Sunday, July 11, 2010
Gamelan dan Hardcore Untuk Bekal Go Internasional
Pemilihan nama band Anaking yang nyunda banget bukan tanpa alasan. Para personel band tersebut, menginginkan dengan nama band yang tradisional itu, bisa bawa mereka go internasional.
"Orang luar negeri banyak yang suka dengan gamelan dan nama-nama dari suku-suku di Indonesia, nah karena itu kita menggunakan nama dari bahasa Sunda namun yang masih mudah diucapkan oleh orang bule," tutur Kevin Martino, vokalis Band Anaking.
Perkataan mereka memang tidak berlebihan. Terbukti sebuah label asal Jepang tertarik untuk mendistribusikan album pertama mereka. Bahkan rencananya akan berlanjut ke album berikutnya yang akan dirilis tahun ini.
Begitu pula dengan basis fans mereka yang justru bukan banyak berasal dari Bandung dan Indonesia, tetapi malah sebagian besar berasal dari luar negeri. "Jika dilihat dari komentar-komentar di MySpace atau E-mail yang berdatangan kebanyakan malah berasal dari Malaysia, Singapura bahkan Amerika," tutur Yala, penabuh drum di Band Anaking.
Mereka berhasil menepis anggapan bahwa musik cadas selalu identik dengan hingar bingar dan westernisasi. "Kami yakin, format musik unik kami akan berhasil menaikan citra gamelan dimata dunia," kata Yala.
Band yang digawangi Kevin (Vokal), Billy (Gitar), Ogi (Gitar) dan Yala (Drum) serta pemain gamelan Sunda yang diambil dari anak-anak Rumah Musik Harry Roesli ini, memang menyajikan kolaborasi luar biasa antara musik cadas dan musik etnik Sunda.
Awalnya mereka memainkan musik hardcore dengan pola hardcore seperti Sick Of It All, Warzone dan banyak juga Soulfly. Namun perjalanan karir musik band yang tadinya bernama Authority ini, sempat mengalami titik jenuh hingga Yala yang memiliki set gamelan di rumahnya mencoba
merangkaikan instrumen gamelan ke dalam dentuman musik cadas yang biasa mereka mainkan.
Ketika bereksperimen sontak Yala dan teman-teman satu bandnya terkejut, karena alat musik tradisional yang selama ini jarang mereka sentuh malah menghasilkan sound yang ajaib.
"Kita telat sadar kalau alat musik tradisional Indonesia memiliki sound yang fresh dan tidak ditemui dari efek modern manapun," tutur Yala.
Menyoal inspirasi untuk musik mereka sekarang, Yala dan anak-anak Anaking mengaku terinspirasi oleh Almarhum Harry Roesli yang tak lain adalah ayah kandung Yala. "Dulu almarhum ayah saya sempat membuat musik rock zaman beliau yang dikolaborasikan dengan musik etnik Sunda," tukas Yala.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment