Sunday, July 11, 2010
Beraroma Western, Authority Ganti Kulit
Sebelum 'terjerumus' dalam musik etnik dan membentuk grup band Anaking, Layala Krisna Patria Roesli membentuk band hardcore Authority dengan pola musik ala New York Hardcore (NYHC) pada tahun 1995. Terpanggil untuk melestarikan budaya tradisional, dipilihlah gamelan yang dipadu dengan musik cadas hingga menghasilkan suatu yang fresh dan keren.
"Waktu saya bentuk Authority band, saya masih duduk dibangku SMP," tukas anak ke-2 dari Almarhum Harry Roesli ini.
Bersama kakak kandungnya Hami (gitar), mereka mengajak Geri untuk mengisi posisi gitar, Danny pada bas dan Andri pada vokal. Sementara Yala sendiri menjadi penabuh drum.
Authority mulai menjajaki panggung ke panggung musik cadas kota kembang. "Wah waktu itu sih tiap minggu masih ada gelaran di GOR Saparua," kenang Yala.
Pada tahun 1998, Kevin Martino masuk untuk mengisi posisi gitar yang ditinggalkan Geri. Pergantian personel ditubuh Authority sendiri masih terus terjadi dengan keluarnya Hami pada tahun 2001, yang digantikan oleh Caesar. Sampai tahun 2005 Authority yang dimotori oleh Yala dan Kevin masih terus memainkan musik Hardcore Oldschool.
"Sepanjang periode itu kita sering mengisi berbagai event bersama teman-teman pionir underground lain seperti Burgerkill, Homicide, Full of Hate dan banyak band-band lainnya," tutur Kevin yang ditemui disela-sela sesi latihan Anaking.
Namun Yala dan Kevin merasa tak puas dengan apa yang didapat Authority, saat itu. Mereka merasakan aroma westernisasi yang terlalu kental dan banyaknya generasi muda yang memandang sebelah mata pada musik tradisional asal bangsa sendiri.
"Yah, kita mulai jenuh dengan distorsi dan kebisingan yang bertahun-tahun kita mainkan, makanya kita coba memasukkan elemen musik tradisional dan hasilnya sangat keren malah," tukas Yala.
Mengenai alasan dipilihnya gamelan sebagai bagian dari perjalanan bermusik mereka, Yala dan Kevin memiliki argumen sendiri. "Kita ingin melestarikan budaya Sunda, membuat sesuatu yang lebih kreatif dan sebisa mungkin bisa memperluas pangsa pasar musik Authority," ungkap Yala yang sertamerta diamini oleh Kevin.
Kerja keras Authority akhirnya mulai membuahkan hasil. Setelah meluncurkan album Almarhum ditahun 2005, berbagai tawaran manggung diberbagai acara dengan jangkauan yang lebih besar mulai sering diterima.
Mulai dari konser bersama Pitfall dan Restrain hingga mendapat kehormatan untuk membuka konser group band metal Caliban pada tahun 2008 lalu. Namun begitu keberhasilan ini tidak membuat mereka tinggi hati. Mereka tetap anak-anak muda yang gemar memainkan musik cadas sekaligus pecinta musik tradisional.
Bahkan ketika dikonfirmasi mengenai orang yang paling berjasa dibalik sepak terjang Authority, Yala dan Kevin bertutur "Semua ini tidak lepas dari bantuan Almarhum Harry Roesli." Setelah menemukan ramuan yang cocok untuk memadukan hardcore dan gamelan, Yala mulai merasakan perlunya penggantian nama untuk band mereka.
"Rasanya gak pas aja musiknya ada elemen etniknya namanya masih nama barat," ujar Yala. Setelah berdiskusi dengan berbagai pihak,Yala dan teman-teman Authority sepakat untuk menggunakan nama 'Anaking' sebuah nama dari kosakata bahasa Sunda yang berarti Anakku.
Namun begitu sebagai bentuk penghargaan terhadap nama terdahulu mereka sepakat untuk mencantumkan 'Anaking-Baheulana Authority' pada setiap publikasi dimana mereka akan manggung.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment