Sunday, July 11, 2010
Rock Gratis Yang Bikin Laris
Ketika semua band berlomba-lomba meraih penjualan album dengan predikat platinum, multiplatinum dan segala tetek bengeknya, band rock gaek asal Bandung, Koil, malah menggratiskan albumnya.
Awalnya band yang digawangi oleh Otong (Vokal), Donny (Gitar), Bobby (Bas) dan Leon (Drum) ini tadinya 'hanya' sekumpulan pemuda pecinta rock dan metal era '80-an. Akhir tahun 1993, keakraban mereka berempat berujung pada sepakat mendirikan band rock dengan nama 'Koil'.
Bobby dan Leon yang ditemui di distro God.INC, Jl.Sultan Agung No.9 Bandung, menuturkan bahwa nama Koil adalah sebuah pasangan ibarat "yin" dan "yang" dalam kehidupan yang satu dan sama lainnya saling melengkapi.
"Nama Koil ibarat yin dan yang dari kehidupan, selain itu namanya juga memakai Bahasa Indonesia yang terdengar unik," tutur Bobby.
Setelah sempat bergabung dengan Project-Q (Label yang sama dengan Slank) Koil mulai merasa perlu untuk lebih memantapkan langkah di dunia musik. "Bergabung dengan Project-Q di tahun 1994, kami merasa perlu menjalani Koil secara lebih serius," tukas Bobby.
Namun saat Koil mulai memantapkan karir di dunia musik, krisis hebat menerjang Indonesia di tahun 1997. Alhasil Project-Q juga turut terkena imbasnya. "Kita harus keluar dari Project-Q karena labelnya bangkrut," tutur Leon.
Keadaan demikian tidak lantas membuat Koil kehilangan asa. Berbekal semangat dan kebersamaan, mereka merilis mini album 'Kesepian' tahun 1998.
"Akhirnya, setelah sempat ngobrol sana sini, kita sepakat untuk merilis sendiri dan kita buat label dengan nama Apocalypse record," ujar Leon lagi.
Rupanya mengusung label sendiri membawa angin segar. Koil merasakan fan base mereka semakin kuat dan tawaran manggung juga meningkat. "Memang lebih capek, tapi esensi dari main musiknya lebih dapet," tutur Leon.
Hingar bingar musik rock Koil semakin santer terdengar hingga dirilisnya album 'Megaloblast' tahun 2001 dan 'Blacklight Shines On' tahun 2007.
"Kebetulan di album Megaloblast lagu 'Dosa' dan 'Mendekati Surga' sering diputar di televisi dan radio, jadi semakin banyak orang yang tahu," tutur Bobby.
Namun sekali pun fan base sudah menguat dan nama mereka semakin membesar, ada sejumlah aktivitas yang membuat album teranyar mereka 'Blacklight Shines On' tertunda penggarapannya.
"Yah maklum kita belum bisa 100 persen hidup dari Koil, akhirnya kita bikin distro dan kafe bareng-bareng alhasil album jadi keteteran," tutur Bobby.
Namun jeda enam tahun tidak membuat fans Koil pergi, mereka dengan setia tetap menunggu album baru Koil. "Setiap Koil manggung penonton yang setia nonton selalu ada, dan setiap nanya kapan albumnya, kita bilang 'sebentar lagi bos', padahal bohong tu," seloroh Bobby seraya tertawa.
Karena itulah Koil sepakat untuk melepas album teranyar mereka secara cuma-cuma. "Album Blacklight Shines On ini kami dedikasikan buat fans setia Koil yang sudah menanti lama, jadi kita berikan cuma-cuma seperti layaknya sticker saat manggung," tutur Leon dan Bobby kompak.
Aksi 'gila' Koil yang membagi album secara gratis tidak sia-sia. Berbagai tawaran menarik mulai dari digunakannya lagu mereka pada film Kuntilanak 2 dan diajak Dhani Ahmad untuk berkolaborasi di Republik Cinta jelas tawaran yang menarik. Koil pun tidak menyia-nyiakan itu.
Peran pihak lain seperti sponsor pun diakui sangat banyak membantu. "Sebenarnya selain itu kita mendapat dukungan dari Jack Daniels yang memberikan bantuan untuk merilis album teranyar kami sebanyak 30 ribu kopi CD sekaligus tour keliling Surabaya, Jakarta dan Bandung," tutur Leon.
Koil sudah menunjukkan bahwa musik tidak melulu diukur secara materi. Eksistensi Koil selama 15 tahun di dunia musik rock tanah air yang diiringi loyalitas pendengarnya sudah membuktikan itu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment