Sunday, July 11, 2010

Sungsang Lebam Telak, si Superjazz

Untuk sebagian orang, musik jazz adalah musik yang eksklusif dan berkelas. Namun tiga orang anak muda asal Bandung yang tergabung dalam Sungsang Lebam Telak (SLT) berhasil mengubah image itu. Mengemas jazz menjadi tidak biasa, dan membuat aliran baru bernama superjazz.

Berawal dari ide Gembi, yang membuat komposisi resital piano namun dibuatnya secara 'ugal-ugalan' dan ingin dimasukan kedalam konsep full band.

"Dari resital piano yang digarap di tahun 2004 itu, saya mulai mencari partner untuk ngeband. Akhirnya terbentuklah Psychedelic Urban Romance. Namun entah kenapa, band itu enggak jalan dan hanya jadi sekedar nama, tapi bisa dibilang itu embrio SLT," tutur Gembi ketika ditemui detikbandung.

Setahun kemudian, Gembi dan sahabat sekampusnya Dani kerap menyambangi salah satu toko buku yang kerap jadi tempat nongkrong komunitas.

"Waktu jamannya masih sering ke If Bookstore, saya dan Age sering membuat sesuatu yang dinilai enggak beres dan menyalurkan dalam musik. Dari jam session antara Age, saya dan Dani, langsung tercetus begitu saja nama Sungsang Lebam Telak," tutur Gembi.

Bertiga, mereka menyusun musik yang begitu asal-asalan. Tapi para personil SLT sepakat bila musik yang mereka usung berasal dari disiplin musik jazz.

"Kita adalah penggemar jazz dan memainkan musik jazz. Soal bagaimana bentuk jazznya itu adalah hak kita dalam berkarya. Makanya kami sebut aliran musik kita adalah superjazz, jazz luar biasa," ujar Gembi.

Jika mendengar lagu-lagu SLT atau menyaksikan shownya, jangan harap menemukan bebunyian jazz yang anggun dan kalem seperti banyaknya musisi jazz kebanyakan.

"Kita adalah orang-orang tanpa skill musik berlebih yang menggarap jazz. Jazz iya, bukan eksperimental. Kalau eksperimental bisa jadi butut dan bisa jadi juga sangat keren," imbuh Gembi.

Namun berbekal kegilaan ini, SLT mendapat apresiasi luar biasa dari pendengar musik tanah air. "Banyak penonton dan pendengar yang sampai 'termakan' musik kami. Panggung ke panggung di Jawa dan sekitarnya sudah pernah dicicipi. Padahal lebih dari itu, kita hanya ngebegoin penonton dan ngebegoin diri kami sendiri yang tidak bisa bermusik tapi memainkan musik yang dianggap 'keren'," tandas Gembi.

0 comments: