Banyak yang berpikiran bila untuk belajar drum membutuhkan alat yang mahal dan eksklusif. Namun berkat kreatifitasnya, Doni Setiansyah (27) menjadi pemain drum sukses dari sendok dan garpu.
"Saya kebelet pengen bisa main musik pas kelas 2 SMP, waktu itu masih belum punya drum. Bingung-bingung latihan pakai apa, akhirnya terinspirasi belajar ketukan pakai sendok garpu dan mangkok agar-agar," ujar Doni.
Doni mengaku sejak mulai belajar drum sejak tahun 1995. Selama setahun latihan ngedrum dengan menggunakan sendok garpu. "Saya baru punya drum pas tahun 1996. Waktu itu kelas 3 SMP," ujar Doni.
Semenjak memiliki drum, Doni semakin mudah mengasah kemampuan bermain drumnya. "Pasti rasanya beda dari meraba-raba dengan simulasi alat dan latihan dengan instrumen sebenarnya," tutur eks drummer Rocket Rockers ini.
Meski Doni tidak pernah menyelesaikan les drumnya, Doni selalu mengajak anak-anak muda yang berminat untuk bermain drum secara serius agar mengambil kursus. "Sebaiknya semua diawali dari kursus, jadi dasar-dasarnya kuat. Saya meskipun tidak pernah selesai kursus sampai level akhir tapi basicnya didapat dari kursus-kursus itu, maklum sampai enam kali pindah tempat les," ujar pria yang kini tercatat sebagai drummer Goodboy Badminton, Restrain dan Mozzi ini.
Doni pun tak segan berbagi ilmu pada orang-orang yang ingin belajar drum bersama dirinya. "Tahun 2000an saya sempat ngajar drum dirumah, waktu itu saya masih punya koleksi drum," tambahnya.
Doni menambahkan, untuk menjadi seorang drummer yang baik, ada sejumlah tips dan trik yang harus dipegang erat. "Bermain drum itu ibarat menghafal buku, kalau kita sudah bisa menghapal beat pasti bisa bermain drum. Selain itu sebisa mungkin banyak olahraga dan minum air putih. Soalnya, ngedrum itu menggerakkan seluruh anggota tubuh, kalau gak fit mana bisa maksimal mainnya," tutur Doni lagi.
Berkat keseriusannya menggebuk drum selama 13 tahun, Doni kini telah memetik buah hasil kerja kerasnya. "Yah, mungkin kalau tidak kenal sama drum yang diawali dari sendok dan garpu itu, saya tidak akan seperti sekarang," tutur Doni.
Setidaknya, Doni telah membuktikan bahwa bermusik tidaklah mahal. "Tidak ada kata mahal untuk berkreasi, semua tergantung niat dan keseriusan kita, dan saya pun berhasil hidup dari sesuatu yang sederhana itu," ujar Doni.
Bisa jadi bakatnya itu juga menurun pada buah hatinya. Karena semasa dalam kandungan, istrinya selalu menonton setiap pertunjukannya. "Mungkin karena sering dibawa pada saat manggung jadinya anak saya setiap pagi selalu menghentak-hentakkan kakinya seperti menginjak pedal bas drum," ucap Doni sambil tersenyum.
Sunday, July 11, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment