitu Mobonya bosok begitu. Gue paksain ngerjain Corel, Photoshop dan Skripsi di situ. Lemot sumpah. Dan rasanya pengen buru-buru di upgrade.
Lulus kuliah gue ngebet pengen PC baru, nego sana sini dan kerjaan gue masih belum pasti gue mengajukan beli PC baru sama babeh gue. Dan ternyata memang bener, PC itu masih bisa dipol-polin dipake sampe 5 taun.
Tapi pengajuan bikin PC enggak semudah yang dikira. Gue mengajukan budget 7 juta. Dengan spek AMD Athlon X2 6400 Black Edition [sempat jadi procie raja cuy], Mobo Gigabyte GA MA69G S3H, Hardisk 320 GB, RAM Corsair XMS 2 2x1GB PC 6400, VGA Ge Cube 2600 XT GDDR 4 256 MB, Casing CoolerMaster Centurion 5 dan fan procie Thermaltake Blue Orb II.
Keruan babeh bingung, dari mana budget segitu banyak. Dan akhirnya ada jalan juga. Gue menyelesaikan 3 buku dalam waktu 3,5 bulan. Alhasil gue punya deposit 4 juta 250 ribu. Lumayan lah. Dan gue akhirnya memutuskan migrasi ke Bandung [kota asal gue].
Untuk ongkos pulang Kompi Celeron dijual dan gue dapet 300 ribu [lumayaan]. Gue pulang dan emak gue bersedia member pinjaman lunak 750 ribu jadi gue memegang 5 jeti untuk merakit CPU.
Karena kurang gue pangkas-pangkas lah budget PC baru yang gw beri nama Project Black ini. Akhirnya spek RIG gue sampe sekarang adalah AMD Athlon X2 5000 Black Edition [sempat jadi procie raja cuy], Mobo Gigabyte GA MA69G S3H, Hardisk Seagate 160 GB SATA , RAM Corsair XMS 2 2x1GB PC 6400, Casing Gigabyte GZ X3 dan fan procie Thermaltake TR2 R1, plus DVD RW Pioneer SATA.
Nah gue masih punya beberapa peripheral simpenan dari si Kompi yaitu hardisk 80 GB ATA, CD RW Lite On dan Monitor GTC. Digabung-gabungin dan dirakitlah si Project Black ini. Awalnya belum pake VGA, waktu itu budgetnya cuman sisa 300 ribuan dan gue pilih diem dulu deh. Lagian chip VGA Onboard X1250 yang ada di Mobo gue udah cukup mumpuni 2 tahun lalu.
Lumayan, beberapa aplikasi jauh whozz whooz whooz dipakenya. Termasuk Corel dan Photoshop. Juga game favorit gue The Sims 2 yang akhirnya bisa dimainin di Project Black. Gue ngerjain proyek terjemahan. Hasilnya lumayan dan akhirnya kebeli tuh VGA impian gue zaman itu Ge Cube 2600 XT GDDR 4 256 MB.
Tapi entah kenapa VGA ini ternyata cepet banget panas. Nyesel gue enggak ambil HIS aja waktu itu [meskipun baru DDR 3]. Akhirnya lagi asik-asik ngegame sering hang. Akhirnya gue dapet duit tambahan dan bisa beli Vizo Propeller [cooler VGA]. Tapi panasnya masih tinggi juga ternyata.
Dan sampe akhirnya kembang api muncul dari casing gue. DAMN apa ini kata gue, ternyata PSU bawaan casing kemasukan cicak dan konslet. Beruntungnya gue pas lagi punya duit dan bisa beli AC Bel 550 Watt. Semakin membuat gue bangga dengan si Project Black.
Lama enggak diupgrade hardware, gue dapet rezeki lagi. Kali ini gue dapet VGA HIS Radeon 4670 1 GB GDDR 3 ICEQ. Biarpun cuman VGA mainstream tapi VGA ini enggak teriak-teriak panas kayak Ge Cube gue. Malah cenderung adem. Dan monitor GTC gue kasiin bokap gue yang tadinya masih pake CRT 14”.
Dan dapetlah gue LCD Samsung Syncmaster 943. Lumayan lega dan asik buat ngapa-ngapain. Akhirnya gue cuman bisa bersyukur doang. Semua bisa dapet RIG yang lumayan ini berkat kerja keras dan tentunya God always give me the way. Mungkin gue tinggal perlu menambah hardisk ke 1 TB dan scanner untuk mensupport pekerjaan gue sekarang. Project Black I Love U.
Bisa jadi juga ini lantaran ortu enggak pernah ngebeliin konsol game. Zaman gue TK pas Nintendo Entertainment System [NES] mulai ada emak gue selalu mengelak tiap gue minta dibeliin. “Bikin bodo itu mainan,” katanya.
SD Kelas 3 adalah waktu gue disunat, tumben-tumbenan emak gue baik banget nawarin gue mau hadiah apa. Dan kebetulan juga waktu itu gue berhasil dapet ranking 2 pas bag-bagi rapot [yang sumpah enggak pernah keulang lagi sampai SMA].
Gue bilang mau gamewatch. Dan karena waktu lagi musim tetris gue pun minta tetris. Tapi gue pinter, dari sekian banyak tetris gue pilih yang paling mahal. Masih inget itu tetris gamenya ada 6 dari pinball, tetris, ular-ularan sampe banyak lagi dah.
Setaun berselang, mainan itu udah masuk dus lagi. Karena makin lama makin cupu dan udah enggak banget buat dimainin rasanya. Zaman kelas 5 SD, Nintendo masih jadi kebanggaannya temen-temen sekalas gue dan tiap mereka ngobrol konsol itu gue cuman melongo aja.
Nah, pas jaman itu tiba-tiba gue bilang ke emak gue “Bu beli komputer lah,” dan jawabannya, “Ya nanti kalau udah bisa matematika,”. Dan dari naga-naganya tuh komputer juga kagak bakalan boleh buat main game. “Wahh, kalau buat mainan doang sih cuman ngabisin listrik,” dan terdoktrin lagi kalau listrik itu bisa habis [betapa BeOdeOnya gue] sampai akhirnya ada pencerahan.
“Oke kita beli komputer tapi nabung dulu ya,” kata emak gue. Dan gue pun nabung mati-matian. Sampe sehari rela gak jajan.Dan yang paling menyesal adalah setelah setaun rela gak jajan dan kelaparan gue nanya udah berapa tabungan gue ke emak dijawab “lima ribu!” gue langsung lemes dan nyaris bercucuran air mata.
Gimana enggak, tuh secara teori gopek sehari dikali 300 hari hanya jadi goceng.
Entah kemana sisa-sisa duit gue. Yang membuat gue lega adalah babeh gue, dia bilang
“Ya kalau mau komputer kamu harus terus nabung, kan harganya juga enggak murah,” katanya.
Perjalanan itu kerasa lama banget dan emak gue sampe manas-manasin “tuh tetangga depan udah dibeliin komputer warnanya merah, ijo sama biru,”. Padahal kalo gue pikir lagi, zaman itu komputer masih satu warna doang, putih gading. Bahkan Macintosh pun belum hype di Indonesia. Dan gue percaya-percaya aja malah nangis dan emak gue bilang “heuh gitu aja nangis,”.
Untung pas babeh pulang dari ngerampungin studinya di luar negeri pencerahan mulai keliatan. Dan akhirnya kesampean lah hari mau nyari komputer pertama gue itu. Dari pagi gue udah gelisah. Bakal seperti apa si Kompu itu nantinya.
Akhirnya selang seminggu si Kompu datang. Rasanya zaman itu canggih buanget. Padahal kalo diliat sekarang itu adalah PC 486 dengan memori 8 MB [hammer]. Oke back to si Kompu, setelah dipasang teknisi [di kamar gue loh masangnya. Padahal karena enggak ada tempat di rumah] si teknisi nerangin berbagai aplikasi yang ada di dalemnya.
Waktu itu sekitar taun 96 lah. Si Kompu udah diisi sama windows 3.11 rasanya udah canggih banget. Ada Microsoft Word 6.0, Corel 5 dan entah software apalagi yang diinstal tapi gue lupa. Setiap gue megang-megang si Kompu pas pertama dateng itu, adek gue selalu bilang “bu ni komputernya malah dioprek-oprek,” dan gue pun mundur teratur padahal penasaran.
Gue ngeliatin si teknisi mengutak atik software dan akhirnya si teknisi bilang “Dek mau main game, ada kok!,” gue kayak melonjak kegirangan, dan si teknisi ngebukain game kartu yang ternyata adalah Solitaire [kayaknya zaman itu udah keren buanget]. Dan pas keintip emak gue dia malah ngomong “maen kartu yok maen kartu,” seolah main game adalah hal yang sangat nista di dunia.
Lagi-lagi babeh gue menyelamatkan, dia malah ngajarin gue dan adik gue main game Ski Free [game yang bawaan entertainment pack windows sebenernya tapi keliatannya udah canggih banget jaman itu apalagi gue belom pernah punya konsol game sebelumnya]. Gue senang bukan kepalang sampe semaleman itu main tuh ski, sama satu lagi Fuji Golf.
Hampir tiap hari gue main 2 game itu, sebelum sekolah dan pas libur. Aktivitas ngoprek si Kompu sempat kepotong lantaran waktu itu gue harus Ebtanas. Gue sempat bilang kalu NEM gue bagus gue minta disket yang isinya software game. Tapi emak gue kayaknya kurang setuju dan selalu nyindir-nyindir sampe gue malu sendiri.
Liburan Ebtanas, babeh membuka rahasia. Ternyata di si Kompu udah buanyak banget gamenya. Dari Double Dragon, F1, Tennis, si legendaris PacMan [gue masih inget namanya CD Man] dan yang paling gue seneng ada Mortal Kombat II. Gimana enggak seneng, game itu gue taunya dimainin di Sega dan gue sama sekali enggak mungkin dibeliin yang namanya Sega.
Masuk SMP, tugas-tugas mulai dibuat pake si Kompu. Sedikit bangga juga lantaran dari temen-temen sekelas cuman gue yang punya komputer. Sampe pernah pas ngerjain tugas setengah kelas masuk rumah gue dan nyaris gempa karena semua pengen nyobain komputer.
Kelas 3 SMP, si Kompu mulai kerasa jadul. Temen gue udah pada pake Windows 95, dan gue masih pake Windows 3.11. Tapi masih lumayan, lantaran temen gue masih ada juga yang pake 486 [masih bisa tukeran game at least].
Sebenernya gue ngiri juga sama temen gue yang bisa nonton VCD di komputernya, dengerin lagu dan tentunya main game dengan grafis yang cukup aduhai. Liburan masuk SMA [zaman yang lain udah mulai main Playstation yang masih seri PSX, karena enggak ada pilihan gue masih main Prince of Persia [bukan yang 3D yak, alias masih yang super kotak-kotak gambarnya], Home Alone, Golden Axe dan Lotus [gambarnya mirip-mirip sama game Top Gear di Sega]. Sama satu lagi Doom 3D yang udah keren banget dan waktu itu ada 4 disket!
Yang lucu, berhubung si Kompu bukan PC multimedia alias soundcardnya aja enggak ada, apalagi speaker dan VGA cardnya drivernya ilang alhasil suara yang keluar adalah suara dari speaker CPU. Sember abis, tapi entah kenapa, gue cukup puas bisa mainin itu game [lantaran enggak ada hiburan yang menarik lagi sih].
Masuk SMA, si Kompu semakin terasa lelet. Masuk windows lamanya minta ampun. Dan pas zaman itu windows yang ideal digunakan Windows 98 atau minimal Windows 95. Sedangkan si Kompu masih pake Windows 3.11.
Ngerjain tugas pake komputer jadi ogah-ogahan, apalagi printer HP Deskjet 400 gue sering ngadat. Dan parahnya si Kompu jadi sering nge-hang gak jelas gitu deh. Suatu hari si Kompu rusak, babeh gue nyervis dan diinstal Windows 95.
Gue cukup senang, walaupun tampilannya aduh bo, kasar enggak keruan gitu deh. Setiap mampir ke pameran komputer gue cuman ngiler-ngiler liat komputer yang waktu itu udah Pentium 2 MMX minimal.
Masa-masa SMA jadi masa suram buat si Kompu, nyaris enggak pernah gue sentuh kecuali kepaksa buat ngerjain tugas. Itupun bikin emosi, setiap dikasih gambar selalu hang, hang dan hang sampe pernah gue udah 1 tugas selesai 99 persen diulang dari awal lantaran si Kompu ngehang.
Emak gue selalu kesal liat gue yang memperlakukan si Kompu semena mena. Digebrak lah bahkan mouse dan keyboard mukulnya kayak mukul mesin ding dong. Brak-brak-brak. Printer macet nyaris gue banting juga tuh, tapi babeh gue keburu ngamuk.
Sampe akhirny pas Lebaran taun 2001, di rumah sodaranya babeh yang di Jogja udah ada PC yang lumayan keren. Meskipun cuman Pentium II, tapi zaman itu udah keren banget. [Apalagi dibandingin si Kompu yang 486].
Perjalanan pulang ke Bandung gue bilang “Pak kayaknya udah saatnya upgrade,” babeh cuman diem. Suatu ketika babeh nanyain “Eh kan ada temen kamu yang jualan komputer kan,” “Yes kata gue dalam hati,” gue langsung telepon temen gue dan bilang kalo gue mau pesen RIG [pc rakitan-red] baru.
Tadinya babeh bilang “kita sih Pentium II aja ya, enggak usah PIII,” “Ya, gak papa kata gue, minimal bisa nyetel pilem dan denger MP 3,”. Susun menyusun spek pun dilakukan, akhirnya sepakat pake Pentium II, mobonya entah apa, RAM SD RAM 64 MB, Hardisk 5 GB dan VGA 8 MB.
Seminggu berlalu PC pesenan belum jadi, temen gue bilang kalo stok PII kosong dan diganti PIII. Entah kesambet angin apa babeh setuju dan akhirnya spek final PC kedua gue yang dinamain si Butih [karena casingnya biru dan putih] ini jadi PIII 800, Mobo entah apa, RAM SD RAM 128 MB, Hardisk 10 GB tapi VGAnya cuman 2 MB.
Sumpah dulu gue enggak ngerti kalau VGA 2 MB ini enggak bakal optimal. Tapi udah terlanjur kesenengan karena dapet Pentium III. Ditunggu-tunggu akhirnya si Blutih ini datang juga. Betapa senengnya pas gue bisa nyetel MP 3 dan nonton film di PC.
Tapi yang lucu, pas babeh gue nego bonus, temen gue udah mentok katanya dan gue bilang bonusnya stik PS aja ya [biar bisa buat main FIFA]. Emak gue ketawa ketawa entah apa maksudnya. Tapi yang jelas lumayan.
Gue pun akhirnya minjem sana sini aneka CD dari software sampai game. Tapi tiap ngintal game kebanyakan gagalnya biasanya, pernah waktu itu gue nyoba nginstal Hitman, dan ternyata VGA nya minimal 16 MB. Dong dorong dong dong. Meskipun belum ngerti-ngerti banget gue udah ngerti VGA si Blutih super ecek-ecek.
Alhasil gue cuman bisa main Who Wants to be A Millionaire [English version] yang cukup keren lah, terus lainnya FIFA 2000 [padahal udah taun 2002], Road Race [ada juga versi PSnya], Virtua Cop sama yang paling bikin gue betah berlama-lama di depan Blutih adalah The Sims.
Ya liburan masuk kuliah gue abisin dengan main The Sims. Waktu itu expansionnya udah sampe Hot Date tapi karena hardisk hampir habis gue cuman nginstal sampai Livin Large. [Akhirnya di zaman ini gue main game yang enggak ketinggalan zaman banget hehe].
Karena gue kuliah di Semarang yang berarti gue ngekos, si Blutih ditinggal. 6 bulan gue belum dapet PC lagi dan pas beli gue masih super duper dongo. Dari yang tadinya udah mau dapet barang bagus[ PIII 800, Mobo ASUS, RAM Visipro 128 MB, Hardisk 20 GB Seagate, VGA Riva TNT 16 MB] karena gue enggak teliti dan gak sabaran gue dapet yang jauh lebih bos [bosok maksudnya].
Jadinya gue dapet spek yang enggak banget sebenarnya. Pentium Celeron [yak Celeron sodara-sodara, memang secara clock sih sudah diatas PIII tapi tetep aja butut], Mobo Jetway tanpa AGP slot dan malah berVGA onboard [yang sangat parah], RAM Visipro 128 MB, Hardisk 20 GB Seagate [2 yang terakhir masih lumayan] dan yang paling mengenaskan adalah monitor gue. Dari yang tadinya mau pake Philips 14”, jadi dapet SPC 14” dan itupun enggak full screen.
Dibandingin sama si Blutih kok kayaknya masih jauh lebih bagus si Blutih. Tapi demi menghibur diri akhirnya gue terima kekonyolan gue dan jadi pembelajaran aja. Pas gue nyetel lagu suaranya sember enggak karuan [maklum multimedia speaker yang paling murah] dan keyboardnya aduduh super enggak enak apalagi mousenya.
Tapi yang lumayan adalah gue dapet mousepad Gundam [yang belakangan ancur juga] dan bisa main Winning Eleven [pake emulator PSX] sama temen-temen kos. Dan kalo autisnya lagi kumat gue lagi-lagi main The Sims. Kali ini gue install lengkap sampe The Sims Vacation, sebelum akhirnya Superstar dan Makin Magic keluar expansionnya.
Cuman yang miris, banyak juga game-game yang enggak bisa dimainin. Penyebabnya ya VGA gue yang onboard itu. Sampe gue pernah mau ngebohongin ortu bilang kompi rusak dan pas babeh ke Semarang dia liat rusaknya ternyata baik-baik aja [batal deh].
Lama-lama semakin enggak keurus si Kompi sampe ada pencerahan pas semeseter VI. Gue udah mulai dapet side job garap event dan ada duit lebihnya. Si Kompi gue upgrade pelan-pelan. Karena suaranya sember abis, gue beliin Audiobox A200. [Itupun didiskon yang punya toko lantaran kenal].
Gue juga udah mulai dapet orderan rakit PC dari temen kos dan temen kampus. Lumayan, gue bisa beli Keyboard dan Mouse Simbadda [yang sampe sekarang masih gue pake keyboardnya]. Cuman mousenya ancur dan akhirnya gue beli Logitech [akhirnya berhenti pake mouse abal-abal]. Satu lagi CD ROM Samsung yang udah bapuk akhirnya dituker tambah LiteOn CD RW yang juga masih gue pake sampe sekarang [banyak burning CD soalnya].
Monitor gue juga udah berganti, SPC gue dilego bersama paketan Pentium III ke temen gue. Sempet sebentar pake LG "14 dan ganti 17” GTC. RAM gue udah diganti jadi 256 MB dan hardisk udah jadi 80 GB [racun dari sobat gue EdwinneR]. Sampe akhirnya casingnya pun jadi SimBio [cukup lumayan ketimbang casing ATX zaman baheula].
Cuman yang miris lama-lama Celeron udzur juga lah, udah gitu Mobonya bosok begitu. Gue paksain ngerjain Corel, Photoshop dan Skripsi di situ. Lemot sumpah. Dan rasanya pengen buru-buru di upgrade.
Lulus kuliah gue ngebet pengen PC baru, nego sana sini dan kerjaan gue masih belum pasti gue mengajukan beli PC baru sama babeh gue. Dan ternyata memang bener, PC itu masih bisa dipol-polin dipake sampe 5 taun.
Tapi pengajuan bikin PC enggak semudah yang dikira. Gue mengajukan budget 7 juta. Dengan spek AMD Athlon X2 6400 Black Edition [sempat jadi procie raja cuy], Mobo Gigabyte GA MA69G S3H, Hardisk 320 GB, RAM Corsair XMS 2 2x1GB PC 6400, VGA Ge Cube 2600 XT GDDR 4 256 MB, Casing CoolerMaster Centurion 5 dan fan procie Thermaltake Blue Orb II.
Keruan babeh bingung, dari mana budget segitu banyak. Dan akhirnya ada jalan juga. Gue menyelesaikan 3 buku dalam waktu 3,5 bulan. Alhasil gue punya deposit 4 juta 250 ribu. Lumayan lah. Dan gue akhirnya memutuskan migrasi ke Bandung [kota asal gue].
Untuk ongkos pulang Kompi Celeron dijual dan gue dapet 300 ribu [lumayaan]. Gue pulang dan emak gue bersedia member pinjaman lunak 750 ribu jadi gue memegang 5 jeti untuk merakit CPU.
Karena kurang gue pangkas-pangkas lah budget PC baru yang gw beri nama Project Black ini. Akhirnya spek RIG gue sampe sekarang adalah AMD Athlon X2 5000 Black Edition [sempat jadi procie raja cuy], Mobo Gigabyte GA MA69G S3H, Hardisk Seagate 160 GB SATA , RAM Corsair XMS 2 2x1GB PC 6400, Casing Gigabyte GZ X3 dan fan procie Thermaltake TR2 R1, plus DVD RW Pioneer SATA.
Nah gue masih punya beberapa peripheral simpenan dari si Kompi yaitu hardisk 80 GB ATA, CD RW Lite On dan Monitor GTC. Digabung-gabungin dan dirakitlah si Project Black ini. Awalnya belum pake VGA, waktu itu budgetnya cuman sisa 300 ribuan dan gue pilih diem dulu deh. Lagian chip VGA Onboard X1250 yang ada di Mobo gue udah cukup mumpuni 2 tahun lalu.
Lumayan, beberapa aplikasi jauh whozz whooz whooz dipakenya. Termasuk Corel dan Photoshop. Juga game favorit gue The Sims 2 yang akhirnya bisa dimainin di Project Black. Gue ngerjain proyek terjemahan. Hasilnya lumayan dan akhirnya kebeli tuh VGA impian gue zaman itu Ge Cube 2600 XT GDDR 4 256 MB.
Tapi entah kenapa VGA ini ternyata cepet banget panas. Nyesel gue enggak ambil HIS aja waktu itu [meskipun baru DDR 3]. Akhirnya lagi asik-asik ngegame sering hang. Akhirnya gue dapet duit tambahan dan bisa beli Vizo Propeller [cooler VGA]. Tapi panasnya masih tinggi juga ternyata.
Dan sampe akhirnya kembang api muncul dari casing gue. DAMN apa ini kata gue, ternyata PSU bawaan casing kemasukan cicak dan konslet. Beruntungnya gue pas lagi punya duit dan bisa beli AC Bel 550 Watt. Semakin membuat gue bangga dengan si Project Black.
Lama enggak diupgrade hardware, gue dapet rezeki lagi. Kali ini gue dapet VGA HIS Radeon 4670 1 GB GDDR 3 ICEQ. Biarpun cuman VGA mainstream tapi VGA ini enggak teriak-teriak panas kayak Ge Cube gue. Malah cenderung adem. Dan monitor GTC gue kasiin bokap gue yang tadinya masih pake CRT 14”.
Dan dapetlah gue LCD Samsung Syncmaster 943. Lumayan lega dan asik buat ngapa-ngapain. Akhirnya gue cuman bisa bersyukur doang. Semua bisa dapet RIG yang lumayan ini berkat kerja keras dan tentunya God always give me the way. Mungkin gue tinggal perlu menambah hardisk ke 1 TB dan scanner untuk mensupport pekerjaan gue sekarang. Project Black I Love U.
Subscribe to:
Posts (Atom)