Friday, July 2, 2010

Selebritis atau Sok Ngartis?

Hidup manusia dimanapun tidak pernah lepas dari yang namanya selebritis. Ya, tidak bisa dipungkiri orang dengan tingkat popularitas tinggi, gaya hidup maha glamour dan muncul berkali kali di media massa adalah bagian hidup kita saat ini.

Belakangan menyeruak kasus Ariel-Luna-Cut Tari. Semua heboh memperbincangkan hal ini. Dari mulai polisi hingga politisi. Dari sesama artis hingga masinis. Yang mendownload videonya dan menggigi birukan (bluetooth) jumlahnya sudah entah berapa persennya penduduk salah satu negara terpadat di dunia.

Video tersebar, ada yang tersenyum manis, ada yang meringis ada pula yang menangis. Bagaimana dengan si selebritis yan penampakannya mirip di video itu? Mereka sibuk saling tangkis.

Ini lucu sebenarnya, kalau benar kenapa mesti menangis serasa hati teriris? Kalau tak melakukan kenapa mesti merusak kamera jurnalis?.
Putaran ini membuat semua menjadi serba ironis. Beberapa pihak mengklaim urusan ini ajang tutup mentup kasus yang membuat bangsa terlihat miris. Sisanya sibuk berkoar meneriakan 'Aduh ini akibat tidak agamis!'.

Beberapa waktu lalu saya sempat berbincang dengan beberapa musisi. Ya musisi, yang membuat musik dan memainkan musik tanpa ada campur tangan pihak-pihak yang hanya mengatasnamakan industri. Mereka miris melihat kelakuan orang-orang yang mengaku selebritis. Apa selebritis itu hanya sebatas doin sex on the cam? Selingkuh? dan segudang gosip-gosip murahan lain?

Malangnya, mereka-mereka yang mengaku selebritis ini sudah terlanjur nyemplung dalam kubangan keartisannya. Tidak peduli apa yang mereka lakukan. Mau terlihat elite, norak, atau kampungan sekalipun yang penting rating naik dan hedon jalan terus.

Tak kadang usaha mereka untuk mendongkrak popularitas ini dilakukan dengan saling gilas. Yang terakhir menyebar luas adalah salah satu band yang namanya terkadang kedengaran sepertiesteh duagelas itu m engaku memasukan unsur musik underground dalam aransemen musik teranyarnya.

Okelah kalau memang publik melihat yang mereka katakan itu memang bukan sekedar asal tebas. Tapi lagi-lagi demi popularitas mereka berani meludahi kawan atau mungkin lawan. Bagaimana bisa satu part scream 'I Love You' jadi bagian music underground. Dengan tampilan alay-alay gothic yang mereka tempel?.

Lalu kenapa makhluk-makhluk yang disebut selebritis ini memilih jalan ini?. Klasik jawabannya, kebanyakan manusia yang kita kenal sebagai seleb ini adalah mereka yang berkantong tebal dari sononya. Bukan orang-orang yang memeras keringat demi mendapatkan nikmat.

Wajar saja mereka berani ugal-ugalan seperti itu dihadapan publik. Video porno yang melejitkan pelesetan "Peterporn" itu pun bukan tidak mungkin berawal dan berujung ke duit-duit juga.

Orang dengan mudahnya akan silau dengan kemilau gepokan lembarang bernominal itu. Coba kalau yang bermain adalah orang-orang yang kantongnya kempes? Apa bisa boom? Yang ada juga cuman menuh-menuhin hardisk warnet atau numpang lewat di memory card handphone remaja.

Kasus si band yang ngomong memasukan unsur UG itu juga hampir bisa dibilang sama. Ingin terlihat sangar dan punya modal, dikeluarkanlah gepokan demi gepokan. Dan industri pasti langsung tersihir tanpa pikir-pikir.

Yang lucu, banyak yang tak sadar kalau sebenarnya banyak the real celebrity yang ada di antara orang-orang biasa. Mereka memang berduit. Tapi berkarya dengan baik dan membaur dengan kalangan-kalangan minor.

Mereka tidak perlu membuat video panas ataupun main serong bahkan mengklaim diri sebagai ini atau itu. Tak banyak bicara di depan kamera. Hidup boleh glamour tapi mereka tak anti scene minor. Kalau terus-terusan mengumbar gosip murahan dan mengandalkan kantong,bukan tidak mungkin pergerakan mereka masuk ke belahan bumi terdalam.

Publik tidak selamanya bisa dibodohi dan akhirnya menenggelamkan para makhluk yang mengaku selebritis ini. Jadi, selebritis atau hanya sekedar sok ngartis?

0 comments: